Chapter 46

27.7K 2.3K 13
                                    

Udara malam semakin kuat. Setelah perbincangan Arjuna dan Haryono tadi mereka semua memutuskan untuk kembali melanjutkan pesta kecil-kecilan di luar rumah. Tepatnya di halaman belakang yang begitu luas.

Keluarga Wicaksono juga semakin ramai yang berdatangan. Terlihat juga ada Randu dan Fifi yang sibuk membolak-balikan daging di dekat kolam renang.

Renata menyunggingkan senyumnya, bagaimana jika dia tidak bertemu Arjuna? Apakah dia bisa bangkit dan pulih lebih cepat layaknya kehadiran Arjuna?

Saat sedang asyik menelisik seluruh pemandangan, tiba-tiba Renata merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya dari belakang. Membuat perempuan itu tersentak dan menoleh sebentar.

"Kenapa disini sendirian?" tanya Arjuna yang sudah mendaratkan dagunya di atas bahu Renata. Menghirup aroma parfume coklat di leher Renata yang sedikit memabukan.

"Gapapa, saya cuma lagi seneng aja liatnya. Rame banget." Renata tertawa tipis, membuat Arjuna kembali di buat takjub dengan senyum perempuannya ini. Sangat cantik.

Arjuna mengecup leher Renata sebentar, senyum miringnya tercetak jelas.

"Pak diem, nanti yang lain liat gaenak." Renata mencoba menjauhkan kepala Arjuna dari lehernya. Pria itu mencebikan bibirnya kesal.

Arjuna menghembuskan napasnya kasar. Membuat Renata kembali merinding di buatnya. Karena helaan napas pria itu terasa jelas di kulitnya.

"Saya beruntung punya kamu." Renata menoleh, ia menatap Arjuna lekat-lekat.

"Apa yang bikin bapak ngerasa beruntung punya saya?" tanya Renata dengan penasaran.

Arjuna memejamkan kedua matanya, senyumnya yang manis menambah kesan ketampanan pria itu.

"Karena kamu saya jadi baikan sama Papa."

Renata tertawa sebentar. Tangannya mengelus pipi Arjuna lembut. "Kalau gak ada saya pun pasti bapak bakalan baikan. Saya cuma perantara buat bantuin aja."

Cup cup cup

Arjuna mengecup pipi Renata berkali-kali, sesekali menghisapnya dalam-dalam membuat Renata kegelian sendiri.

"Pak geli ish haha."

Cekrek

Baik Renata maupun Arjuna tersentak saat melihat flash dan suara dari kamera yang di pegang Randu.

"Rese. Ganggu banget si," cibir Arjuna tidak terima.

Fifi tertawa melihat wajah Arjuna yang murung. Namun pelukannya di pinggan Renata tidak mengendor sama sekali.

"Kapan lagi kan liat Abang sebucin ini," ujar Fifi sambil terus menatap hasil jepretan suaminya tadi.

"Lo tahu ga si Ren. Pas Lo pergi tuh ada yang kaya mati segan, hidup tak mau," ledek Randu semakin jadi. Renata tersenyum meledek.

"Iyalah, separuh hati gue. Belahan jiwa gue. Jantung gue ilang gimana gue bisa hidup coba."

Renata menepuk-nepuk puncak kepala Arjuna dengan lembut. "Buktinya sekarang masih hidup kan."

"Iya hidup, tapi kaya gaada tujuan."

"Kan ada Freya."

"Ck, ga level sama jablay."

Plak

"Hus, mulutnya." Randu dan Fifi bahkan sampai melongo saat melihat Renata langsung memukul mulut Arjuna tiba-tiba.

"Ren, sakit. Lagian saya kan ngomong fakta. Dia emang jablay," bela Arjuna tak mau kalah. Pria itu melepas tangannya dari pinggangnya Renata, mengelus bibirnya yang terasa panas karena pukulan Renata tadi.

KEKI [END✓ JOHHNY SUH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang