Seminggu setelah pernikahannya di gelar Arjuna dan Renata mendapat kabar dari rumah sakit tempat Sydney dirawat. Kemarin saat acara pernikahannya, Sydney terlihat baik-baik saja dan tidak mengeluhkan apapun yang terasa di tubuhnya. Hal itu membuat Arjuna merasa sakit hati jika mengingatnya.
Arjuna berjalan begitu cepat dengan Renata dalam gandengannya, raut wajahnya benar-benar tidak bisa di prediksi, namun Renata bisa merasakan, ada ketakutan yang mendalam dalam pikiran suaminya itu.
Keduanya terdiam di dalam lift, sambil menunggu lift itu berjalan naik menuju bangsal perawatan sang ibu, Arjuna benar-benar larut dalam pikirannya.
"Mas," ucap Renata pelan, tangannya yang bebas dari genggaman tangan Arjuna mengelus lembut lengan pria itu.
Terdengar helaan napas yang begitu lirih dan berat, "Saya takut Ren."
Renata sudah pernah merasakan bagaimana kehilangan kedua orang tuanya, dia sudah tahu bagaimana perasaan Arjuna sekarang.
"It's okey, semua yang terjadi itu yang terbaik mas."
Ting
Pintu lift terbuka lebar. Keduanya berjalan tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit. Satu hal yang Arjuna tahu, di sanatorium tempat sang ibu dirawat jika ada yang menghembuskan napas terakhirnya semua akan berkumpul di dalam kamar rawat pasien itu, dan sekarang Arjuna benci itu, jantungnya benar-benar berdegup kencang, bayangan tentang kepergian sang mama benar-benar membuat nyalinya menciut.
"Jun." Arjuna menghempaskan begitu saja tangan Dokter Refi saat dokter muda itu ingin menjelaskan suasananya.
"Ma." Arjuna terdiam kaku saat melihat sang mama terlihat begitu lemah, tatapan matanya terlihat begitu sayu. Di tengah kondisinya yang melemah, Sydney menunjuk Arjuna dengan telunjuknya.
Arjuna langsung meraih tangan sang mama dan di kecupnya begitu lama. Air matanya mulai menggenang, rasa sakit yang dia tahan selama perjalanan kemari semakin terasa.
"Ma..." Lirihnya begitu dalam. Disisa kekuatannya, Arjuna mencoba menatap sang mama yang kondisinya sudah melemah.
"An-ak ma-ma." Senyum tipisnya terulas begitu lebar, Arjuna menganggukan kepalanya. Di balik masker oksigen, Sydney berujar susah payah. Diliriknya ke samping ada Renata yang tengah mengelus puncak kepala dengan begitu tenang.
"Iya ini Arjuna, mama kenapa gini, kemarin mama baik-baik aja. Mama sehat ya?"
"Bahagia terus ya..." Air mata Arjuna luruh begitu saja. Melihat monitor berbunyi teratur semakin membuat jantung Arjuna berdegup.
"Mama, mama bisa sembuh. Mama percaya sama Arjuna, Arjuna bakalan usaha buat bikin Mama sembuh."
Siapa yang tega melihat Sydney seperti ini, bertahun-tahun bertahan hidup bersama sel kanker yang menggerogoti tubuhnya, menelan obat yang setiap hari harus bertambah. Menanggung selaga efek samping pengobatan yang dia jalani. Kini Sydney merasa perjuangannya telah usai, dia ingin melepas semua rasa sakit yang di derita, dia tak ingin lagi merepotkan semua orang yang sudah seharusnya hidup bahagia tanpa terusik akan kesehatannya. Namun Arjuna belum siap untuk kehilangan sosok berjasa dalam hidupnya. Arjuna benar-benar ingin membuat Sydney sembuh.
"Mama, kita ada janji mau liburan bareng. Mama harus sembuh, nanti kita liburan bareng El sama Rentaa juga. Mama kan mau liburan sama Renata."
Renata yang melihat keputus asaan suaminya itu pun langsung ikut menggenggam tangan Arjuna yang tengah keras menggenggam tangan Sydney.
"Mama harus sembuh," jeritnya pilu.
"Sakit... Sayang." Di sisa keteduhan yang Sydney punya, ia mencoba untuk mengelus pipi putranya yang begitu dia rindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKI [END✓ JOHHNY SUH]
Любовные романыFOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE KE SOSIAL MEDIA KAMU YA ♥️ #WattpadRomanceID **** Setelah lulus kuliah, Renata akhirnya mendapatkan pekerjaan disalah satu perusahaan penerbitan ternama. Baru beberapa bulan bekerja dia sudah...