25.

40 3 0
                                    


Tubuhnya yang hampir jatuh di atas rerumputan tinggi tiba-tiba dibuat berbalik menghadap seseorang yang menahan tangannya

"Karina kamu kenapa?" Panik Ye-jun dengan muka baru bangun tidurnya

"Jun..sakit" ringis Karina mencengkram perutnya semakin dalam

"Apa, apa yang sakit" Ye-jun menuntun Karina duduk kembali ke kursi taman agar ia bisa menetralisir rasa sakitnya

"Sakit Jun" tuturnya lirih

"Iya tenang dulu yah" Ye-jun membawa Karina dalam dekapannya berharap perempuan itu akan tenang sebentar

Keduanya mengatur nafas mereka masing-masing. Karina berusaha menahan sakit diperutnya seketika berhenti ketika pungungnya di elus oleh seseorang yang memeluknya juga

"Tenang yah, kamu ngak bakal kenapa-kenapa" Ye-jun terus mengusap punggung Karina hingga tak ada suara Isak tangis dari sana

"Saya capek Jun. Saya rindu sama mama saya, saya mau tau kabar dia gimana sekarang, saya udah jadi anak yang gagal buat dia. Kamu tau kan gimana rasanya di buang sama orang tua sendiri"

"Jun saya beruntung sekali punya kamu disini, punya Jisung, punya bunda, punya kalian semua. Disaat orang lain ngak mau untuk tau menahu tentang derita saya, kamu datang dan nyelamatin saya. Suatu saat kalau saya tiba-tiba pergi maafkan saya yah karena tidak bisa balas Budi sama kamu"

Ye-jun menengkup wajah Karina yang merah itu. "Kamu datang di kehidupan aku, kamu datang di pagi itu, kamu cerita banyak lewat tubuh sama mata kamu ke aku. Entah kenapa aku merasakan apapun yang kamu rasakan"

"Kamu jangan selalu berenang di air yang kotor cuman buat liat ikan yang hidup didalam sana. Kamu paham kan maksud aku?" Ye-jun berhasil menangkan Karina lewat bahasa tubuh yang ia salurkan

Karina mengangguk lalu menghapus air matanya. Dia bangkit lalu di ikuti Ye-jun yang mengira Karina akan melakukan hal aneh

"AARRGGRTTRR"

"ANGIN BAWA SEMUA INI PERGI. BAWA SEMUA BEBAN INI TERBANG BERSAMA MU" Karina berteriak sembari membentangkan tangannya

Tak peduli apa orang akan mendengarkannya atau orang akan bilang ia gila. Embun yang di temani dengan sinar matahari membuatnya semakin segar dan sakit yang ia rasakan berangsur angsur membaik

"Kamu harus tahu kalau kamu itu berharga tanpa perlu disandingkan dengan berlian mahal sekalian pun" sebuah tangan melingkar di perut Karina yang ramping

Karina memejamkan matanya merasakan pelukan yang tak asing ini baginya. Ia nyaman berada di dalam dekapan hangat ini. Dia tak bisa berkata-kata apapun

"Kita berkebun aja yah, pasar di sini jauh. Bunda udah pulang tadi malam soalnya hari ini dia harus kerja"
Ye-jun langsung menarik tangan Karina lalu di bawa ke kebun yang ada di belakang villanya

- - -

"Ye-jun awas ih, nanti kamu jatuh" Karina melerai Ye-jun yang berjoget-joget ria di kebun sayur

Tingkahnya seperti anak kecil yang baru di beri mainan oleh bundanya. Perut Karina pun sampai keram di buatnya.

"Ayo joget juga, masa aku doang" Ye-jun menarik Karina untuk ikut berjoget bersamanya tapi Karina menolak dan langsung berlari

"Heh mau kemana kamu!" Ye-jun mengejar Karina sampai mengitari kebun beberapa kali, mereka sama-sama terbahak dengan tingkah mereka

Kaki Karina tersandung di ranting daun membuatnya jatuh di ikuti dengan Ye-jun yang menabrak tubuhnya lalu ikut terjatuh di atas badan Karina.

Mata mereka bertemu dan saling mengadu satu sama lain. Karina melihat mata sendu itu dengan seksama, wajahnya yang manis di tambah lagi dengan sinar matahari yang menyorot ke arah wajahnya membuat sang empu di atasnya terlihat tampan

"Ah maaf" Ye-jun langsung berdiri dan membantu Karina untuk bangkit. Tubuh mereka penuh dengan tanah bahkan sampai ke muka-muka.

"Disini enak banget yah" gumam Karina meng ekori Ye-jun yang membawa keranjang berisi sayur-sayuran

"Iya. Kalah kita nikah liburannya disini aja" jawab Ye-jun

"Ah? Apa?" Karina pura-pura tuli saja supaya tidak jadi salah tingkah

"Enggak" Ye-jun menggeleng lalu masuk ke dalam rumah di ikuti Karina

DWEMAWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang