Rere melangkah gontai menuju ke ruangan Fano dengan beberapa buku paket di tangannya. Semakin dekat dengan tempat tujuannya, Rere semakin memelankan langkahnya. Rasanya malas plus takut di omelin karena kejadian tadi, saat di mana Sam yang terus mendekati bahkan tak segan-segan menggodanya dengan gombalan-gombalan recehnya itu, hueek rasanya Rere ingin muntah di depan wajah tengil bin ngeselinnya itu. Namun, Rere masih cukup mempunyai rasa malu untuk melakukannya di tempat umum seperti itu dan lagi di depan sana ada Fano, suaminya. Bisa-bisa pas pulang ke rumah malah dirinya yang terkena omelan pedas Fano. So, diam adalah pilihan terbaik bukan? Dasar cowok petakilan. Dari dulu sampai sekarang masih aja sama, sama-sama nyebelin dan suka mengganggunya.
Huft, Rere menghembuskan napas beratnya begitu ia sudah tiba di depan pintu yang begitu menjulang tinggi di hadapannya.
Dengan rasa was-was Rere mulai menjulurkan tangannya untuk mengetuk pintu itu.
Tok..tok..tok..
"Masuk."
Setelah mendapatkan ijin dari dalam, Rere segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Hal pertama yang berhasil mencuri perhatiannya ialah Fano, cowok itu terlihat menawan jika sedang fokus mengotak-atik laptop dan lagi kacamata yang bertengger di hidung mancungnya itu menambah kesan manis di mata Rere. Sadarlah bego, lo gak boleh sampe jatuh ke dalam pesona si dosen nyebelin bin bawel kek dia.
"Kenapa hanya bengong di situ? Terpesona ya, sama ketampanan saya!?"
Rere tersadar dari lamunannya. Wait? Dia barusan bilang apa? Terpesona? Sama dia? Ck, gak mungkin! Gak ada tuh di kamus hidup Rere yang namanya terpesona, apalagi sama si cowok pede akut seperti dia. Mustahil! Tapi, Rere mulai ragu akan hal itu. Huft, begitu rumit.
Rere memutar bola matanya malas. Apakah cowok yang berstatus sebagai suaminya itu tak bisa jika tidak bertingkah kepedean sehari saja?
"Pede syekalih anda. Maaf, sayangnya saya gak ada waktu buat terpesona sama bapak. Saya ke sini juga karena terpaksa."
Tlak..
Rere meletakkan buku paketnya di meja kerja Fano.
"Yang sopan sedikit jika berbicara dengan suami, Rere Arkana."
Rere nampak acuh. Bertingkah layaknya di rumah, Rere menghempaskan tubuhnya ke sofa yang berada di dekat jendela dengan kedua kakinya yang sengaja ia naikkan ke atas meja kecil di depannya. Sengaja, Rere ingin membuat Fano kesal, sepertinya menarik.
"Apa-apaan itu? Apakah itu sopan?" Fano berujar sedikit menekankan setiap kalimat yang keluar dari bibirnya. Kini, Fano sudah berdiri di depan Rere, tangannya sudah ia masukkan ke dalam saku celana bahannya.
Rere sedikit mendongak, menatap Fano dengan tatapan yang di buat-buat polos. Rere tersenyum tipis saat matanya melihat wajah kesal Fano yang sudah di tekuk.
"Hnm. Kenapa? Apa ada yang salah?"
"Saya rasa, kamu harus di ajari sopan santun terhadap saya, suami kamu." Fano berujar tenang dengan sorot mata teduh namun begitu menusuk. "Turunkan kaki kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer Is My Husband (END)
RomanceStory 1📙 Jadi, mohon maaf kalau masih agak berantakan. [belum revisi] Dijodohin itu gak ada dikamus gue. Apalagi dijodohin sama dosen yang galak seperti Fano. Dih, ogah. Bisa kebayang gak tuh kehidupan gue ke depannya? Gak jauh dan gak lebih pasti...