CHAPTER || EMPAT BELAS

403 31 1
                                    

_Kehidupan tidak pernah diam
Dia terus berjalan
lambat laun akan ada yang berubah
Entah perubahan yang membawa kebahagian
Atau perubahan yang akan membawa kesedihan_
(。♡‿♡。)

Pukul 5 sore tara berdiri mematung di depan pintu rumahnya. Satria sudah pergi setelah mengantarkan nya pulang,kini dirinya sendiri,menatap pintu rumah yang tertutup rapat. Rasanya ingin sekali masuk kedalam lalu memeluk ibunya seperti dulu,saat dia pulang sekolah,tapi keadaan tidaklah sama seperti dulu lagi.

Dengan napas gusar dan langkah malas tara membuka pintu rumah. Sepi,rumah tidak semenyenangkan dulu lagi semenjak ayah mengatakan bahwa tara bukan anak dari dirinya dan ibunya,tapi tara masih tidak mempercayai bualan menyedihkan itu.

Tara berjalan pelan menuju kamar,dia berharap ibunya tidak akan melihatnya karena itu akan lebih baik. Tapi,saat tara melewati kamar ibunya suara isak tangis terdengar samar dari dalam kamar. Siapa lagi yang menangis disana kalau bukan ibunya. Dengan rasa sedikit keberanian yang entah darimana dia dapatkan,tara membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu.

Terkejut !

Wanita yang paling dia sayang sedang duduk dilantai dengan rambut kusut dan muka pucat, dimatanya ada derita yang ingin segera diakhiri nya, tangannya bergetar menggenggam berbagai macam obat yang ingin dia telan.

"Bundaaaaa ! " Tara berteriak dan langsung mengambil obat-obatan itu dari tangan ibunya.

"Apa ini bu" ucapnya,lalu membuang kesembarang arah obat yang tidak jelas merek dan kegunaan nya.

"Tara biarkan bunda mati sayang"dengan tangan yang masih gemetar asrih mencoba untuk mendekati tara, tangannya mengelus lembut pipi tara,tapi tara segera menepis nya.

"Bun,bunda boleh benci sama tara bunda boleh marah sama tara,tapi bunda gak boleh mati dengan cara begini"

tangis tara pecah,dia tidak menyangka bahwa ibunya sampai berpikiran seperti ini,dia ingin meminum semua obat itu agar tuhan mencabut nyawanya lebih awal,bahkan tanpa memikirkan bagaimana perasaannya.

"Tara biarkan bunda mati sayang,bunda sudah tidak kuat lagi hidup"

dengan harapan yang sudah mati asrih terlihat sangat raput dan tidak bergairah untuk hidup.Alasan asrih hidup sudah tidak ada lagi. Suami yang dia banggakan sudah menghianati nya sejauh ini,putri kesayangannya ternyata anak dari perbuatan keji suaminya.
Bagaimana bisa dia melanjutkan hidup setelah tahu semua ini,alasan apa yang harus dia jadikan penguat dari perasaan yang sudah hancur.

"Sebenarnya apa yang terjadi,kenapa semua orang mendadak berubah! Kenapa bunda sangat membenciku kenapa ayah tidak pernah pulang lagi kerumah"

tara mendekat dan meraih tangan ibunya,dia menggenggam erat seakan ingin memberikan sisa sisa kekuatan yang dia miliki

"Apa bunda pernah berpikir bahwa selain bunda,aku juga sangat menderita! Semua yang aku punya,semua yang aku rasa,semua hilang semua tidak ada lagi sekarang"

"Maafkan bunda Tara,tapi ini sangat menyaktkan dan kamu tidak akan pernah paham rasanya di posisi bunda"

"Tapi mati bukan pilihan yang tepat" emosi Tara meledak,dia sudah melupakan batasan sebagai seorang anak

RETAK [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang