Epilog

16.1K 435 2
                                    


🍃Jangan menilai sebuah hubungan hanya dari awal jika kita tidak tau akhirnya. Karena permainan takdir gak ada yang tau. Yang pada awalnya kau anggap bagus belum tentu akhirnya bagus pula, begitupun sebaliknya~Rere🍃

••••

Empat tahun kemudian....

"Mommy.. Mommy. ayo temenin Vino bobo." Bocah berumur empat tahun itu terus menarik-narik lengan mommy nya sambil merengek manja. Sang daddy yang egois pun gak mau kalah. Akhirnya Rere cuma bisa menghela napas gusar mendengarkan ocehan dua pria beda usia itu.

"Yaampun. Kalian ini ya, bikin mom pusing aja. Ini udah malam loh Vin. Kenapa jagoan mom belum bobo, hm?" Rere memangku Vino. Tentu saja Fano gak mau kalah sama bocah empat tahun itu, Fano menarik salah satu lengan Rere lalu mendekapnya erat.

"Heh bocah. Udah malam, tidur gih. Ganggu aja." Dumel Fano yang sukses mendapatkan pelototan pedas dari Rere.

"Fan, ini anak kamu loh. Ngalah dikit kenapa. Udah tua kok manja." Rere memelankan nada bicaranya di akhir kalimat.

"Apa? Tua?" Fano melepas pelukkan tangannya dari lengan Rere. Kemudian berlalu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Entah kenapa, tapi Fano itu gak suka kalau Rere berdekatan dengan pria selain dirinya walaupun itu Vino anaknya sendiri.

Vino Raiden Arkana. Yaps, itulah nama putra Rere dan Fano yang baru menginjak usia empat tahun. Bibir tipis, alis tebal, hidung mancung, dan mata yang agak sipit persis seperti Rere. Vino memang masih kecil, tapi jangan salah udah banyak loh ciwi-ciwi yang mengidolakannya. Seperti Kaila Arabelle contohnya. Gadis berusia tiga tahun dengan tubuh mungil itu selalu saja bikin Vino jengkel dengan kelakuan aneh gadis cilik itu. Hampir setiap hari Vino diganggu oleh Kaila.

Setelah membuat Vino tertidur pulas, Rere bergegas mencari Fano yang ngambek entah ke mana. Semakin hari rasa cemburu Fano semakin besar, padahalkan Vino anaknya sendiri. Terkadang Rere suka jengkel sendiri karena tingkah posesif Fano itu.

"Di sini kamu ternyata." Ucap Rere ketika melihat suaminya yang lagi sibuk sama laptopnya. Rere mengambil duduk di sebelah Fano. Merasa diacuhkan, Rere mengintip apa yang sedang Fano kerjakan di laptopnya. Ouh, kerjaan kantor ternyata. Gumam Rere dalam hati. Ya, semenjak Rere lulus kuliah tiga tahun yang lalu Fano berhenti menjadi dosen. Kini pria itu sibuk mengurusi usaha turun temurun milik keluarganya. Karena Fano adalah anak semata wayang keluarga Arkana, jadi ya mau gak mau Fano gak bisa nolak.

Jika kembali mengingat masa kuliah, Rere jadi ingat saat-saat di mana status pernikahannya sama Fano terbongkar di depan publik dan yang membocorkan status pernikahan Rere dan Fano itu yang tak lain adalah Fano sendiri. Rasa cemburu Fano saat melihat Sam kembali mendekati Rere membuat pria itu tanpa pikir panjang berteriak memberitahukan pada semua orang yang berada di lorong kampus itu tempatnya. Hingga dari mulut ke mulut akhirnya berita itu tersebar luas. Bahkan tak jarang Rere selalu mendapat tatapan tak suka dari perempuan-perempuan modis yang mengidolakan Fano. Yang lebih parahnya lagi Rere sampai mendapat teror hampir setiap hari di dalam loker tempat Rere menyimpan barang-barangnya. Padahal waktu itu Fano hanya salah faham, semua tak seperti yang Fano lihat. Iya Sam memang mendekati Rere, tapi bukan untuk tujuan mendapatkan perhatian dari Rere melainkan hanya untuk sekedar meminta maaf. Ya, mau bagaimana lagi mungkin semua itu sudah semestinya terjadi. Lupakan itu hanya masa lalu.

"Sibuk banget ya." Ucap Rere di dekat kuping suaminya. Lebih tepatnya sebuah bisikkan. Rere tersenyum tipis saat melihat reaksi tubuh Fano yang menengang karena ulahnya itu.

Fano menghembuskan napasnya kasar lalu menaruh benda kotak yang selalu setia menemaninya itu ke atas meja di hadapannya. Fano beralih menatap Rere yang ternyata tengah menatapnya juga. "Apa?" Tanya Fano ketus.

My Lecturer Is My Husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang