10.

72 11 0
                                    

Karina membawa Ye-jun ke rumah sakit terdekat, sebenarnya di sekolah juga ada, cuman dia kacau untuk saat ini. Jisung ikut andil membantu Karina dengan iming-iming mau mengantar Ye-jun ke rumah sakit dan sebagai ketua kelas bertanggung jawab.

Ye-jun sudah sadar ketika sudah berada di rumah sakit. Karina juga sudah bersih dengan baju Jisung yang di pinjamkan tadi. Jujur setelah kejadian di lift sepagi tadi, dia canggung berada di dekat Jisung.

“Jun. gw ke kantin bentar” ucap Jisung mendapat anggukan dari Ye-jun yang tengah bermain game dari hpnya

Ternyata Ye-jun orang yang cerewet, tapi karena Karina merasa atmosfer mereka beda dia tidak begitu menanggapi Ye-jun. Alasannya juga untuk masih di sini, karena Ye-jun tadi membantunya dan ia sampai pingsan karena Jeno. Gimana jadinya kalau kalian di hantui rasa bersalah? Itu yang tidak mau Karina rasakan kalau sampai dia tak menolong Ye-jun

“Mau nitip gak lo?”tawar Jisung yang tertuju pada Karina

Karina menggeleng. “Ngak usah, makasih”

Jisung pergi begitu saja setelah mendengar jawaban Karina. Ye-jun menaruh hpnya dan menatap Karina seolah meminta sesuatu. Karina peka dan langsung bangkit

“Kamu butuh apa?”tanya Karina bersiaga

Ye-jun tersenyum menampilkan gigi gingsul nya yang manis. “Peka aja ih, mau cinta kamu nih. Eh ngak deng mau pipis”

Karina langsung salah tingkah dengan jawaban Ye-jun yang keluar tanpa di saring “Tunggu Jisung aja yah” timpa nya menahan malu

Ye-jun langsung menarik lengan Karina untuk ia tumpu agar bisa duduk di atas hospital bed, karena tubuhnya masih lemah

“Aku ngak suruh kamu bantu aku pipis loh padahal, aku cuman mau minta tolong di bantu jalan” kekeh Ye-jun lalu melangkahkan kakinya turun dari kasur

“Eh bisa kan?” tanya Karina sewaktu Ye-jun hampir jatuh karena kakinya lemah

“Bisa sayang” jawabnya menggoda

Blush. Pipi Karina memerah di sahuti seperti itu oleh Ye-jun. “Apa sih” Karina memalingkan wajahnya

Ye-jun tertawa besar ketika Karina salah tingkah seperti ini, Karina sangat lucu dengan pipi merahnya

“Lutu banget tih” godanya lagi

“Ye-jun fokus ke jalan aja” Dengan berani Karina mendorong pelan pipi Ye-jun agar tak melihat ke arahnya lagi

Karina dengan telaten membantu Ye-jun menuju kamar mandi, sungguh ini membuatnya canggung. Ia jarang berinteraksi dengan lelaki dan ini membuatnya sedikit kaku. Setelah Ye-jun selesai dengan acara pipis-pipisnya, dia kembali keluar menemui Karina yang menunggunya didepan pintu.

“Eh awas” ujar Karina menangkap tangan Ye-jun yang tersandung didepan kamar mandi

“Eh pucing pala bebeb nih” Ye-jun memegang pelipisnya yang tak sakit

“Modus lo kadal” Ujar Jisung yang baru masuk dan menyaksikan kedua orang itu

- - -

Karina diantar pulang oleh Jisung dikarenakan dia hanya nebeng di mobil Jisung waktu Ye-jun di bawa ke rumah sakit. Ini juga sudah menunjukkan pukul 9 malam, yang dimana sekolah di tutup. Yang meminta agar Karina pulang di antar oleh Jisung karena ulah si cerewet Ye-jun. Dengan cara mengancam tidak akan makan jika mereka tidak pulang bersama

Selama perjalanan tak ada yang buka suara baik Jisung maupun Karina. Jarak antara rumah sakit dan rumah Karina sekarang lumayan jauh.

Sekarang ia tak tinggal sendiri. Ia tinggal bersama Mira sang sekretarisnya di hotel, yang membantu semua urusannya. Suatu hari dimana Karina sedang hancur-hancurnya, Mira datang sebagai pendengar yang baik. Waktu itu Mira meminta agar Karina menanda tangani suatu dokumen hotel, tapi berhubung Mira sakit ada baiknya Karina sebagai atasan menghormati Mira yang terpaut tua darinya. Mira seorang yang menawan dan rendah hati itu ternyata tinggal sendirian di pedalaman hampir mendapat hutan, jujur Karina sempat syok waktu itu, bukannya gaji yang ia beri tiap bulannya mampu membeli rumah yang lebih layak dari ini?

Mira bukan sembarang wanita ternyata. Hatinya yang terbuat dari kain sutra itu ternyata tak pernah menggunakan uangnya untuk keperluan dirinya, melainkan kebutuhan sosial. Karina salut melihat sekretarisnya itu, sampai pada akhirnya ia meminta agar Mira mau tinggal bersamanya dan mau menjadi temannya. Bukan main senangnya Karina waktu itu. Panjang cerita hingga mereka sedekat ini sekarang.

“Disini aja” ucap Karina buyar dari lamunannya

Jisung yang mengemudi langsung menginjak pedal rem agar mobilnya berhenti di tempat yang Karina mau. Seketika Jisung bingung dan matanya tak lepas dari rumah sederhana milik Karina

“Yakin rumah lo ini?” tanya Jisung

Karina hanya tersenyum miris mendengar pertanyaan Jisung yang entah merendahkan atau apapun itu

“Eh gw ngak maksud ” ujar Jisung mendapat anggukan dari Karina

“Makasih” Karina menatap Jisung sebentar sebelum mata mereka bertemu

“Oke” Jawab Jisung santai

Tiba-tiba karina teringat dengan ucapan Jeno malam kemarin, Jeno bilang, kalau dia diberi tahu oleh Jisung bahwa Karina tidak masuk sekolah karena ada masalah keluarga.

“Ohiya…hm… kamu tau dari mana kalau saya punya masalah keluarga?” Karina coba memberanikan dirinya untuk bertanya

Jisung langsung menatapnya kaget lalu kembali biasa dalam sepersekian detik “Ngak tau sih. Biar ngak di tanya-tanya Jeno aja”

Memang kah watak Jisung seperti ini, tanya Karina dalam hati. Karina hanya mangut-mangut percaya dengan jawaban Jisung.

“Nih bawa aja” Jisung mengambil sekotak makanan di kursi belakang dan memberikan pada karina

“Untuk saya?” tanya Karina, kebetulan dia belum makan satu hari ini

“Gw mau pulang” Jisung baru saja mengusirnya secara tidak langsung

Kirana langsung melepas seat belt nya lalu hendak keluar tapi tangannya di cekal oleh Jisung “Hati-hati. Makan yang banyak, sama itu luka di kasih obat aja”

Jantung tolong bekerja sama untuk saat ini. Jangan membuat Karina malu, ini sudah terlalu larut. Karina langsung keluar dari mobil lalu menunggu Jisung pergi dari hadapannya saat ini.

DWEMAWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang