07.

87 14 0
                                    


Karina terpogoh mendorong kursi rodanya, tanpa di bantu siapa pun. Semalam operasi itu berhasil, Wendy sendiri masih belum sadarkan diri, karena kehilangan banyak darah. Karina meminta pada suster agar dia di beri izin menjenguk mamanya di ruang isolasi kaca. Karina berusaha keras mendorong kursi rodanya menuju ruangan yang ia tuju.

Disana di balik kaca ini. Seorang yang begitu cantik dengan wajah pucat pasi terbaring dengan bantuan oksigen dan banyak kabel yang terhubung di monitor. Karina hanya dapat izin sampai di sini, untuk bisa melihat mamanya, perempuan yang melahirkannya.

“Hi mah. Maaf semalam aku pergi dan mama sampai begini. Mah cepat sembuh yah, Karin udah berusaha kasih yang Karin punya untuk mama. Karin ngak bisa kasih mama kebahagiaan, Karin cuman punya ginjal itu mah. Mama pakai dengan baik yah. Habis ini Karin harus pergi mah. Karin ngak mau liat mama jadi sasaran papa supaya Karin pergi,kali ini Karina ngak mau mama menderita lagi”

“Kayaknya Karin ngak usah nitip mama ke papa deh, soalnya papa udah jaga mama dengan baik dan betul kan mah. Mama harus beruntung punya papa, dia laki-laki yang mencintai mama lebih dari apapun, mama tau itu kan?. Mah coba deh ingat, disini ditempat yang sama, waktu itu papa nolong kita. Waktu itu kita cuma berdua mah, tiba-tiba tuhan kirim malaikat buat kita, yaitu papa.Tepat jam segini juga aku lahir di dunia, keluar dari Rahim seorang wanita hebat seperti mama. Dia laki-laki yang baik yah mah, ngak salah mama jatuh cinta sama papa” Karina menyeka air matanya, ia tak mau terlihat lemah di saat-saat seperti ini

Seketika ia kembali menatap seorang itu dengan mata yang penuh harap, karina mengingat hal ini.

“Mah, udah 14 tahun loh mama ngak bilang sayang ke Karin” Karin menahan sesak didadanya, sesekali berharap tuhan mendengarnya kali ini

Satu tas besar dengan merk terkenal baru saja Chanyeol hempaskan di samping kursi roda yang di tunggangi Karina. Sempat tertegun Karina sekilas melihat barang yang sengaja di jatuhkan dari tangan papapnya

“Pergi!!” Chanyeol berdiri di samping  Karina dan mantap sang istri yang tengah tertidur pulas di dalam sana. Karina melihat Chanyeol dengan hati iba. Dia sangat mau mengucapkan kata-kata penenang yang biasa mamanya sampaikan, hanya saja itu tidak bisa. Ia tahu lelaki ini khawatir bukan main

“Kamu tuli?” tekan Chanyeol sekali lagi

“Kasih aku waktu sebentar lagi pah” Karina belum puas melihat mamanya, dia akan benar-benar pergi tapi tolong waktu ini terlalu singkat

“Kamu sudah boleh pulang. Didalam tas itu ada 14 miliar. Bawa dan pergi sekarang!” Chanyeol menatap wajah pucat pasi Karina dengan tatapan tak bersahabat

Karina tersenyum manis lalu menggeleng pelan

“Terima kasih sudah menjadi sosok papa yang baik, maaf kalau selama ini Karin nyusahin papa, udah jadi beban dan aib besar buat papa. Karin titip salam buat mama yah. Karin pamit” dengan tekat seribu Karina mengambil tangan Chanyeol dan menciumi tangan kekar itu lamat-lamat hingga tetesan air mata itu mendarat di punggung telapak tangan milik Chanyeol

Setelah itu gadis dengan marga Hwang itu mendorong kursi rodanya dengan sisa tenaga yang ia miliki.



DWEMAWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang