Chapter 40

30.3K 2.7K 174
                                    

Jangan lupa puter lagu di mulmed

****

Happy reading guys ♥️

****

"Di jaga makanannya ya El, jangan sampai alerginya muncul lagi, om gabisa janji kalau nanti alergi kambuh El masih baik-baik aja." Kenan tersenyum menatap Andreas yang kini terbaring lemah di atas brangkar. Bocah itu kembali terkena alergi pisangnya, katanya tadi ada yang memberikannya susu, namun dia tidak melihat dulu jika susu itu rasa pisang.

Jadilah seperti ini sekarang.

Arjuna mengelus puncak kepala anaknya dengan lembut, "Tuh dengerin. El kan udah besar. Masa jaga diri sendiri aja gabisa."

"Tadi ada perempuan yang ngasih El susu, El udah nolak tapi dia malah nangis, yaudah deh makanya El minum tanpa liat dulu." Kenan tersenyum geli menatap Andreas yang kini merasa bersalah karena melihat kekhawatiran daddy-nya itu.

"Yaudah gapapa. Besok-besok coba untuk menolak yang jadi penyakit buat kamu ya El. Ga semua hal yang orang kasih bisa kamu terima langsung begitu aja. Semua ada baik dan buruknya. Mungkin dia dapet baiknya karena susunya yang di beli ga mubazir tapi El?"

Kenan menggantung kalimatnya sambil menatap wajah bocah itu yang kini tertunduk.

"El dapet buruknya karena sekarang El jadi sakit."

Arjuna mengelus puncak kepala Andreas dengan lembut, bersyukur anaknya itu bisa paham dengan apa yang terjadi sekarang. Untungnya juga Kenan dan Arjuna saling kenal jadi jika terjadi apa-apa mudah untuk dirinya meminta bantuan. Terlebih saat El dalam kondisi seperti ini.

"Yaudah kalau gitu om keluar dulu, jangan lupa di minum obatnya, biar cepet sembuh." Andreas mengangkat kepalanya saat mendapat elusan pelan di punggungnya.

"Makasih om dokter."

"Sama-sama." Kenan mengangguk dengan senyuman. "Kalo gitu gue keluar dulu."

"Eh tunggu, bareng aja gue sekalian mau beli makanan. El Sebentar ya Daddy mau beli makan dulu. Gak lama kok, tunggu om Rudy bentar lagi datang." Andreas menganggukan kepalanya paham. Ia terdiam menatap punggung Arjuna dan Kenan yang perlahan menghilang di balik pintu.

"Gimana cewek yang waktu itu Jun? Udah ketemu?" tanya Kenan saat keduanya berjala bersisihan di koridor rumah sakit.

Arjuna mengesah panjang, tangannya melonggarkan dasinya yang terasa mencekiknya.

"Belum ada. Gue gatau dia kemana sampai sekarang."

"Masa sih? Sosial medianya ga saling mengikuti emang?"

"Ga pernah di balas. Gue tanya temen-temennya yang sering nongkrong bareng di kantor pun gaada yang tahu kemana Renata."

"Usaha terus, jangan nyerah gitu aja. Ini juga salah Lo jadi Lo harus tanggung jawab untuk menyelesaikannya."

Arjuna tersenyum tipis, tidak tahu harus bagaimana. Dua bulan terakhir tanpa Renata di hidupnya terasa begitu sepi.

Walaupun sebelumnya mereka dekat tetap tidak ada Renata. Setidaknya dia masih bisa melihat Renata di kantor. Tapi sekarang sudah hampir setiap menit jam detik dia mengirim pesan dan mencoba menelpon tapi nomornya selalu tidak aktif.

"Siang dok." Tegur salah satu perawat yang sedang berkumpul di salah satu meja saat Kenan dan Arjuna melewatinya.

"Siang, kalian disini gak ada kerjaan? Pasiennya gak di jagain? Retno, bukannya kamu saya suruh awasi pasien yang kena serangan jantung kemarin?"

KEKI [END✓ JOHHNY SUH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang