Chapter 23

33.9K 3.3K 7
                                    

Renata menumpu dagunya diatas lutut, sepulang dari makan bapaknya tadi sore, rasanya tubuhnya melemas. Dia tak tahu harus berpikir bagaimana lagi menanggapi sikap kedua orangtuanya.

Tak sadar kah mereka, kalau hal yang menurut mereka baik belum tentu baik untuk anaknya?

Renata memejamkan matanya, kedua matanya terasa panas, bisa dia pastikan matanya sudah membengkak karena tangisnya tiada henti sejak tadi.

Ceklek

Lampu menyala, membuat indranya kembali tersadar. Bahkan dia tidak menyadari jika sejak tadi dia tenggelam dalam kegelapan didalam rumahnya.

"Ren."

Renata menatap sosok tubuh tegap berstelan jas sudah berdiri didepan pintu. Renata menyipitkan matanya, pandangannya sedikit mengabur karena air matanya yang masih membendung.

Derap langkah kaki pria itu perlahan mulai bisa dia rasakan.

Melihat kondisi Renata yang terpuruk seperti ini mampu membuat hati Arjuna berdenyut.

Tanpa berkata apapun lagi, Arjuna langsung berjongkok menyamai tubuhnya dengan tubuh Renata, tangannya mengelus puncak kepala Renata dengan penuh kelembutan.

"Pak? Kok bisa disini?" Renata menyeka air matanya. Perlahan ia mengangkat wajahnya dan mulai menatap Arjuna didepannya.

Arjuna menghela napasnya berat, alih-alih bertanya apa yang terjadi dengan perempuannya ini, Arjuna memilih untuk langsung menarik Renata, untuk masuk ke dalam dekapannya.

Renata tidak menolak, dia memang butuh sandaran ini sekarang.

Renata menarik napasnya dalam-dalam, kedua matanya terlihat sayu akibat kelelahan. Renata menghirup dalam-dalam wangi lavender didepannya. Wangi yang mampu membuat tubuhnya terasa rileks seketika.

Perlahan, perempuan itu mulai memejamkan matanya, menjadikan bahu Arjuna sebagai sandarannya, dan Arjuna juga tidak peduli jika lututnya kebas karena harus menumpu tubuh gadisnya ini.

****

Sejam Renata tertidur dalam dekapan Arjuna, membuat lutut cowok itu terasa mati rasa karena terlalu sakit kelamaan berjongkok.

Perempuan itu mengangkat wajahnya, menatap Arjuna yang tengah menahan keseimbangannya agar tidak terjatuh.

"Eh, pak."

Arjuna meringis merasakan kakinya yang sulit digerakan. Cowok itu tersenyum seraya berdiri sambil meregangkan lututnya agar tidak kaku karena kelamaan berjongkok tadi.

"Bapak kenapa ga bangunin saya!" Renata menumpu tangan Arjuna yang semula memegang bahunya agar dia tetap tegak.

"Saya gak tega bangunin kamu."

"Duduk dulu deh." Renata membantu Arjuna untuk beralih ke sofa yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Renata meringis kala melihat Arjuna yang menahan sakit.

Renata berjongkok, dia mengangkat kaki Arjuna kesamping, menaikannya diatas sofa seraya memijatnya kecil.

Melihat itu mampu membuat Arjuna tersenyum simpul.

"Gak perlu kamu urutin gitu Ren. nanti juga ilang sendiri." Renata diam, dia tidak menggubris perkataan Arjuna sama sekali. Di pikirannya kini hanya ada satu pertanyaan, mengapa bosnya ini bisa ada disini? Buat apa?

Arjuna menarik lengan Renata agar perempuan itu berdiri, "Kalau kamu ikutan jongkok kaya gitu nanti kebasnya nular ke kamu."

"Tapi kaki bapak-"

KEKI [END✓ JOHHNY SUH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang