"Eum, syaratnya kamu harus nurut sama saya. Gak boleh tuh, keluyuran sama temen cowok kamu itu."
"Sam?"
"Iya, dia. Saya belum selesai bicara kamu main serobot saja.."
"Cuman mastiin doang kok."
"Tuhkan kamu nyerobot lagi. Oh ya, kamu juga gak boleh clubing apapun alasannya. Kalau sampai saya tau kamu pergi ke tempat kotor itu.." Fano sengaja menggantungkan ucapannya, manik mata elangnya menatap manik hazel Rere begitu menusuk.
"Ekehm. Gak usah deket-deket juga kalii." Rere mendorong tubuh Fano agar menjauh darinya. Gila aja, dosen nyebelin ini berani memojokkannya seperti itu.
"Saya akan membuat kamu jera, tanpa keringanan." Sambungnya. Merasa puas melihat wajah pucat istrinya, Fano segera bangkit menjauhkan tubuh keduanya yang bisa dibilang lumayan dekat. Meraih handuk, Fano berlalu memasuki kamar mandi.
Sekarang hanya tersisa Rere dengan wajah yang ditekuk. "Gila, posesif banget tu cowok. Seumur hidup baru kali ini gue di larang ini itu sama cowok. Mana cowoknya nyebelin lagi. Gue sumpahin kepleset di kamar mandi tau rasa lo. Haha."
****"Oh iya nih, gimana hubungan lo sama si dosen caem? Enak banget ya jadi lo, punya suami kaya, dosen, ganteng lagi. Paket komplit deh pokoknya. Jadi iri, pengen deh punya jodoh kek suami lo.."
"Gak ada topik lain yang lebih menarik gitu? Pagi-pagi udah ngebahas tu cowok, bikin gue kesel bawaannya, ck." Rere menghembuskan napasnya begitu kasar. Entah kenapa, setiap kali mengingat larangan Fano tadi malam membuatnya semakin kesal. Ingin rasanya menonjok bibir bawelnya itu, tapi tidak berani, huft payah.
Carlote menggerutu tidak jelas karena Rere yang main memotong omongannya. "Ck. Kebiasaan deh."
"Ya sorry. Abisnya lo juga sih yang mulai duluan ngebahas dia."
"Yaudah sih, jangan pada ribut, masih pagi juga. Mendingan lo berdua simpen baik-baik tu tenaga buat presentasi matkulnya pak Fano, jangan dipake ngegas mu.."
"HAH??" Teriak Rere dan Carlote bersamaan. Presentasi? Seingatnya, dipertemuan sebelumnya Fano tak memberi tahu mereka jika hari ini akan ada presentasi harian.
"Presentasi?" Carlote melongo saking syoknya.
"Kok gue gak tau sih?" Ujar Rere kebingungan.
"Gue juga tau barusan, dari grup. Nih." Sherin menunjukkan ponselnya ke Rere dan juga Carlote.
"Heran, padahalkan lu itu bininya. Kok sampe gak tau." Sherin menarik kembali ponselnya lalu menyimpannya di atas meja kantin. Yap, ketiganya sedang menghabiskan waktu istirahatnya di kantin ditemani beberapa cemilan dan juga minuman tentunya.
"Hu'um, lu kan istrinya." Carlote manggut-manggut dengan jari telunjuk yang ia gerakkan untuk mengelus-elus dagunya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer Is My Husband (END)
RomanceStory 1📙 Jadi, mohon maaf kalau masih agak berantakan. [belum revisi] Dijodohin itu gak ada dikamus gue. Apalagi dijodohin sama dosen yang galak seperti Fano. Dih, ogah. Bisa kebayang gak tuh kehidupan gue ke depannya? Gak jauh dan gak lebih pasti...