11.

61 10 0
                                    


Suasana rumah sepi dan di teras tadi cukup berantakan, pintu rumah juga terbuka, padahal selama tinggal 2 minggu bersama Mira, ia bukan gadis yang  berantakan dan suka kotoran seperti ini. Kadang juga jam segini, Mira akan duduk di kursi dan bertempur dengan kertas-kertas yang menumpuk.

“Kak” panggil Karina merasa ada kejanggalan di dalam sini

“Kak Mira, saya sudah pulang” tak kunjung mendapat jawaban, Karina lepas tas sekolahnya dan berlari menuju kamar Mira yang ternyata pintunya terbuka

Demi tuhan, apa lagi ini. Satu masalah belum selesai kini harus ada lagi?. Karina mendapati Mira tersungkur di lantai dengan keadaan lemah dan di ujung bibirnya mengalir darah segar. Karina langsung menarik Mira untuk duduk di kasurnya, didalam sini juga berantakan, apa yang sebenarnya terjadi.

“Kak kamu kenapa?” tanya Karina

Mira terlihat kacau saat itu, matanya mulai membengkak. Apa ini terjadi sudah lama?

“Tolongin winter di Wisky Floor Lantai 14, Sekarang!. Saya minta tolong” ucap Mira terbatah-batah.

“Win-winter? Jung Winter?”Mira hanya mengangguk tanda iya.

“Tapi kamu baik-baik saja?” Mira lemas hanya untuk menjawab iya, dia hanya mengangguk sebagai jawaban

Tanpa aba-aba Karina langsung menguncir rambutnya dan terlebih dahulu memberi minum kepada Mira yang memang biasa di taruh di samping ranjang di atas nakas. Karina tidak tau ini masalah apa lagi, hanya ini keadaan darurat dan harus segera ia selesaikan. Setelah yakin kalau Mira memang baik-baik saja ditinggal ia berlari keluar menggunakan motor sport lamanya hadiah dari mamanya dulu.

Dengan speed yang tinggi, Karina melaju menyusuri dingin malam saat itu, hingga tempat yang dimaksud Mira itu benar. Karina meluncur di tujuan. Betapa terkejutnya dia ketika tahu ini adalah tempat hiburan malam. Winter sedang apa disini.

Sebetulnya umurnya belum cukup untuk masuk di tempat seperti ini, tapi untung saja tanda pengenalnya sebagai keluarga Hwang masih ia simpan. Hahaha ternyata masih berguna. Dan memang Hwang sangat berpengaruh di industri seperti ini.

Karina menyusuri tempat bising ini. Banyak orang gila dengan pakaian yang tak senonoh. Jantungnya yang berdetak keras selalu membuatnya takut melangkah lebih, ini tempat asing yang baru pertama kali ia datangi, wangi ruangan ini juga sangat menyengat dan aneh. Di tengah panggung club' malam itu seperti ada yang menarik hingga semua pengunjung disini berkerumun untuk melihat. Karena penasaran Karina antusias melihat apa yang tengah di tonton

“BERHENTI KALIAN SEMUA!!” Teriak Karina melihat Winter yang di pukul habis oleh perempuan di sana, rambutnya di tarik, pakaiannya tak utuh lagi, hanya menyisakan pakaian dalam hanya mungkin sebentar lagi akan senasib dengan pakaiannya.

“KALIAN SEMUA BODOH YAH!!” Lantang Karina didepan wanita-wanita kurang ajar itu

“KAMU SIAPA HAH? ANAK INGUSAN DI LARANG MASUK KESINI” Karina mengabaikan orang yang membentaknya itu, orang itu seperti setengah sadar

Karina melepas jeket kulit hitam yang ia sempat ganti sewaktu di rumah tadi, antisipasi jika ada pertumpahan darah. Karina membantu adik kelasnya itu memakai jeketnya yang ternyata besar di tubuhnya, jadi bisa menutupi sedikit pahanya. Orang-orang di sana hanya menonton aksi Karina. Winter yang sepetinya mabuk berat sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ditambah luka di sekujur tubuhnya

“Ada masalah apa Winter sama kalian??” Tanya Karina pada 10 wanita yang melingkarinya

“Memangnya anak kecil seperti kamu bisa menebus semua masalah winter?hah?” Karina diremehkan dengan wanita itu, ditambah lagi suara riuh orang-orang yang mengadu domba

“Cih.. dasar jalang!” lantang Karina mendapat respon tak enak dari orang-orang di sekelilingnya.

“Cepat katakana apa urusan Karina sampai tangan-tangan kalian berani menyentuhnya?” Karina tak mau berada di tempat jahanam ini lagi

“Dia berhutang 17 juta won” Timpal seseorang dari belakang.

Karina berbalik dan mendapat sosok pria yang tak terlalu tua tapi sudah berumur. Johnny Suh. Pria itu menyesap rokok yang berada di himpitan jarinya. Karina seperti tak asing dengan lelaki ini, tapi ini bukan waktu yang tepat. Karina mengeluarkan dompet dari saku belakangnya, mengambil benda gepeng seperti kartu.

“Itu akan lunas malam ini juga. Biarkan saya bawa dia dulu. Sebelum pergantian hari semua sudah selesai” ujar Karina menyodorkan kartu tanda pengenalnya pada orang tua itu lalu kembali pada Winter.

Karina menggendong winter dengan gaya Bridal Style. Ternyata Winter lumayan ringan untuk ia gendong. Di bawanya Winter keluar dari tempat itu. Beberapa orang berdecak kagum melihat Karina dengan gagahnya membawa Winter keluar gedung. Ia tak mungkin membawa Winter menggunakan motor dengan keadaan Winter yang tidak sadar ini. Ia juga tak membawa handphone.

Tak ada pilihan lainnya kecuali meminta agar resepsionis gedung menelfon ambulance. Tapi ketika ia baru menurunkan Winter dari gendongannya,rupanya ada seseorang berlarian kearahnya dengan membawa sebuah tas?

“Ini Kak, tas wanita itu” ucap orang itu sopan

Karina hanya mengangguk dan mengambil tas milik Winter, siapa tahu ada petunjuk. Orang yang membawa tas Winter langsung pergi berlarian, apa kah ia terlihat menyeramkan sekarang? Terserah itu tidak penting. Handphone Winter ternyata ada didalam. Di otak Karina saat ini adalah bagaimana wanita itu selamat.

Syukur. Handphonenya tak di beri sandi. Kontak yang pertama muncul adalah ‘My Boyyiee’ lengkap dengan emoticon love. Tanpa pikir panjang, Karina langsung menelfon nomor itu. Panggilan pertama tak di jawab,begitu juga dengan panggilan kedua. Karina mulai gemetar.

“Ah syukurlah, Tolong siapapun kamu, jemput Winter di simpang jalan hotel Maxx sekarang juga, dia sudah tak sadarkan diri” tanpa mau mendengar jawaban dari sana, Karina langsung mematikan dan kembali memangku kepala Winter agar bisa tertidur di pahanya. Ohyaa Karina sengaja memarkirkan motornya disitu berjaga-jaga ketika memang ada yang memburunya setidaknya motornya tak di tkp membuatnya bisa kabur

Selang 8 menit kemudian.sebuah mobil hitam berhenti tepat didepan mereka. Mobil itu bersilau dengan lampunya yang terang. Karina melihat orang yang turun dari mobil itu, mesin mobilnya masih menyala sedangkan sorot lampu masih tersorot ke wajah Karina. Seorang Pria baru saja mengambil alih kepala Winter dari pangkuannya?

“Kak Jeno?” ucapnya hampir tak terdengar

Jeno langsung menggendong Winter dan membawanya ke dalam mobil. Tak ada kata yang tersirat dari bibir lelaki itu. Bahkan ia hanya melihat Karina sebentar lalu berbalik membawa Winter ke dalam mobilnya. Karina masih dengan posisi awalnya, lutut yang mencium tanah itu mulai gemetar, merasa takut. Ia tak bergeming ketika mendapat sikap Jeno yang beda. Setelah Winter di bawa masuk kedalam mobil. Jeno kembali kearah Karina merebut tas Winter yang tergeletak disampingnya.

Tak ada ucapan terima kasih atas itu? Ya sudah lah ini juga bukan hal besar. Karina tertawa didalam hatinya melihat kedua pasang kekasih itu, sikap bahkan sifat mereka selalu mirip di waktu bersamaan.

DWEMAWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang