Chapter 32

29.3K 2.7K 53
                                    

"Huek ... Huekk."

Arjuna meringis kala dia melihat Renata mengeluarkan seluruh isi perutnya, entah sudah berapa kali perempuan itu bolak-balik ke kamar mandi, hal itu justru membuat kecemasan Arjuna begitu besar.

Arjuna menyilangkan kedua tangannya didepan dada, tatapannya menelisik tubuh Renata yang berjalan begitu lunglai keluar dari kamar mandi.

"Kerumah sakit aja Ren, saya gabisa liat kamu kaya gini." Renata menggelengkan kepalanya pelan, sebelum menjawab dia kembali merasa mual. Perempuan itu berlari terbirit-birit ke kamar mandi.

"Gak bisa, kalo kamu gak mau ke rumah sakit biar saya panggi dokter kesini." Arjuna berjalan ke ruang tv untuk mengambil ponselnya. Dia melihat Soraya yang duduk terdiam dengan tatapan kosong.

Perempuan itu tersenyum kala Arjuna sudah berdiri didepannya.

"Gimana Renata?" Arjuna tersenyum menatap Soraya yang terlihat sendu.

"Masih muntah-muntah, ini saya mau panggilkan dokter buat dia," ujar Arjuna sebelum akhirnya dia menghubungi dokter yang biasa menangani dirinya ataupun Anaknya jika sakit.

Soraya mengemas barangnya, dia meraih tasnya. Melampirkannya dibahu. "Kalau begitu saya pamit pulang dulu. Tolong jaga Renata ya, saya tahu kedatangan saya cuma membuka luka lama dia. Saya tidak mau membuatnya sedih. Katakan padanya saya akan selalu ada saat dia mencari saya. Tolong berikan ini kepada Renata."

Soraya menyerahkan kertas bertuliskan nomor teleponnya beserta alamat rumahnya yang dia tinggali bersama keluarga barunya. Soraya tahu ini terlalu cepat untuk Renata menerimanya, dia akan menunggu sampai kapanpun Renata datang memaafkannya, bisa menerimanya kembali sebagai ibunya dan memulai hidup baru bersama.

Belum sempat Arjuna menjawab, Soraya keburu pergi begitu saja. Arjuna tidak tahu masalah apa yang Renata alami dengan ibunya, saat dia datang tadi, dia tidak sengaja mendengar Renata berucap yang lelah hidup, dan berjuang sendirian tanpa dukungan orang tuanya. Mungkin ini sebabnya, mengapa Renata tidak ingin terlalu cepat menerimanya. Selain karena mereka belum bisa saling terbuka satu sama lain, Renata takut, jika semua yang ada di hidupnya sekarang akan pergi meninggalkannya lagi.

Uhuk .. uhuk

Arjuna tersadar dari lamunannya, dia melihat Renata yang berjalan menuju sofa dengan kedua tangannya yang dia lilit didepan perut.

Dengan cepat Arjuna memasukan kertas itu ke dalam saku celana bahannya, lalu beralih membantu Renata untuk kembali berbaring di sofa.

"Di kamar aja ya, biar enak tidurnya."

Renata menyandarkan punggungnya, kedua matanya terpejam erat, kepalaya menggeleng berkali-kali.

"Di kamar suntuk pak, saya mau disini aja biar bisa nonton tv."

Arjuna yang semula berdiri pun mulai mendaratkan bokongnya disamping Renata.

"Saya pindahin tvnya ke kamar. Biar kamu bisa nonton sepuasnya disana. Atau kasurnya aja saya pindahin kesini? Muat kok tinggal di pindahin aja barang disini." Renata cukup terkejut dengan ucapan Bosnya itu. Kedua matanya bahkan sampai melotot. Bagaimana bisa bosnya berpikir untuk memindahkan kasurnya ke ruang tv? Kalau ada tamu masa tamunya di suruh duduk di kasur. Kan ga lucu!.

Rumah cuma berapa petak, isinya cuma ruang tv, dapur yang menyatu satu ruangan dengan kamar mandi dan satu kamar dirinya. Segala macam mau diubah-ubah. Bikin keki terus bos satu ini.

"Gak usah aneh-aneh pak, lagian bapak ngapain deh kesini? Pantesan saya mual-mual terus." Renata meraih remote tv di atas meja. Hal itu sontak membuat Arjuna mendengus kasar.

KEKI [END✓ JOHHNY SUH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang