Area 17+ ya.. haha
~Happy reading~
••••
Masih di club dan di ruangan yang sama. Rere memejamkan lalu membuka kelopak matanya secara berulang-ulang untuk menetralisir rasa pusing yang melandanya akibat terlalu banyak minum. Keadaan kedua sahabatnya pun tak jauh berbeda dengannya, kedua gadis itu bahkan sudah mabuk berat dan bahkan kepala keduanya pun sudah ambruk di atas meja. Huft, siapa suruh minum terlalu banyak. Ck bodoh, ia juga minum banyak tadi dan itu semua karena paksaan dari kedua sahabatnya.
Sementara Sam, cowok manis itu sama sekali tidak mabuk. Oh ayolah, ia sudah terbiasa meminum minuman beralkohol seperti ini saat tinggal di Amerika. So, ia tidak akan mabuk hanya karena minum beberapa gelas saja. Sam tersenyum lebar saat Rere meracau tidak jelas. Namun, senyumnya perlahan pudar saat samar-samar ia mendengar Rere menyebut nama yang tak asing baginya.
"Fano jahat ckck, suka ngatur, nyebelin, bawel.." Rere mengeluarkan unek-unek di kepalanya sambil tertawa tidak jelas. Perlahan ia mulai merebahkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan yang dijadikan tumpuan.
Sam menautkan kedua alisnya bingung. Matanya menatap Rere tanpa berkedip. Ia terus mengingat-ingat nama cowok yang Rere gumamkan barusan. "Fano.... Bukannya dia itu.." Sam membulatkan kedua bola matanya tak percaya. Tunggu dulu, apa mungkin Fano yang dimaksud Rere barusan adalah Fano..dosennya di kampus? "Gak. Masa iya sih. Palingan.."
Brak..
Sam terperanjat kaget saat pintu VIP yang ia sewa dibuka secara paksa dari luar. Matanya membola sempurna saat siluet cowok bertubuh jangkung dengan kacamata yang selalu bertengger manis di hidungnya yang mancung itu memasuki ruangan dengan langkah lebar. Ia tak salah lihat bukan? Dia..cowok itu benar-benar dosen di kampusnya? Dan, apa mungkin Fano yang Rere maksud adalah dia? Shit, siapa sebenarnya pria itu? Kenapa gadisnya bisa menggumamkan namanya.
Fano melangkah terburu-buru menghampiri tubuh mungil istrinya yang terlihat sudah tak sadarkan diri dengan kepala yang direbahkan di atas meja. Ia memperhatikan gelas-gelas kosong di atas meja dengan sorot yang seolah siap membunuh mangsanya. Gadisnya minum? Sungguh? Ia tak bisa mempercayainya. Tapi, bukti sudah ada di depan mata.
"Pak Fano? Kok bapak bisa datang ke sini?"
Fano membalikkan tubuhnya untuk melihat orang yang ia yakini berbicara padanya. Sam? Apa ia tak salah lihat? Itu sungguh Sam mahasiswa di kampus tempat ia mengajar? Kenapa dia berada di sini bersama gadisnya? Bukankah, Rere bilang mereka hanya pergi bertiga? Lalu? Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Saking fokusnya pada Rere ia sampai tak menyadari keberadaan si tukang senyum itu.
"Harusnya saya yang bertanya kenapa kamu bisa bersama mereka bertiga?"
Sam makin dibuat bingung. Ia tidak tau harus menjawab apa saat dosennya itu balik bertanya. Sam berdiri dari tempat duduknya. Bukankah akan terlihat tidak sopan jika ia duduk sementara dosennya itu berdiri. "Eum, mereka teman-teman saya. Apa salah jika saya ke sini bersama mereka bertiga?" Ouh, Sam merutuki bibirnya yang tak bisa diajak berkompromi itu.
"Tidak. Hanya saja kamu salah karena telah mengajak DIA ke tempat terkutuk ini." Fano menunjuk Rere dengan jari telunjuknya dengan tatapan yang tak lepas dari cowok di depannya.
"Why?" Sam menatap telunjuk Fano yang masih mengarah ke Rere. Ada apa ini? Ia sungguh tak mengerti dengan semua ini.
"Karena dia," Fano menatap Rere sekilas lalu kembali menatap Sam dengan sorot dinginnya. "ISTRI saya." Lanjut Fano sedingin tatapannya. Maaf, saya terpaksa mengatakannya. Saya, saya sangat tidak suka jika kamu berdekatan dengannya. Ya, saya cemburu, namun saya malu untuk mengakuinya. Semoga dengan dia tau keberan ini, dia tidak akan mengganggu kamu lagi. Fano segera berbalik menghampiri Rere yang masih dalam posisi yang sama seperti saat pertama ia melihatnya tadi. Ia segera menggendong gadisnya ala bridal style lalu melenggang pergi meninggalkan tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer Is My Husband (END)
RomanceStory 1📙 Jadi, mohon maaf kalau masih agak berantakan. [belum revisi] Dijodohin itu gak ada dikamus gue. Apalagi dijodohin sama dosen yang galak seperti Fano. Dih, ogah. Bisa kebayang gak tuh kehidupan gue ke depannya? Gak jauh dan gak lebih pasti...