Tutt
Tutt
Tae Yeon mematikan sambungan telepon. Ia terdiam beberapa saat kemudian memandang Jungkook. Dengan cepat direngkuhnya tubuh bergetar Jungkook.
"Ayo kita ke rumah sakit Jungkook-ie" bisik Tae Yeon sendu. Tangannya mengelus punggung Jungkook mencoba menenangkan.
"Sung Joon antarkan aku dan Jungkook ke rumah sakit Gachon"
"Baik Nyonya" balas Namja pemilik nama Sung Joon itu tegas.
Shina jangan pergi dulu, ku mohon!
*******
Langit Seoul sore ini terlihat berbeda dari hari kemarin. Sejak pagi awan hitam terlihat bergelung hampir ke seluruh kota. Matahari tak terlihat. Hawa dingin kian terasa saat angin berhembus kencang. Seakan memberi pengingat jika sesuatu terjadi.
Seperti sekarang contohnya.
Area pemakaman umum terlihat ramai dengan mobil-mobil berbeda warna maupun motor. Satu ambulance membuat orang lain tau jika ada yang ingin dimakamkan kali ini. Sedikit berpindah, tepat diujung jalan terlihat puluhan orang dengan pakaian serba hitam. Isak tangis terdengar mengiringi-dari pihak keluarga-kala peti mati berwarna putih diturunkan.
Diantara mereka satu sosok terlihat mencolok terlebih rambut merahnya yang terang. Tapi-bukan karena itu. Ada alasan lain yang membuatnya sedikit diperhatikan dengan rasa khawatir oleh si pemerhati.
Jeon Jungkook. Namja tampan itu termenung. Surai merahnya bergerak pelan saat angin bertiup sedikit kencang. Ditangannya tergenggam erat sebuah pigura cantik dengan seorang Yeoja sebagai model yang juga tak kalah cantiknya.
"Kook...." Namja tampan lainnya yang hampir menyerupai wajah Jungkook sedikit menyadarkan Jungkook yang terdiam. Suara serak karena menangisnya kentara terdengar ditelinga Jungkook. Tak hanya itu Jungkook juga mendengar nada khawatir terselip disana.
Jung Hyun tak sadar. Sedari awal pemakaman dimulai ia tak memperhatikan kondisi sang adik. Fokusnya terpaku pada gundukan dihadapannya. Rasa khawatir menghantam dirinya saat melihat ekspresi tak terbaca di wajah sang adik.
Tak ada air mata.
Hanya raut kelewat datar dengan tatapan kosong.
"Eomma....." Bibirnya bergerak kecil tanpa suara. Masih tak percaya jika kini sang Eomma pergi meninggalkannya bersama Hyung dan sang Appa yang masih terbaring koma di rumah sakit.
"Kookie bekalnya di bawa!"
"Kookie jangan main jauh-jauh sayang!"
"Kajja kita jalan-jalan"
"Kookie Eomma rindu"
"Bagaimana disekolah tadi? Tak ada yang mengganggu kan?"
"Kookie dengarkan Hyung mu dengan baik ne...."
"Kookie dengan Appa sebentar ne. Yeobo jaga Kookie"
Genggaman disekitar pigura kembali mengerat. Rahangnya sedikit mengeras. Setiap perkataan lembut Ji Hae selalu berputar di pikirannya. Ia marah. Ia benci dengan dirinya. Ia benci dengan keadaan. Eomma nya menyerah dalam kesakitan.
Jungkook mengangkat wajahnya. Tatapannya lurus ke depan. Kilatan benci seketika melintas. Hanya sedetik, ia kemudian kembali menundukkan kepalanya.
Syuhh....
Angin dingin kembali berhembus bertepatan dengan usainya pemakaman. Satu-persatu para pelayat mulai meninggalkan keluarga Jeon. Hingga kini hanya menyisakan 2 anak keluarga Jeon, sang bibi. Tae Yeon, lima namja yang dulunya sempat mengisi hari-hari indah Jungkook. Bangtan. Dan lima namja lainnya yang juga sempat dekat dengan Jungkook. Para hobae nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIXTH SENSE [BTS VER.] [END]
RandomAnyang High School salah satu sekolahan megah dan begitu diidamkan yang berada di Seoul serta satu lingkungan dengan sebuah universitas. Megah? Diidamkan? Benarkah. Tapi rasanya itu tak terlalu berlaku untuk beberapa pemuda yang mempunyai kemampuan...