Chatper 1

16.5K 900 12
                                    

🍃Bertemu dengan kamu itu-- Seperti sebuah bencana bagiku🍃
~Rere
●●●●

"Eh katanya bakalan ada dosen baru lho," ucap Sherin bersemangat.

"Seriusan lo? Woah semoga dosennya cowok, ganteng, muda, dan yang paling penting belum punya bini. Kan lumayan bisa gue gebet muehehe." Carlote ikut menimpali.

Rere mengaduk-aduk jus melon di hadapannya. Dosen? Ganteng? Muda? Belum married? Haha mana ada.

Yang ada dosen itu kebanyakan udah tua, bininya udah dimana-mana, anaknya banyak, ganteng enggak keriput iya. Jadi, jangan terlalu banyak mengkhayal, nanti jatuhnya sakit.

"Mimpi lu pada." Rere bersuara.

"Mana ada dosen ganteng, muda, sama belum punya istri. Lagian kalo ada, gue gak peduli." Lanjut Rere lalu meminum jus melonnya dengan wajah masam.

"Hilih, sekarang aja bilangnya gitu. Giliran ada aja.. Khem." Carlote berdehem pelan.

Carlote and Sherin sahabat Rere dari jaman SMA. Mereka satu kampus dan satu jurusan juga. Katanya sih biar bisa bikin skripsi bareng, lulus bareng, dan kalau bolos pun bareng-bareng. Kompak kan mereka?

"Keselek huh?" Rere tak ambil pusing dengan tingkat kehaluan kedua sahabatnya ini. Sudah biasa, dari dulu mereka memang tukang ngehalu.

"Kagak. Gue bersin," ketus Carlote dan Sherin yang memutar bola matanya jengah.

"Btw, setelah ini jamnya siapa ya? Gue lupa." Sherin si pelupa menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Sherin menatap jarum jam yang melingkari pergelangan tangannya yang terus berputar menandakan bahwa jam ke dua mata kuliah hari itu akan segera di mulai.

"Udah biasa. Lo kan emang pikun--ups, Muehehe." Celetuk Carlote begitu gamblangnya.

Sherin menggeplak kepala Carlote tanpa rasa kasihan, "anjritt ngatain gue pikun. Dasar sarap."

"Yeuu si babi. Malah pada ribut. Dah ah gue mau cabut." Rere berdiri lalu pergi tanpa mengajak kedua sahabatnya yang tengah bertengkar.

"Yeuu kamvret. Kita ditinggal." Sherin yang memang pada dasarnya lelet hanya diam saat Carlote berlari mengejar Rere.

Beberapa detik kemudian Sherin menepuk jidatnya, " lha kok gue ditinggal?" Sherin segera berlari menyusul kedua teman seperjuangannya yang entah sudah di mana?

****

"Woah tadi gue liat cogan. Katanya sih.. Dosen baru di sini. Ugh ganteng bangett tahuu."

"Boong lu."

"Yaudah, kalau gue boong jangan lu percaya."

"Eh beneran tahu. Tadi gue juga denger dari anak jurusan Akuntansi, katanya ada dosen baru, ganteng dan.. Ngajarnya di FAKULTAS KITA, ugh rasanya gak sabar pengen liat dia secara langsung."

"Lebay. Palingan juga dostu," ucap Rere jengah saat teman-teman satu jurusannya menggosipkan si dosen baru yang katanya ganteng itu. Itu baru katanya lho ya, tapi mereka udah pada ribut.

Rere gak percaya sama yang namanya gosip, kalau sudah melihat secara langsung baru ia akan percaya. Lagian zaman sekarang masih aja ya ngegosip, gak takut dosa apa? Padahalkan sendirinya sering gosipin miper, bities yang ganteng-ganteng itu lho dan yang paling parah gosipin aib sendiri pft-- Haha.

"Dostu? Apaan tuh?" Tanya Carlote kepo.
Sherin yang duduk di depan pun ikutan nengok.

"Hu'uh paan tuh? Baru denger gue."

"Kudet lu berdua." Rere nyengir kuda saat mendapat pelototan dari kedua sahabatnya. "Itu lho DOSen TUa bhaha." Rere menyemburkan tawanya melihat tampang konyol kedua sahabatnya.

"Yeuu gue kira apaan." Sherin memutar bola matanya malas.

Pletak..

Carlote menjitak kepala Rere gemas. Kalau bukan sahabatnya mungkin Carlote sudah memusnahkan Rere dari muka bumi ini, biar musnah sekalian. Eh tapi enggak deh, canda.

Sekitar lima belas menit yang lalu semua mahasiswa jurusan management sudah duduk rapih di kursi masing-masing. Katanya sih mau bikin kesan pertama yang amazing sama si dosen baru, bukan embe pake celana lezing lho ya.

Di menit ke delapan belas, semua orang mendadak mingkem saat suara sepatu fentofel yang berbenturan dengan lantai menggema di sepanjang koridor. Langkahnya terdengar semakin dekat.

"Eh kamvret main hp mulu lo. Noh, bentar lagi si dosen ganteng mo masuk," hardik Carlote saat melihat Rere yang terlihat tidak peduli dengan sekitarnya dan malah sibuk sama ponselnya.

"Ya bomat lah. Apa urusannya sama gue?" Rere berujar acuh seakan-akan ponselnya lebih menarik dibanding yang lain.

Carlote pun suka kesal sendiri kalau sudah dikacangin seperti saat ini. Carlote mencebik kesal lalu kembali memperhatikan pintu masuk dengan mata tak berkedip, takutnya ada cogan lewat dia gak liat, kan bahaya.

Hingga.. Carlote tak bisa berpaling dari arah pintu masuk, di mana sang dosen baru melangkah begitu elegantnya.

"Woahhhh ganteng bangeett."

"Ajirr kok deg-deg-an ya."

"Aaaa calon suami gue ganteng banget."

"Itu suami gue govlok."

"Yeuu paan sih lu pada, itu tunangan gue tahu."

"Enak aja, itu calon bapak dari anak-anak gue."

"Woahh Re, lo yakin gak mau liat? Ganteng banget tahu." Carlote mengigiti kuku jemarinya tanpa sadar saking terpesonanya akan ketampanan Fano. Yaps, dia Fano, cowok yang beberapa jam lalu berdebat dengan Rere.

"Ihh, gue blusing anjirr," ucap Sherin terdengar malu-malu.

"Selamat siang semua." Sapa Fano membuka pembicaraan setelah menaruh satu buah buku tebal beserta note book berukuran sedang miliknya ke atas meja yang disiapkan khusus untuk dosen.

My Lecturer Is My Husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang