04.

161 21 0
                                    


Author POV

Sudah satu minggu sejak kejadian itu. Iya waktu terlalu cepat, dan juga kejam. Karina mendapat sangsi dan pelanggaran, maaf untuk dokter itu. Dia diberhentikan dari jabatannya sebagai dokter psikolog utama disekolah. Dia hanya bisa jadi asisten dokter. Karina sudah memohon agar itu tidak terjadi tapi dia tak bisa apa-apa. Keluarganya? Sudah pasrah dan tak mau ikut campur, status Karina di sekolah memang tinggal sendiri tak bersama orang tua, jadi seperti itulah jadinya.

Ye-jun. Dia semakin tenar dan populer. Uh lelaki itu hanya menambah beban pikiran Karina saja. Hari ini adalah hari sabtu. Tidak sekolah tentunya. Satu minggu itu juga Karina tak pernah komunikasi lebih dengan ibunya baik papanya. Tak ada yang ditarik dari fasilitas Karina, itu masih jadi penolong untuk Karina saat ini

My location unknow~

Suara telfonnya berbunyi di atas nakas samping ia beradu mata dengan komputer. Karina mengangkat telfon itu, nomor yang tidak ia simpan kontaknya. Memang tidak ada nama satupun kontak di hpnya. Karina mengerutkan keningnya ketika nomor itu serasa familiar di otaknya.

“Selamat pagi. Dia sudah kami temukan” ujar seorang dari sebrang sana

“Perlakukan dia layaknya manusia!” dari suara itu Karina kenal dengan segera dia mengintruksikan apapun maunya.

“oke baik-lah”

19.23

Malam sudah terasa dingin. Rumahnya tidak ribut seperti malam-malam sebelumnya. Kapan pun dan dimana pun, Karina ingin pergi itu bebas, jadi tak ada tekanan dalam hal itu untuk dirinya. Rumahnya yang besar ini sudah gelap sedari jam makan malam usai, karena ia tak pernah ikut makan malam lagi mungkin itu sudah jadi peraturan baru lagi, jika lampu harus mati sehabis makan malam.

Dengan gaya alakadarnya. Karina berjalan keluar dan melajukan mobilnya mencari angin yang mungkin bisa membuat hatinya tak karuan lagi malam ini. Gelisah nya tak bisa ia jelaskan. Setelah sampai di tempat yang ia tuju, Karina membuka jaket tebal yang menghangatkan tubuhnya tadi dan meninggalkan dalam mobil.

Udara di luar sangat dingin dan kencang, mungkin musim akan berganti. Sweetpants yang ia gunakan dan kaos minim se-perut dengan warna yang senada membuatnya tak goyah dengan angin. Padahal suhu rendah seperti ini akan membuatnya sakit

Sungai han. Bisa kah tempat tak bernyawa ini di sebut teman? Entah mengapa dia selalu menghabiskan waktunya disini hanya untuk berbicara sendiri bahkan menangis. Setelah itu dia akan merasa tenang dan aman. Lelucon memang selalu mengekor di belakang kehidupannya.

“Hi han” orang bodoh itu menyapa

“Lama yah aku ngak ke sini. Han ayuk jadi pacarku saja, kau begitu nyaman untukku” dia terkekeh lalu tertunduk, lalu?

Pundaknya sudah naik turun, manangis itu dan itu lagi. Mengadu disini itu membuat semua unek nya lenyap di makan angin.

“Han, apa yang harus aku lakukan sekarang hm?. Semua sudah ku lukai, siapa lagi yang belum ku lukai di dunia ini. Han kadang aku lelah dan mau mengakhiri semuanya, tapi kamu tahu, kamu alasanku tak bertingkah konyol seperti itu. Maka bertahanlah untukku lalu ku lakukan hal yang sama untukmu”

“Han aku sudah mengadu ini beribu-ribu kali padamu. Apa kau tak bosan mendengarnya hm?. Sudahlah ini malam minggu, waktunya kita berbagi kasih seperti orang banyak. Oh iya Han, apa kau tahu aku akan datang? Kenapa sepi disini, padahal kau tempat banyak orang bercerita loh.” Dia terkekeh sendiri, meratapi nasibnya yang kurang beruntung ini

“Han didalam sana ada kehidupan tidak?” entah ini bahasa alam atau apapun itu, tiba-tiba segerombol ikan melompat-lompat di dasar air tepat di bawah Karina

Karina tersenyum melihat itu. Sungai Han sudah tak wajar jadi tempat lagi, dia sudah lulus jadi manusia yang manis untuk seorang Karina.

“Hahahaha nanti yah aku berkunjung ke sana, jangan lupa temui aku”

Tiba-tiba saja kembang api, bermunculan di sala satu gedung megah. Kembang api itu berbentuk hati dan berwarna cantik.Hati Karina menghangat ketika melihat itu, ditambah lagi dengan suara air yang damai di bawah sana.

Pesta kembang api itu berlangsung sekitar 10 menit, dan sejatinya Karina menontonnya hingga kembang api itu tak keluar lagi. Karina melihat kearah sungai han yang semakin damai, angin mulai merasuk ke tulangnya, tapi ini nyaman.

DUAAARRR!!!!

Tempat kembang api itu kembali mengeluarkan semburan indah, tapi kali ini dia membentuk sebuah kata maaf. Wah indah sekali, jujur Karina baru melihat ini. Sepasang kekasih itu pasti sedang bertengkar dan lelakinya menyiapkan itu agar sang pujaan hati mau memaafkannya. Seperti di drama yang Karina nonton. Indahnya kisah orang-orang.

Memastikan tak ada tontonan gratis dari kembang api itu, Karina mau kembali ke rumahnya untuk beristirahat karena sudah terlalu larut, tulangnya juga sudah membeku

“Enak selingkuhnya sama Han?” tanya seseorang di bangku taman sungai Hai tepat di belakang Karina berdiri tadi

Karina gugup, sejak kapan orang ini ada di belakangnya. Karina berlari menerobos tubuh jakung itu untuk ia peluk. Dekapannya tak sama sekali membuat ia sesak. Orang yang dipeluknya pun mulai menyadari kesalahannya kepada anak ini, ketika ia merasa ada banyak beban yang dia tanggung.

“Kamu dari mana aja?” bisiknya lirih

“Maafin aku Rin. Aku baru pulang dari US” jawabnya

Karina melepas pelukannya dari tubuh Kai. Menatap kedua manik mata indah itu. Sudah berapa lama dia tak bertemu dengan kekasihnya ini. Dia Kim Jong-in, lelaki yang ia pacari 1 tahun lalu. Lelaki yang SEMPAT membawanya keluar dari lingkup luar yang kejam. Sosok yang selalu jadi bayang-bayang 1 tahun untuk Karina.

“Karin, seneng bisa liat kakak lagi” ujar Karina tak lepas dari mata kekasihnya itu

“Iya Rin, aku juga” Kai memberi senyumnya untuk gadis malang didepannya ini

“Ke rumah yuk, pasti mama juga kangen sama kakak” Karin menarik tngan kekar Kai untuk ia bawa dalam genggamannya.

Tapi Kai menolak uluran tangan itu dengan halus. Karina seketika menghapus senyumnya,kenapa Kai menolaknya? Apa ada yang salah dengan dirinya?.

“Kak aku menjijikan yah?" Pernyataan karina lolos membuat Kai membulatkan matanya seraya menggeleng

“Ngak Rin. Kamu selalu cantik tanpa di akui sekalipun” jawab Kai. Kini tangan Kai yang membawanya dalam sebuah genggaman hangat. Kai membawa wanitanya untuk duduk di kursi tadi

“Karina apa kabar?” tanya Kai

“Aku baik-baik aja kok kak. Kakak sendiri gimana?”

Kai menunduk menahan tangisnya yang sebentar lagi akan pecah. Ia tak kuasa menatap gadis yang tadi menutupi bohongnya. Kai merasa bodoh sekarang. Kai sudah terisak di sana, bahunya sudah naik turun. Karina khawatir dengan Kai yang tiba-tiba menangis

“Kak” dia ikut terbawa suasana, Karina memeluk Kai berusaha menenangkan 

“Tante jangan peluk papaku” ujar seseorang menarik baru Karina

Dengan spontan Karina melepas pelukan itu.






DWEMAWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang