Chapter 7

45.5K 4.6K 198
                                    

Renata terkejut setengah mati saat melihat Andrea sedang membereskan beberapa kertas yang berserakan dilantai, tadi selesai makan malam Andreas langsung tidur dan Renata meninggalkan kosannya sebentar untuk membeli pulpen di warung depan.

Namun siapa sangka saat dia kembali malapetaka justru kembali hadir menyapa hidupnya.

Tidak tahu apa yang diperbuat bocah itu yang jelas sekarang laptopnya sudah basah terkena tumpahan kopi yang dia seduh beberapa menit yang lalu.

Belum lagi beberapa bahan untuk laporannya yang sudah susah payah dia kerjakan kini ikut lenyap terendam kopi.

Renata geram, sejak hari pertama bocah ini datang, selalu saja membuatnya dalam masalah. Kemarin make upnya, kossannya terus laporannya besok apa lagi? Nyawanya? Astaga.

"Andreas! Lo bisa gak si sehari aja jangan bikin ulah. Gue capek, Lo pikir bikinnya gak perlu waktu dan tenaga apa."

Andrea menundukan kepalanya, "Maaf kak."

"Maaf terus maaf terus harusnya kalo udah maaf tuh Lo jangan ngulangin kesalahan, ini laptop isinya kerjaan gue semua kalo rusak gue bisa di pecat, Lo gak akan ngerti gimana susahnya cari duit."

"Lo siap-siap, gue anter Lo ke kantor polisi, gue ga sanggup lagi buat nemuin orang tua Lo. Pantes aja mereka suka ngelarang Lo, karena mereka tahu kalo Lo ga dilarang Lo bakalan seenaknya dan selalu buat ulah." Amarah Renata memuncak, awal niat hati ini membantu dan turun tangan sendiri untuk menemui orang tua Andreas, tapi melihat Andreas yang selalu membuat dirinya kewalahan jadi menyerah. Ia menyerah.

Andreas berlari keluar kossan, sebelum pergi bocah itu menatap Renata singkat.

Renata mengelus wajahnya gusar, tangannya menggenggam rambutnya kasar.

Seketika dia tersadar, jika Andreas beneran pergi dan terjadi sesuatu padanya dia bisa saja jadi kambing hitam.

Dengan cepat Renata berlari mengejar Andreas, dari atas Renata bisa melihat Andreas berdiri di pinggir jalan dan bingung mau kemana.

"ANDREAS DIAM DISITU!"

Bocah itu tidak menoleh, Renata berlari sekuat tenaga sampai hampir sedikit lagi dia berhari menarik lengan Andreas namun anak itu sudah lebih dulu terserempet mobil yang berlaku dengan cepat.

"ANDREAS!" pekiknya dengan khawatir.

"Awkhhh," Andreas menangis tersedu-sedu, lutut dan lengan bocah itu berdarah karena terseret mobil, untung saja tidak terlalu jauh. Serta wajahnya juga yang terkena pinggiran aspal.

"Mampus gue."

Renata berlari sekuat tenaga berteriak meminta pertolongan untuk membantunya membawa Andreas kerumah sakit.

****

Arjuna menyusuri rumah sakit yang Rudi katakan, bertanya pada receptionist tentang keberadaan anaknya.

Matanya melotot melihat Rudi melambaikan tangannya dan menunjuk salah satu kamar.

Dengan langkah gusar Arjuna berlari untuk segera melihat keberadaan anaknya.

"El?"

Bocah itu menoleh, ia menatap sang papa dengan perasaan bersalah.

"Dad." Arjuna memeluk anak lelakinya yang terluka dengan begitu erat, rasa rindu, khawatir marah dan kesal bercampur menjadi satu, Arjuna tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya jika tidak ada anaknya.

KEKI [END✓ JOHHNY SUH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang