Chapter 31

28.3K 2.8K 35
                                    

Jika dulu saat Renata tahu Randu selingkuh dia akan pergi menjauh dan memilih untuk menghindari semua masalahnya dengan Randu, sekarang Renata tidak lagi ingin melakukannya. Selain karena dia tak bisa terus-terusan lari dari masalah, Renata cukup lelah jika harus pindah menghindari Arjuna, dan mencari tempat baru. Merepotkan.

Maka dari itu, Renata memilih sejenak untuk tidak bertemu Arjuna. Kemarin selepas dia dari toilet, perempuan itu langsung pulang tanpa pamit dan tanpa peduli jika Arjuna menunggunya kembali ke ruangan rawat Sydney. Renata tidak ingin gegabah mengambil keputusan. Dari pada bertemu Arjuna malah membuat mereka bertengkar lebih baik dia menenangkan diri dulu, biar bisa menghasilkan keputusan yang tidak akan disesali nantinya.

Hari ini Renata mengambil cuti, badannya terasa tidak enak, terlebih lagi kepalanya sangat sakit jika di bawa bangun. Jadilah dia di sini, merebahkan tubuhnya di atas sofa tepat didepan TV menonton acara yang bisa menghibur waktu luangnya.

Namun sialnya, perutnya berbunyi, pertanda bahwa perutnya itu meminta untuk segera di isi. Renata malas bangun, lebih tepatnya dia malas untuk membuat makanan. Tubuhnya terasa sangat lemas. Tidak memiliki keluarga dekat memang benar-benar menyusahkan, terlebih saat sedang sakit begini. Tidak ada yang bisa di mintai tolong.

Renata menghela napasnya berat, tangannya melampirkan selimut yang sejak tadi dia gunakan untuk menutupi tubuhnya. Mau tidak mau, bisa tidak bisa dia harus bangun, jika tak mau tambah sakit.

"Aduh, peningnya kepalaku ini." Renata memijit dahinya pelan, sebelum akhirnya dia memaksakan diri untuk bangkit menuju dapur.

"Keseringan makan sama Pak Bos sampe lupa kalau bahan makanan dikosan udh abis, hufttt." Renata menghela napas panjangnya saat dia melihat kulkas ternnyata isinya kosong. Bahkan air di dalam botol pun sudah tinggal sedikit.

Renata meraih mug di rak, dari pada tidak memasukan apapun ke dalam perut, lebih baik dia menyeduh teh hangat untuk menemani paginya. Masalah makanan, mungkin dia bisa order nanti.

Saat tengah menuangkan air panas dari dalam termos ke dalam mugnya, tiba-tiba suara ketukan pintu dari depan mampu membuat Renata meringis.

"Siapa pula pagi-pagi begini udah datang," ujar Renata seraya mengaduk sendok di dalam mug setelah menuangkan gula tadi.

Tok ... Tok ... Tok

"Iya, sabaran kek. Bentar." Renata berjalan santai menuju pintu depan dengan kedua tangannya yang ai apit bersamaan dengan mug yang terasa menghangatkan tangannya.

Renata membuka pintu seraya menyeruput tehnya, kedua mata perempuan itu terbelalak kaget saat melihat siapa yang bertamu ke kosannya pagi buta begini.

"Ibu?"

Soraya tersenyum lebar menyambut anaknya yang membuka pintu, "Alhamdulillah, syukur ibu gak nyasar. Ibu udah dari kemarin nyari kosan kamu tapi salah alamat terus. Mungkin karena ibu gak tahu daerah sini kali ya."

"Ibu kenapa datang kesini?" tanya Renata dengan nada sendu. Bukan, Renata bukannya tidak senang jika Ibunya kembali, hanya saja ini terlalu cepat untuknya. Banyak yang ingin Renata katakan pada Ibunya itu namun dia tak akan bisa mengatur semua kalimatnya secara tiba-tiba seperti ini.

"Ibu kangen banget sama Rena, gimana kabar kamu? Sehat kan?." Soraya mengelus lengan Renata dengan lembut, senyumnya mengembang sempurna seolah tak ada penyesalan apapun atas sikapnya yang sempat membuat Renata kecewa.

Renata meringis, ia menepis pelan tangan Soraya, tatapannya menunjukan sirat kerinduan juga kekecewaan secara bersamaan.

"Ibu bahagia?"

KEKI [END✓ JOHHNY SUH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang