03.

217 18 0
                                    

Karina POV

Ceklek!!!

Suara pintu utama terbuka dan orang di hadapan saya pergi begitu saja. Apa takdir saya hanya di jemput sebentar lalu di tinggal begitu saja. Persetanan  dengan orang yang baru masuk itu. Saya benar-benar tidak bisa menahan diri saya sendiri, tubuh saya jatuh begitu saja, orang dibelakang itu terdengar berteriak meneriaki nama saya. Siapa dia.

“Karina ada apa!!?” tanyanya seperti itu

Tidak. Ini sudah terlalu berat untuk ku tahan. Saya menangis sekeras mungkin ketika dia bertanya seperti itu. Kenapa dia bodoh sekali bertanya kenapa padahal tubuhku sudah berbicara sendiri. Saya benci pertanyaan kejam itu. Ku tangisi  diriku yang lemah ini dan ku rutuki diriku yang bodoh ini. Siapa pun dia tolong lenyapkan.

Tidak ada suara selain tangis ku sampai sebuah tubuh hangat mendekap ku. Ini betul-betul hangat dan nyaman, jujur saya tidak bisa mendeskripsikan semua ini. Siapa dia sekarang tidak ku peduli, sekarang yang saya mau pelukan ini yang kian mampu menenangkan ku. Bukannya menangis, diriku yang bodoh ini mengatur nafas berusaha berhenti karena mendapat pelukan ini. Layaknya anak kecil yang merengek meminta permen dan akan berhenti ketika mendapatkannya.

Selang 5 menit saya menenangkan diri, dengan berani ku pandang seseorang bodoh yang membuka liang musuh untuk dirinya, karena baru saja berurusan denganku. Mataku yang masih mengenang air mata sialan itu kembali jatuh menjadi air mata terkahir. Dengan sigap orang itu menghempas air mata sebelum tercetak di pipiku.

“Ini saya Karina. Dokter Taeyong” Dia dokter psikolog di sekolahku. Satu-satunya sekolah kelas atas dengan segala fasilitas gila yang sebelumnya tak pernah ku kira. Dia dokter yang ditugaskan di sekolah ini untuk membantu murid didalam sini.

Saat saya sadar siapa dia, dengan sok kuat saya berdiri dan membenarkan pakaian, rambut dan apapun yang berantakan. Malu, sangat malu. Kenapa saya menerima pelukan ini. Dokter tak bersalah ini pasti akan menjadi sasaran warga sekolah lagi. Apa yang harus ku lakukan kalau bukan kabur dan menghilang dari hadapan orang ini. Tidak kaki ku tiba-tiba lemas, bodoh sekali. Dokter Taeyong sigap membawaku untuk duduk ketika keseimbangan ku hilang

“Karina tunggu sebentar, saya ambilkan kamu air!” perintah dokter muda itu lalu pergi tanpa persetujuan Karina lagi.

Keluarnya dokter itu di pintu utama.

“HUUUUU DASAR PEREMPUAN GATAL GAK TAHU MALU!”

“ASTAGA KARINA!! LO EMANG PEREMPUAN RENDAH!”

“BISA-BISANYA DIA NGEGODA DOKTER GANTENG”

“EMANG ORDERAN LO KURANG YAH?”

“JALANG MALAM KASIAN!!”

“BIASA AJA KALI, DOKTER SEKOLAH JUGA DIEMBAT”

“TAU CANTIK AJA ENGGA LO KAR!!”

See? Semua orang bersorak dari pintu darurat di atas. Entah itu siapa, bagusnya dari diriku adalah, tidak akan menangis di keramaian begity.Dokter itu hahahaah. Maaf kan saya dok, tapi ini bukan kemauanku.







DWEMAWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang