Chapter 28

9.2K 413 0
                                    

                                         
Sudah seminggu semenjak kejadian mengerikan itu menimpa dirinya. Rere tak pernah menyangka bahwa pria yang berstatus sebagai suaminya itulah yang akan memiliki dirinya seutuhnya. Awalnya ia pernah berfikir akan meninggalkan Fano ketika lulus kuliah nanti. Namun, sepertinya dewi keberuntungan memang tidak memihak padanya. Kalau sudah seperti ini, Rere tidak tau harus berbuat apa dan ditambah lagi perlakuan Fano yang berubah menjadi sedikit manis padanya. Ya,  sedikit lebih perhatian dari sebelumnya walaupun kesan menjengkelkan masih melekat padanya. Contohnya seperti pagi ini, pria itu tengah menyiapkan sarapan untuknya. Entah apa yang sedang pria itu siapkan, Rere tidak tau karena dirinya tidak diperbolehkan untuk membantu. Ia hanya disuruh duduk menunggu di meja makan.

                         
Eum apa kalian ingat? Pagi itu, Fano mengungkapkan perasaan padanya. Pria itu berkata bahwa dia mencintainya. Entahlah, Rere tidak tau apa yang dikatakan Fano itu jujur atau hanya sebatas merasa bersalah karena telah merenggut sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Tapi kalau dilihat dari perlakuannya, sepertinya Rere mulai yakin bahwa Fano berkata jujur tentang perasaannya. Maybe, sudahlah Rere pusing jika harus memikirkan perasaan pria menyebalkan itu untuknya.

                         
Rere menoleh ketika derap langkah kaki mendekat padanya. Matanya tak bisa menolak pesona pria itu, he is so hot. Kaus putih lengan pendek yang ngepas dituhnya dan celana jeans panjang warna hitam, sangat tampan. Rere tersadar dengan kebodohannya itu ketika Fano meletakkan dua piring yang pria itu bawa di atas meja makan.

                         
"Makanlah, saya mau mandi dulu." Ujar Fano dengan seulas senyum tipis dibibirnya.

                         
Omg, baru sadar kalau gue punya suami secakep itu. Rere masih memperhatikan Fano yang berdiri di dekatnya. Bahkan jentikan jari pria itupun tak ia hiraukan.

                         
"Hey, kenapa malah menatap saya seperti itu, huh? Jangan bilang.." Fano menyeringai iblis. Fano berjalan kebelakang kursi yang Rere dudukki kemudian tanpa tau malunya ia mengalungkan kedua lengan kekarnya di leher jenjang gadisnya. Ia mulai mencondongkan kepalanya ke telinga istrinya lalu berbisik dengan suara beratnya. "Kamu sedang mengagumi ketampanan saya, hmm."

                         
Rere diam mematung di tempatnya. "Whatever. Minggir, aku mau makan." Rere menepis kedua tangan Fano agar menyingkir darinya. Tak taukah dia? Rere berusaha untuk tak terlihat gugup di depan Fano. Tapi sialnya, tangan itu masih melingkar sempurna di lehernya.

                         
"Makan saja. Saya masih betah seperti ini." Fano mulai menelusupkan kepalanya di ceruk leher istrinya. Kecupan-kecupan singkat ia berikan di leher mulus itu. Damn it! Sehabis ini sepertinya ia harus menidurkan kembali sesuatu di bawah sana yang terbangun karena ulah gilanya ini.

                         
"Betah apa betah? Ish, minggir dong Fan. Geli tau."

                         
"Hemm. Sebentar lagi."

                         
Sebentar lagi katanya. Jika terus dibiarkan seperti ini ia yang akan dalam masalah besar. Ah tidak, membayangkannya saja Rere bergidik ngeri. Saat dalam keadaan mabuk saja terasa sakit apalagi kalau sadar seperti ini. "Bapak Fano yang terhormat." Ucap Rere geram.

                         
"Eumh."

                         
Huft, habis sudah kesabarannya. Fano malah semakin liar saja menggerayangi leher jenjangnya. Rere menggenggam kedua lengan kekar itu kuat-kuat. "Lepas atau.." Rere menggantung ucapannya. Merasa tidak mendapat respon Rere kembali menyambung perkataannya. "AKU GAK MAU MAKAN SELAMA SEMINGGU." Teriak Rere yang berhasil menghentikan kegilaan suaminya itu. Enak saja main nyosor sembarangan dikira lehernya tempat kecup-kecup manjah apa? Ouh ternyata ada udang di balik bakwan. Fano sengaja membuatkan sarapan untuknya agar dia bisa minta imbalan lebih darinya. Ch, sangat tidak tulus.

My Lecturer Is My Husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang