09.

79 13 0
                                    

Sebulan lebih. Ini sudah keputusan yang tepat pikirnya. Setelah semalam bertemu dengan Jeno,sudah ia tafsirkan kalau saja masalah sudah menunggunya di ujung sana. Ia tak bisa tidur, bahkan untuk berhenti berfikir dengan apa yang terjadi semalam saja dia tidak bisa. Ini terlalu tiba-tiba dan menyakitkan.

“Pagi pak” sapa Karina pada satpam sekolahnya. Seperti biasa dia akan menyapa dan memberi sarapan pada satpam yang selalu menjaga di gerbang sekolahnya.

“Pagi juga Karina. Kok baru keliatan?” tanya satpam itu akrab

“Habis istirahat pak” jawab Karina seraya memberikan senyum manisnya

“Semangat yah, saya tahu kamu orang baik. Makasih sarapannya” final topik dari mereka hanya mendapat angguk dan senyum dari Karina

Mudah-mudahan yak pak
Ujarnya dalam hati

Setelah memarkirkan mobilnya diparkiran sekolahnya, Karina memastikan terlebih dahulu apakah sudah ada yang menunggunya untuk di bully atau tidak, ini masih cukup pagi untuk mendapat perlakuan itu lagi.

Dengan langkah seribu dia berjalan menuju kelasnya, Fyi Karina masih kelas 11 dan sebulan lagi dia naik ke kalas 12. Untuk seumuran dia yang masih terbilang muda,dia sudah pandai mengelolah sebuah hotel bintang lima dari 500 won yang ia dapat dan sekarang dia bisa membeli rumah sederhana untuk ia naungi. Ditambah lagi dia bisa membantu beberapa keuangan pekerjanya di hotel

Karena akses antara kelas dan parkiran lumayan jauh jadi ia diharuskan menggunakan lift agar lebih terjangkau. Baru saja pintu lift hampir tertutup rapat sebuah tangan muncul dari luar dan menahan pintu tersebut agar tidak tertutup.

“Tunggu!” ucap orang itu, Karina langsung memencet tombol agar pintunya terbuka kembali

Orang itu adalah Jisung. Mereka cukup terbilang tak pernah berbicara kalau memang tak penting. Jisung yang menyadari bahwa orang yang berdiri di sampingnya itu adalah Karina, langsung melepas earphone dari telinganya.

“Dari mana aja lo?” tanya Jisung melirik ke Karina yang terus saja menunduk ketika berhadapan dengan dirinya

“E-saya?” Iya Karina, kamu. Didalam lift itu hanya kamu berdua, tidak mungkin Jisung bertanya pada makhluk goib

“Hm”

“Habis sakit” jawaban Karina tak mendapat jawaban lagi dari orang itu

Bukk!!! (suara nya gitu aja yah ngak usah komen)

Karina terdorong hingga membentur dinding tembok lift dari marmer itu. Karina kaget tiba-tiba saja ada yang mendorongnya dengan kuat dan keras. Hingga kedua sisi bahunya terkunci dengan sepasang tangan kekar yang bertengger, tubuh jakung milik Jisung membungkuk melihat wajah gadis tak tau sopan santun ini, yang terus saja menunduk

“Kalau ngejawab orang tuh di tatap” Jisung menarik dagu Karina untuk bisa ia lihat dengan jelas

Dada karina berdebar sangat kencang ketika matanya bertemu dengan mata elang yang sendu milik Jisung. Sang pelaku merasa puas ketika melihat pipi gadis itu memerah karena ulahnya.

Ting!(bunyi lift wak)

“Ma-maaf” Karina langsung menghempas tangan Jisung dan keluar begitu saja ketika lift terbuka

- - -

Kantin mulai ramai ketika melihat Karina berjalan dan duduk di salah satu kursi kantin. Sejak di kelas dia sudah disuguhkan dengan hal-hal seperti ini. Setalah sebulan ia tak melihat bahkan mendengar ocehan itu, rasanya Karina asing dengan rasa takut dan pasrah yang ia rasa saat ini.

DWEMAWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang