30.

37 4 0
                                    


Sudah 5 hari ini mereka bersama. Dan penyampaian dari sekolah menurut Ye-jun kalau Minggu depan mereka langsung ujian, dengan cepat mereka berdua belajar bersama. Hari ini cuaca kembali mendung seperti hari kemarin. Karina dan Ye-jun belajar di depan tv sedangan Ye-jin dan Hyuna ada di kamar sedang istirahat.

"Kalau ini tambah ini apa Rin?" Tanya Ye-jun

"Nol kuadrat lah" jawab Karina enteng

"Bukan ih. Ini loh"

Karina melihat kembali kertas yang di cakar oleh Ye-jun, memang benar jawabannya nol tapi anak itu malah bilang tidak.

"Bener itu kok jawabannya" Karina masih tegar pada pendiriannya tapi Ye-jun masih membantah

"Ih kalau ini tambah ini jadi apa!?" tegas Ye-jun dengan muka kesal

Karina paham sekarang maksud Ye-jun. Barusan anak itu menunjuk Karina dan dirinya sendiri. Mari kita kerjain dia

"Jadi keluarga" jawab Karina.

Eh kok jadi gw yang salting

Gumam Ye-jun dalam hati dengan wajah semu merah mudanya. Karina terkekeh mendapat respon seperti itu dari Ye-jun.

"Engga becanda" sambung Karina

Potek deh hati Ye-jun. Emang dasarnya Karina tak mengerti jadi dia menganggap semua ini bercandaan. Ya sudah lah namanya juga anak muda yah.

"Bosen. Ngelukis yuk" Ye-jun bangun dari tengkurap nya lalu membuka laci-laci yang ada di samping tv.

"Kamu belum pernah naik ke balkon kan, ya udah aku ajak sini" Ye-jun menenteng berbagai alat lukis lalu Karina mengekor di belakangnya

Mereka berdua sampai di balkon villa. Ye-jun yang masih menyiapkan alat-alat untuk mereka melukis dan Karina yang terkesima dengan pemandangan ini.

"Bagus kan? Dulu disini belum di kasih atap karena jarang di pake, tapi tahun lalu aku minta untuk di pasang supaya yah aku bisa menghabiskan waktu dengan melukis" ujar Ye-jun

"Iya ini bagus, kayaknya tempat ini punya keindahannya sendiri di setiap sudut bahkan dibalkon saja indahnya seperti ini" tutur Karina

"Yaudah mau ngelukis juga?"

"Mau di lukis aja deh"

"Aku? Ngelukis kamu?"

Karina manggut-manggut lalu menarik kursi untuk dia duduki dan memposisikan dirinya menghadap Ye-jun. Ye-jun sedikit gugup ketika Karina meminta dirinya di lukis.

- - -

Ye-jun dan Karina kembali beradu dengan buku-buku di depan muka mereka, setelah acara melukis tadi mereka langsung turun lagi untuk makan dan sekarang mereka belajar lagi.

Karina sempat bilang dalam hatinya, apapun hal yang membosankan yang ia lakukan bersama Ye-jun akan terasa lebih indah saja. Walaupun mereka hanya melakukan ini dan itu tapi itu sungguh berarti.

Seperti sekarang mereka sedang belajar tapi tak ada rasa bosan yang muncul dari keduanya. Ye-jun tampak damai-damai saja tertidur di pangkuan Karina, dan begitu pun dengan sang gadis yang diam-diam saja

"Besok kita harus pulang. Takut kamu kecapean kalau pulang hari minggu" ucap Ye-jun tiba-tiba

"Ohhiya saya juga udah ngak enak sama Mira, saya ingin menghubungi tapi nomornya tidak ku hapal"

"Ya udah kita istirahat aja yuk, besok pagi kita pulang"

- - -

Mereka berdua ikut bersama Ye-jin dan Hyuna untuk pulang, karena mobil yang di pakai Ye-jun kemarin ada masalah pada mesin. Selama perjalanan dia merasa tidak enak. Seperti ada yang menjanggal dan membuatnya tidak tenang

"Kamu kenapa?" Tanya Ye-jun membuyarkan lamunan Karina

"Hm? Enggak kok"

"Kamu ngantuk?"

"Engga saya cuman kayak lupa sesuatu aja cuman ngak ada kok, saya baik-baik saja" jawab Karina

Setelah sampai di tujuan Karina di turunkan di pintu gerbang perumahan karena banyak sekali mobil terparkir hingga luar-luar perumahan,itu juga permintaan Karina, padahal Ye-jun sudah menawarkan untuk di antar saja. Jadilah Karina berjalan masuk setelah berterima kasih pada Ye-jun dan bundanya.

"Kok..." Karina heran ketika dia berada di ujung lorongnya dia melihat garis kuning polisi yang melingkar di rumahnya

Sebelum bersangka buruk, Karina memastikan kalau memang itu bukan rumahnya, tapi nihil, ini adalah rumahnya. Ada apa ini. Open game?. Let's do it

Karina berlari sembari menahan air matanya. Hatinya sakit entah kenapa, seperti di sayat berkali-kali di tempat yang sama. Karina jadi pusat perhatian ketika berlari menerobos kerumunan orang-orang

"Minggir!" Karina mendorong orang-orang yang keras kepala dari hadapannya

"Pak pak ini ada apa, rumah saya kenapa di beri garis begini!?" Pekik Karina pada polisi yang berjaga di depan pintunya

"Seseorang baru saja di temukan meninggal kemarin malam" jawab polisi

Karina membulatkan matanya, menutup mulutnya, menahan air matanya, merutuki dirinya yang lagi dan lagi membuat seseorang terluka tanpa sengaja.

"Mira!" Karina berteriak sejadi mungkin ingin menerobos tubuh polisi agar ia bisa masuk

"Nona kita masih mencari dan melacak berbagai macam bukti untuk membuktikan kenapa dia di bunuh dengan tragis" polisi mencoba menenangkan Karina

Sedangkan Karina sudah hilang akal. Ternyata hari kemarin adalah hari-hari persiapan untuk masalah hari esok. Karina berdecih tertawa meremehkan dirinya.

Karina mengangguk tanda mengerti maksud polisi ini. "Lalu dimana jenazahnya?" Tanya Karina

"Dia ada di rumah sakit mau di bawa untuk dikebumikan" jawabnya

Karina langsung membuka garasi mininya untuk mengeluarkan motor kesayangan itu lalu berniat untuk pergi ke rumah sakit yang sudah ia tahu di mana tempatnya.

Sebelum pergi melalui kediaman rumah, Karina sempat di tahan oleh seorang polisi di sana.

"Nona Hwang, apa kau butuh orangku?" Ucap orang yang menahan Karina

"Tidak perlu inspektur Kim. Saya pergi dulu" Karina menutup kaca helmnya lalu menerobos garis kuning itu hingga terputus dan melaju cepat tanpa batas

DWEMAWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang