Renata memotong daging ayam yang tercampur dalam kuah sop dengan perlahan. Sebelum akhirnya dia melayangkan suapannya kembali untuk Andreas yang sudah menunggunya sejak tadi.
Hari ini Renata mendapat kesempatan untuk bercuti lagi karena Andreas sejak pagi tidak berhenti bertanya kapan Renata akan datang.
Karena merasa tidak tega dengan anaknya yang terlihat sangat merindukan Renata akhirnya Arjuna memutuskan untuk menyuruh Renata merawat anaknya disini.
Lagipula itu juga sudah jadi kewajiban Renata sebagai pengurus Andreas selama 100 hari belakangan. Dan hari ini sudah masuk hari ke tiga.
Awalnya Renata ingin menolak, karena tidak enak selalu meninggalkan kewajibannya di kantor sehingga membuat beberapa rekannya kewalahan atas tugas yang seharusnya dia selesaikan. Namun saat Arjuna berkata dia akan menghandle semuanya Renata tak mampu lagi menolak.
Lagi pula dia juga sudah menyetujui untuk merawat Andreas selama 100 hari. Arjuna tak akan tega memecatnya karena ini juga termasuk permintaan cowok itu.
"El besok-besok harus jaga diri ya. Udah tahu alergi pisang tapi malah makan aja tanpa bertanya lebih dulu." Renata menatap Andreas dengan tatapan tajam membuat bocah itu menunduk sambil memainkan jemarinya.
"Iya maafin El udah bikin khawatir."
"Terus juga El jangan sembarangan manggil Kak Rena mommy."
Andreas menoleh, "Kak Rena gak mau ya jadi mommynya El?"
Tidak mau memang.
Tetapi Renata tidak tega mengatakannya langsung pada Andreas. Bocah itu terlihat bahagia, terlebih lagi saat Renata datang membelanya saat teman sebayanya mengejeknya tidak punya mama.
"Bukannya gak mau. Cuma Kak Rena itu gak mau nantinya ada gosip yang buruk dikantor. Kalo ada gosip yang ga bener kasihan Daddynya El. Nanti kerjannya bisa bermasalah."
Andreas terdiam, bocah itu kembali menunduk membuat Renata menghela napasnya dengan sangat berat.
"Tadi El bilang, El bikinin kak Rena puisi. Mana? Kak Rena mau dengar dong."
Andreas mendanga, matanya berbinar menatap Renata yang menagih puisi yang dia buat tadi.
"Dengerin ya kak Rena."
Andreas berdeham, sorot mata bocah itu menatap Renata dalam-dalam.
Ibu ...
Hadirmu adalah karunia terindah yang Tuhan berikan
Senyummu adalah bagian dari semangatku dalam setiap perjalanan.
Terima kasih karena selalu membuatkan ku sarapan
Terima kasih karena terus mendukung semua harapan
Terima kasih karena terus berada didekatku untuk setiap keheningan
Pelukanmu akan selalu membuatku merasa tenang.Mata Renata berkaca-kaca, seumur hidup dia baru kali ini dibacakan puisi yang sangat menyentuh hatinya.
Andreas tersenyum lebar menatapnya, Lantas dia menyatukan kedua tangannya, bertepuk dengan sorakam heboh yang keluar dari mulutnya.
"Bagus banget El."
"Kak Rena suka?" Renata mengangguk dengan gembira, jari-jarinya menyeka air mata yang hampir turun di pelupuk matanya.
"Nanti El buatin lagi kalau kak Rena suka."
Renata merentangkan kedua tangannya, mengisyaratkan bocah itu untuk masuk ke dalam pelukannya. Dengan semangat Andreas langsung berhambur masuk kedalam pelukannya Renata. Merasakan elusan lembut dipunggungnya, serta kehangatan yang Renata berikan kepadanya saat itu.
****
Arjuna membuka pintu dengan sangat pelan, takut menghasilkan bunyi yang bisa membuat kedua manusia didalamnya terbangun.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Renata menemani Andreas dirumah sakit seharian. Arjuna bisa menebak bahwa perempuan itu pasti kelelahan.
Netranya menatap Renata yang tertidur pulas disofa yang tersedia. Senyumnya mengembang tipis.
Lantas dia mengambil selimut yang ada di lemari yang memang sudah dia siapkan untuk selimut ganti El.
Menutup tubuh perempuan itu hingga sebatas dada. Perlahan tangannya mengelus pipi Renata dengan lembut.
Arjuna mendaratkan kecupannya didahi Renata, dengan penuh kasih sayang.
Lantas cowok itu berbisik, "Saya beneran udah jatuh cinta sama kamu, dan cinta itu semakin hari semakin besar. Saya harus gimana biar bikin kamu mau sama saya Ren?"
Arjuna berujar lirih, dia tahu selama ini dia tidak pernah melakukan tindakan apapun untuk mendapatkan cintanya Renata. Selama ini yang Arjuna lakukan hanya mencari kesempatan dalam setiap kesalahan yang Renata perbuat, padahal kesalahan itu masih bisa ditebus lain hari namun Arjuna mempercepat karena dia tidak mau waktunya bersama Renata berlalu begitu saja.
Bahkan Arjuna juga lebih sering merepotkan Renata untuk menemaninya rapat diluar. Alih-alih mengajak Rudi, Renatalah yang lebih sering ikut campur dalam urusan cowok itu.
Arjuna berjongkok, menatap wajah didepannya yang terlihat damai dalam lelapnya.
Saat sedang asyik menatap wajah Renata, ponselnya berdering.
Dengan cepat dia berjalan keluar untuk menerima telfonnya.
Sepeninggalan Arjuna, Renata membuka mata, dia sempat merasakan elusan lembut dipipinya. Renata bukan tipe orang yang kebo jika sudah tertidur. Renata mudah terbangun. Bahkan suara kecil seperti suara cicakpun mampu membuatnya terbangun.
Renata mendengar kalimat yang Arjuna ucapkan tadi, dia sedikit tertegun mendengarnya.
"Iya, nanti saya kesana. Kamu mau saya belikan apa?"
Renata sedikit menyeritkan dahinya, dengan siapa bosnya itu berbicara ditelfon?
"Saya juga sayang sama kamu. Nanti saya sampaikan sama El. Tapi kalo bisa kamu kesini biar El senang."
Apakah itu ibunya Andreas?
Tapi dari yang dia dengar dari Andreas kalau Ibu kandungnya itu sudah memiliki suami.
Lantas siapa yang Arjuna hubungi tengah malam begini.
Melihat Arjuna segera pergi meninggalkan kamar, Renata bangkit. Menatap tubuhnya yang terbalut selimut serta terus memikirkan kalimat yang Arjuna katakan sebelumnya.
Benarkan Arjuna mencintainya?
****
Jangan lupakan vote dan komentar
Follow Ig dsntrrr_
Tiktok dentara4Salam sayang
Dentara ♥️♥️♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKI [END✓ JOHHNY SUH]
RomansaFOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE KE SOSIAL MEDIA KAMU YA ♥️ #WattpadRomanceID **** Setelah lulus kuliah, Renata akhirnya mendapatkan pekerjaan disalah satu perusahaan penerbitan ternama. Baru beberapa bulan bekerja dia sudah...