36.

48 5 0
                                    


"BERHENTI!" Karina masuk kedalam ring itu

Semua orang tiba-tiba diam dan melihat ke arah Karina yang dengan berani masuk ke dalam ring disaat-saat menegangkan seperti itu.

Karina bisa melihat wajah merah antara Jisung dan Jeno. Mereka seperti di kuasai dengan amarah mereka masing-masing. Kaki Jisung berada di atas dada Jeno sedangkan Jeno tersungkur di lantai ring

"Awas Jisung!" Karina menyingkirkan kaki Jisung dari dada Jeno

Jeno sudah kelihatan lemah sedangkan berbanding terbalik dengan Jisung yang masih tampak belum puas. Karina menahan tangisnya sekaligus menahan amarahnya

"Kalian apa-apaan sih?" Pekik Karina

Nafas Jeno memburu dan matanya mulai tak kuat untuk ia buka. Jisung diam berdiri di tempat

"Kalian udah hilang akal? Buat apa kalian bertengkar gini!?. Kamu juga Jisung, saya tahu kamu bukan orang gegabah kenapa jadi ikut masalah-masalah begini sih?"

Tangan Karina di sentuh dengan tangan dingin, Karina melihat tangan Jeno berusaha meraih tangannya. Karina melihat darah di sekujur wajah Jeno yang memar.

"Jeno kamu masih kuat? Kita pulang sekarang" Karina memangku kepala Jeno agar lelaki itu bisa merespon

"Saya kecewa sama kamu Jisung!" Pekik Karina.

Jisung naik pitam mendengar ucapan Karina barusan. Ia memukul benda apa saja yang ada dihadapannya. Lelaki itu marah sejadi jadinya,untung saja Ye-jun datang melerai aksi anarkis Jisung

Karina berbalik mendapat Jungwoo yang berlari ke arahnya. Jungwoo membantu Karina untuk menggendong Jeno. Sedangkan orang-orang di sana berteriak sorak meneriaki aksi di ring itu

- - -

Jungwoo membaringkan majikannya di kasur. Lelaki itu lemas sekali sampai-sampai dia tak pernah merespon ucapan siapa pun. Jungwoo jadi khawatir dengan Jeno. Di mobil tadi, Karina tidak berhenti menangisi Jeno dan terus mengelus surai lembut Jeno lalu terus berdoa

"Kak bolehkan saya bersihin luka Jeno?" Tanya Karina sopan

Jungwoo yang tadinya menatap Jeno prihatin tiba-tiba tertuju pada Karina. Gadis itu terlihat hancur. Ada apa sebenarnya antara mereka berdua.

"Iya boleh aja, ya udah aku keluar dulu" jungwoo langsung keluar dari kamar Jeno menyisahkan Karina dan Jeno

"Kamu kenapa sih, pake acara kayak gini" gumam Karina lalu duduk membersihkan wajah dan menggantikan baju Jeno, cukup tidak sopan tapi ini keadaan darurat.

Setelah tugasnya selesai Karina berniat ingin keluar dan beristirahat juga. Tetapi baru saja ingin ia keluar, tangannya di cekal oleh Jeno.

"Kamu udah sadar?" Tanya Karina berlutut di samping kasur Jeno

Jeno tidak merespon, matanya juga masih tertutup, Karina jadi bingung. Jeno menggeser tubuhnya dengan susah payah, Karina membantu aksi Jeno itu agar lelaki ini tidak kesulitan.

"Kamu butuh apa?" Tanya Karina

Jeno lagi dan lagi tak menjawab, dia hanya memberi respon menggunakan tangannya. Jeno menepuk kasurnya yang hanya beberapa cm

"Kenapa?" Tanya Karina bingung

"Tidur!" Karina mendengar suara berat Jeno yang terdengar kesakitan

"Ta-tapi" Karina ingin menolak tapi ia tidak tega juga

Dengan sangat terpaksa dia mengikuti kemauan Jeno yang membuat hatinya tidak baik ini. Jantungnya berdebar dengan kencang seakan ingin menghilang.

"Maaf saya harus tidur di samping kamu" ucap Karina lalu berbaring di samping Jeno

Tangan lemah Jeno beralih memeluk pinggang Karina dan membuat gadis itu semakin menempel dengan dirinya. Karian merasakan kecanggungan disini, tapi jika ia terus menerus memikirkan itu jantungnya tidak akan aman.

- - -

Matahari pagi mulai bersinar di balik gorden besar di kamar Jeno. Karina sedikit mengeliat ketika paparan sinar matahari menyentuh wajahnya.

Apa ini. Karina tertidur disini, padahal niatnya tadi malam dia akan pergi ketika Jeno sudah tertidur. Apa kata orang-orang nanti. Dengan pelan tapi pasti, Karina ingin memindahkan tangan Jeno dari pinggangnya.

"Biarin gw rasa ini sebentar lagi" gumam Jeno

"Hm?" Karina berdehem tidak mengerti ketika suara berat Jeno jadi tidak jelas

Cup!

Jeno beralih mengecup bibir Karina. Demi apapun jantung Karina berdetak dengan cepat dan bunyinya terdengar dengan jelas. Telinga Karina sudah memerah di tambah pipinya juga.

"Maafin gw" ucap Jeno membuka matanya

Karina menatap manik mata indah itu. Mata yang selalu membuat jantungnya tidak aman.

"Kamu kenapa harus pukul-pukulan sih?" Tanya Karina tak bergerak dari tempat

"Gw udah bilang Karina. Gw akan buat itu jadi kenyataan. Gw ngak mau kehilangan elo untuk yang ketiga kalinya. Lo selalu buat gw hampir gila Karina" ucap Jeno lirih

"Gw mau hilangin semua orang yang suka sama lo di dunia ini sampai yang tersisa cuman gw. Lo ngak tahu betapa hancurnya gw pas Lo ngusir gw saat gw bener-bener jujur ngak ngelakuin hal yang Ye-jun tuduh ke gw" sambungnya. Mata mereka tidak terlepas satu sama lain

"Gw langsung jadi orang yang extrovert supaya gw sempurna buat Lo, supaya Lo bisa jatuh cinta sama gw. Sampai gw denger Lo dekat sama Jisung, Lo dekat sama Ye-jun, gw sempat menyerah Rin. Hingga gw menerima perjodohan gw sama Winter waktu itu. Kemanapun Lo pergi selalu ada gw. Lo ke California, gw ada di situ. Lo ke Dubai, gw ada di situ. Lo pergi ke pucak sama Ye-jun gw ada disitu"

"Gw sakit Rin, liat Lo bahagia sama orang lain. Gw egois memang. Cuman gw mau Lo tanggung jawab karena udah buat gw jatuh cinta berlebih sama Lo. Maaf kalau gw menuntut cinta itu terbalas, gw cuman mau di cintai sama perempuan hebat kayak Lo"

Karina menangis tanpa suara di sana. Rasa bersalah kini menyerangnya Dari mata Jeno, Karina tidak dapat melihat kebohongan di sana.

Jeno menghapus air mata itu dari pipi dan mata Karina. Dia tidak mau gadis ini jadi semakin merasa berdosa karena kelakuannya sendiri. Jeno mau membuka kembali jalan untuk dekat dengan Karina, tapi kalau dia tahu Karina bahkan tidak menyukainya dia tidak bisa berbuat lebih.

Tangan mungil itu beralir pada rambut hitam Jeno. "Asal kamu tahu. Aku memang pergi sama Jisung, aku memang bahagia sama dia. Aku memang pergi sama Ye-jun, aku memang nyaman sama dia. Tapi kalau sama kamu, aku bisa dapat dua-duanya di waktu yang bersamaan"

"Jantung aku berdetak kalau sama Jisung, jantung aku berdetak kalau aku sama Ye-jun. Tapi detak jantungku tidak pernah sekeras ini kecuali sama kamu" ujar Karina mengelus surai hitam itu

"Maksud kamu?" Tanya Jeno gembira pada Karina

"Kamu ngak pernah tau kalau aku udah jatuh cinta sama kamu sejak kamu udah bully aku untuk pertama kalinya"

Jeno langsung bangun dan duduk di atas ranjangnya. Karina yang kaget langsung ikut duduk dan menatap Jeno yang tampak begitu senang. Jujur Karina tidak pernah melihat wajah ini dari Jeno

"Aku udah lebih dulu suka sama kamu. Kamu ingat coklat putih di bawah meja kamu? Itu aku yang taro. Tapi.."

"Tapi apa jangan suka ngegantung!" Jeno menggenggam tangan Karina mencoba meyakini ucapan Karina

"Tapi saat itu, winter juga suka sama kamu. Notaben kamu sebagai anak basket di sekolah itu, selalu membuat orang-orang tertarik untuk mau kenal kamu lebih dalam. Winter minta aku buat jauhin kamu. Dia lakuin apa yang tadi malam kamu lakuin. Dia nyuruh semua orang berhenti suka dan jauhin kamu. Dan aku mengiyakan itu, karena aku sadar siapa aku"

"Kamu tembak aku setiap hati selama hampir satu satu. Dan kamu tahu, di dalam hati aku selalu jawab iya"

Jeno memeluk Karina dengan cepat dan membuat Karina jadi sesak nafas di buatnya. Pagi yang indah untuk Karina. Kenapa harus lambat ia merasakan kebahagiaan tiada Tara ini.

DWEMAWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang