02.

422 27 0
                                    

Pagi ini ada berita kalau ada anak baru yang pindah ke sekolah ini. Berita itu sudah basi untuk Karina dengar karena kelasnyalah yang selalu mendapat anak murid pindahan ataupun transfer siswa.

Setelah kejadian semalam, Karina jadi enggan untuk berinteraksi banyak dengan orang- orang disekitarnya. Jam segini masih terlalu cepat untuk masuk kelas, akhirnya Karina memutuskan untuk ke kantin terlebih dahulu, di rumah tadi di tidak sarapan.

Karina anak yang tak kekurangan apapun, bahkan semuanya bisa ia miliki dalam hitungan menit, hanya saja itu terlalu sulit untuk dijelaskan. Sejak ia lahir hingga sekarang tak ada kata kekurangan sedikit pun. Kepribadiannya yang sederhana dan mandiri membuatnya tak susah ketika suatu saat dia harus jatuh dan tak memiliki apapun.

"Pagi karina" sapa seseorang dari belakangnya

Karina yang sudah hafal dengan suara bariton itu langsung mengambil kunci mobil serta laptopnya juga beberapa map, meninggalakan sarapan yang sepertinya menunggu untuk di kunyah. Tapi usaha nya untuk kabur nihil ketika orang itu langsung menariknya untuk duduk kembali. Jujur saja tenaga orang itu sangat kuat walaupun dia berlaku halus sekalipun.

"Kak maaf saya harus ke kelas dulu" ujar Karina sopan pada orang disampingnya dengan sedikit senyumnya

"Kebiasaan mentang-mentang kaya, makanan mau di buang-buang" ujar seorang yang notabennya adalah kakak kelas gadis itu

"Ta-pi say-" bibir karina langsung dibekap oleh jari telunjuk kekar milik kakak kelasnya

"Gw ngak bakal ganggu lama kok, gw ada piket pagi" jelasnya mendapat persetujuan dari beberapa temannya yang kini melingkari mereka berdua

"Iya udah buruan, ini sekertaris gw udah ngoceh nih di grup kelas" ujar Xiojun

"Karina Lo mau ngak jadi pacar gw?" Jeno menatap manik mata coklat pekat milik Karina, menyelam di tatapan maut itu

Karina langsung menggeleng dan pergi begitu saja dari kantin. Untung saja keadaan kantin masih sepi. Karina hampir menangis diperbuatnya. Moodnya sedang tidak bagus tapi orang itu baru saja merusaknya lagi dan lagi.

"Hi nama gw Kwon Ye-jun" seorang di samping Karina mengulurkan tangannya

Karinya yang tengah memasang sesuatu di telinga, merasa terpanggil dengan orang di sampingnya. Ia pun menaruh headsetnya lalu menengok dan melihat orang itu.

Ye-jun??
Gumamnya dalam hati

Perasaan apa ini? Kenapa dadanya seperti di pukul dengan sangat keras. Matanya yang tak berpaling membuat ia tanpa sadar menjatuhkan air matanya. Ye-jun yang di buat khawatir langsung melambaikan tangannya agar karina terbangun dari khayalannya.

"Hei, lo ngak papa kan?" karena Karina terus menatapnya dengan tatapan tak bisa di jelasnya, akhirnya dengan cara tak sopan Ye-jun menyingkirkan air mata dari pipi dan pelupuk mata gadis itu

Karina langsung menjauh dan buang muka dari pria di hadapannya itu. Ye-jun takut ini akan jadi masalah yang besar karena ini pertama kali untuknya membuat anak perempuan menangis, ia sangat khawatir.

"Alahhh ngak usah di ladenin Jun. Dia emang caper!" teriak salah satu teman kelasnya

"Iyah Ye-jun mending kamu duduk di samping aku" teriak seorang lagi

"Duh Jun kamu mesti pindah kursi sebelum kamu dibunuh sama dia" teriak orang lagi

Seseorang langsung menarik Ye-jun untuk duduk di sampingnya,itu ketua kelasnya namanya Jisung.

"Lo ngak usah cari masalah, dasar anak baru" ujar Jisung lalu kembali menatap layar handphonenya

Jam istirahat sebentar lagi akan selesai. Hari ini memang sangat buruk bagi Karina. Sungguh semalam masalah keluarganya tak kunjung usai, pagi tadi dengan kakak kelas, dan di kelas dengan anak baru itu. Karena sudah makan di jam awal istirahat, dia sekarang sudah di kelas dan tiba-tiba dia teringat oleh buku yang mau ia pinjam di perpustakaan. Dengan segera Karina berjalan keluar kelas dan tak sengaja bertabrakan dengan Jisung.

"Ganggu aja lo" ujar Jisung menunduk ke bawa melihat si perempuan kecil didepannya

Karina mendongak ingin memastikan siapa orang yang ia tabrak. Dia langsung menunduk dan berlalu begitu saja sebelum malasah tambah banyak. Langkahnya selalu di rutuki dengan cacian dan makian. Perpustakaan di depan sana sudah terlihat, anak-anak kelas lain mulai berhamburan dari perpus karena sebentar lagi bel masuk.

"Permisi bu, saya mau pinjam buku" tegur Karina

"Iya silahkan masuk"

Karina mengotak atik perpus luas dan megah itu untuk mendapat dimana letak buku yang ia cari. Karena tak kunjung dapat akhirnya dia memutuskan untuk naik ke lantai dua perpus. Setelah mendapat arahan dari penjaga perpus, Karina langsung menuju lorong paling belakang dan jarang sekali di kunjungi.

"Ah maaf menggangu kalian" tiba di ujung mata. Karina menangkap sesosok pagi tadi dengan seorang perempuan, lebih tepatnya adik kelas mereka. Karina tetap kuat dengan tekatnya untuk mengambil buku di rak buku tepat disamping laki-laki tadi. Raut wajah marah terpancar jelas di wajah perempuan itu. Bagaimana tidak, jika adegan ciuman mereka terhenti begitu saja.

Tak mau pikir panjang, Karina langsung pergi meminta stempel dan segera kembali ke kelas. Dia baru saja menodai matanya. Lucu sekali dua orang itu. Bukannya mencari tempat aman dan nyaman malah mencari hal masalah.

Karena jam terakhirnya adalah jam olahraga dan bel sudah bunyi, Karina langsung ikut bergabung dengan teman-temannya di lapangan. Ternyata guru sedang rapat jadi dia ada free 2 jam. Tak mau membuang-buang waktu, Karina beranjak ke ruangan pertunjukkan seni, dilantai paling atas sekolahnya. Merasa angan dan bebannya terbang dibawa angin, Karina selalu menari balet di panggung pertunjukan seni itu, kapanpun dia mau. Melepas segala beban dan rasa sakitnya.

Dari pakaian olahraga hingga ke pakaian balet. Karina mulai memutar badannya dengan indah dan gemulai. Lantunan piano yang ia putar dari handphone dan di sambungkan ke bluetooth,membuatnya semakin lihai dan dramatis. Ruangan remang dan tenang itu serasa milik Karina sendiri. Kosong dan sunyi nya membuat Karina larut dalam emosinya. Cantiknya gerakan itu di iringi dengan air matanya yang terus mengalir.

Sudah hampir satu jam dia menari dan terus mengadu pada angin, akhirnya pendiriannya pun tumbang. Bayang-bayang kehidupan yang ia lewati terputar di otaknya begitu saja. Membuat dia sudah tak kuasa menahan sesak di dadanya yang selalu ia pendam. Ia terjatuh begitu saja di atas papan kayu dingin itu. Mencoba mengadu dengan tuhan untuk menghentikan rasa sakitnya untuk sebentar saja

Pok!pok!pok!

Tepuk tangan riang yang menggema di ruangan itu mengalihkan tangis Karina. Dimana orang yang baru saja tepuk tangan itu. 3 deret bangku dari atas itu memberi jejak bayangan seorang dengan pencahayaan minim. Karina masih belum tahu siapa dia, sejak kapan dia disini. Karena penasaran dengan orang itu. Karina memutuskan turun dari panggung dan berjalan dengan hati-hati. Orang itu juga turun dan mendekati Karina.

"Hi Karina. Kau sangat pandai balerina, itu indah sekali. Aku suka" ujar orang itu

"K-kamu?" Karina tak percaya dengan apa yang ia lihat ini

"Iya aku" entah ini halusinasi semata atau memang terjadi adanya

"Tolong pulang, lindungi aku sekali lagi ku mohon, jujur dunia ini kejam, aku tidak sanggup sendiri, Ku mohon. Kau tahu semua orang meninggalkan ku, tak tersisa satu pun. Aku sendiri dan kesepian, tolong kembali" Karina berlutut dan menyatukan kedua tangannya memohon kepada orang itu

Merasa iba dan tak tega. Orang itu merangkul bahu Karina untuk kembali berdiri, karena tubuhnya yang sangat lemas sedari tadi terisak. Karina tak mau menatap wajah orang dihadapannya. Ia takut ini hanya khayalan lagi

Terpancar rasa sakit dari wajah mungil itu. Seperti seorang yang sedang betul-betul menunggu maut menjemputnya. Sangat kuat rasa sakit yang ia pancarkan melalui suara isakannya.





DWEMAWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang