Chapter 30

31.3K 2.8K 45
                                    

"Kak Rena ini gimana?" Renata menoleh kesamping dimana Andreas duduk disebelahnya. Bocah itu tengah sibuk dengan benang dan alat rajut yang dimiliki Sydney. Katanya kalau lagi bosan Sydney selalu meluangkan waktunya untuk merajut. Karena sebelumnya Renata juga pernah di ajarkan merajut dengan ibunya, perempuan itu seoleh tertarik untuk kembali menunjukan kemampuan. Terbukti sekarang dia sudah hampir selesai merajut sarung tangan yang begitu lucu yang dia khususkan untuk Sydney.

Tangan Renata terulur membenarkan benang yang melilit kedua tangan Andreas. Bocah itu nampak kesulitan saat mencobanya, padahal saat dia melihat Sydney dan Renata terlihat sangat mudah.

"El gausah buat lagi, nanti malah sayang benangnya kebuang. Nanti kak Rena buatin aja ya." Andreas mencebikan bibirnya lantaran kesal karena tidak bisa merajut seperti apa yang tengah di lakukan Renata dan Sydney.

"Sarung tangannya buat El kak?" Bocah itu menatap Renata dengan tatapan berbinar. Perempuan itu tersenyum, jari telunjuknya mencolek pelan hidung Andreas.

"Buat Oma. Biar Oma gak kedinginan," ujarnya tanpa melirik Andreas disampingnya sedikitpun. Sedangkan Sydney sudah tersenyum mengejek ke arah cucunya itu.

"Buat El gak ada?" tanya Andreas penasaran, wajah bocah itu menekuk sempurna.

Renata terdiam sejenak, seringai tips muncul di balik wajah cantiknya, sekali-kali menjahili Andreas tidak salah kan.

"Enggak deh, El nanti belajar lagi aja ya biar bisa buat sendiri."

Andreas memaki, tangan bocah itu sudah bersidekap didepan dada. "KAK RENA!"

Renata menatap Andreas dengan wajah yang memerah menahan marah, dia juga melirik Sydney yang juga turut andil membantunya untuk menjahili bocah kecil ini.

"Ngambek terus. Sabar dong. El kan udah sering bareng-bareng smaa kak Rena, Oma kan baru hari ini mungkin aja ini hari terakhir Oma ketemu kalian kan." Andreas mengendurkan kedua tangannya yang tadi bersidekap dada. Tatapannya berubah sendu.

Perlahan Andreas mendekat ke arah Sydney, kedua tangannya melingkar di pinggang sang nenek. Membuat Sydney tertegun seketika.

"Oma harus sembuh ya." Sydney mengelus puncak kepala Andreas dengan lembut senyum tipisnya terpancar. Walaupun dia tahu penyakitnya tak akan pernah bisa sembuh tapi dia tidak ingin menunjukan keputus asaannya kepada cucu satu-satunya itu.

"Oma akan selalu berusaha tetap hidup setiap hari, supaya Oma bisa terus ketemu sama El. Makanya El kalau ada waktu sering-sering temenin Oma ya." Sydney merasakan anggukan kepala cucunya itu. Sydney juga merasa sedih karena dia tak lagi bisa memantau perkembangan cucunya itu. Padahal dulu sebelum menderita penyakit mematikan ini, mereka berdua sangat dekat dan begitu erat. Melalui Sydney, Andreas bisa merasakan kasih sayang seorang ibu.

Renata mengelus lengan Sydney pelan, walaupun dia tidak tahu penyakit mematikan seperti apa yang di derita Sydney, tapi melihat kesenduan dari sorot mata perempuan itu mampu membuat Renata ikut merasakan kesedihannya.

"Makasih ya Rena kamu bersedia untuk membuka hati untuk anak saya," ujar Sydney, tangan perempuan itu bergetar, membuat Renata tertegun seketika.

"Arjuna sudah banyak menderita."

"Dia selalu menuruti apa yang di minta sama kami, apapun yang kami mau dia akan selalu bersedia memenuhinya tidak peduli hal itu mampu membuat hidupnya bahagia atau tidak. Dia hampir tidak pernah mengatakan apapun yang jadi keinginannya. Jika kamu memang tulus sama Arjuna tolong bantu dia berbaikan dengan papanya, jika memang tidak berniat menerima dan bertahan hanya karena tidak tahu bagaimana cara menolak, kamu bisa langsung katakan. Saya tidak ingin anak saya terjerat cintanya begitu lama tanpa kepastian dari kamu." Tukas Sydney dengan senyumnya yang begitu manis. Renata tertegun, dia juga tidak tahu bagaimana akan bersikap, apakah dia harus menerima Arjuna atau tidak. Yang jelas Renata memang merasa hidupnya lebih menyenangkan sejak hadirnya Arjuna dan Andreas.

KEKI [END✓ JOHHNY SUH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang