"Kenapa hanya berdiam diri di sana, huh?" Fano menaikkan sebelah alisnya, memperhatikan tingkah menggemaskan istrinya itu."Masuklah." Sambungnya lalu kembali melangkah memasuki ruangan.
"Ini.. Ruangan kamu?" Tanya Rere tak percaya. Matanya menatap takjup ruangan dengan nuansa dark-white ini, sangat cocok dengan kepribadian pria menjengkelkan itu. Rere mulai melangkah ke dalam, sekali lagi matanya tak mampu untuk tak mengagumi ruangan ini. Sangat elegan dan penataan perabotannya pun tersusun dengan sangat rapi. Wow, Rere tak bisa berkata apapun selain kata 'sempurna'.
"Khem." Fano berdehem, "apa sudah cukup untuk mengagumi ruanganku ini nona? Ayolah saya sudah sangat lapar sekali." Fano menampilkan wajah memelasnya.
"Ck, baru juga sampai. Aku juga cape." Rere menghempaskan tubuhnya ke atas sofa berukuran sedang yang terletak di dekat jendela. Matanya mulai terpejam tanpa mau memperdulikan ocehan Fano yang terus merengek mau makan.
Cup..
Hal yang tak terduga sebelumnya membuat Rere membelalakkan kedua bola matanya sempurna. Fano mencium kilat bibirnya. Mencari kesempatan saja yang bisa pria itu lakukan.
"DASAR MESUM." Teriak Rere sambil mendorong dada bidang Fano hingga laki-laki itu terjerembab di lantai yang tak beralaskan apapun. Rere segera mendudukkan dirinya, matanya menatap nyalang pada Fano yang sedang kesusahan untuk berdiri.
"Tega sekali kamu mendorong saya seperti itu." Fano sudah berdiri di depan Rere. Tangan besarnya menepuk-nepuk celana bahan yang ia kenakan.
"Salah kamu sendiri. Mesum." Ucap Rere jengkel sambil melengos pergi, meninggalkan Fano yang masih sibuk dengan celananya. Gerutuan terus keluar dari bibir mungilnya, sesekali kakinya pun ia hentak-hentakkan ke lantai. Rere mendengus saat melihat Fano yang sudah berjalan beriringan dengannya.
"Apa kamu marah?" Fano terus berusaha mengimbangi langkah Rere yang begitu tergesa.
Rere diam tak mau menjawab. Sudah tau tapi masih saja bertanya, ck.
"Oh ayolah, tandi itu hanya bercanda. Jangan marah, oke?" Fano tak akan menyerah sebelum gadis itu memaafkannya.
"Hmm." Gumam Rere sebagai jawaban.
"Hmm? Jadi, kamu memaafkan saya atau tidak? Hmm kamu itu membuat saya bingung."
Sungguh, pria ini sangat bawel. Ingin sekali Rere menyumpal mulut pria di sampingnya ini dengan kaus kaki yang belum dicuci selama seminggu.
"So?" Fano kembali bersuara.
"Ya." Jawab Rere singkat.
****"Mau makan apa?" Tanya Fano begitu membuka buku menu di hadapannya. Setelah perdebatan yang cukup panjang dan menguras kesabaran, kini dua sejoli itu berada di sebuah cafe yang tergolong cukup mewah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer Is My Husband (END)
RomanceStory 1📙 Jadi, mohon maaf kalau masih agak berantakan. [belum revisi] Dijodohin itu gak ada dikamus gue. Apalagi dijodohin sama dosen yang galak seperti Fano. Dih, ogah. Bisa kebayang gak tuh kehidupan gue ke depannya? Gak jauh dan gak lebih pasti...