11

4.8K 529 123
                                    

Haechan berjalan keluar kelas dengan langkah lesu. Renjun dan Jaemin yang dibelakang nya pun hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat. Haechan sangat kacau hari ini, dan ia menjadi sangat sensitif, jadi Jaemin maupun Renjun tidak mau mengatakan satu kata pun. Takut.

Haechan berhenti dengan mendadak, membuat kedua teman nya pun juga berhenti mendadak sambil memandang heran Haechan di depan nya. Haechan menengok dan memandang kedua sahabat nya dengan pandangan menusuk, kedua teman nya hanya mati-matian agar tidak terlihat seperti ketakutan.

"Lo berdua temen gue, kan?"

Jaemin dan Renjun mengangguk cepat.

"Terus kenapa malah ngekorin di belakang gue kaya babu? Ninggalin gue jalan didepan sendirian, hah!?"

See? Sudah dibilang kalau Haechan sedang sangat sensitif saat ini. Renjun yang sering nyolot kepada Haechan pun hanya diam dan langsung maju bersama Jaemin mensejajari dengan Haechan.

"Ngapain lo berdua nunduk kaya gitu? Nyari gopean?"

Jaemin dan Renjun hanya menghelah nafas dan mengangkat wajah Haechan. Haechan masih memandang mereka berdua dengan matanya yang memicing dan pokoknya seram! Sungguh mereka berdua baru pertama kalinya melihat Haechan se-seram ini.

"Udah tau gue lagi ngomong malah nunduk gitu, emang dikira gue raja lo pada apa sampe nunduk-nunduk gitu?" omel Haechan yang langsung melenggang pergi begitu saja.

Jaemin dan Renjun yang tadinya bergeming pun langsung mengikuti langkah Haechan agar sama. Mereka berdua tidak mau dimarahi lagi gara-gara berjalan dibelakang Haechan. Hdh sensitif sekali uke satu ini. Sebenernya Jaemin ingin mengatakan sesuatu tapi ia rada takut karena Haechan sedang seperti ini, takut-takut ia malah kena semprot nanti.

Jaemin menggigit bibir bawahnya, ragu, ia harus bertanya atau tidak. Jaemin takut kalau bertanya salah kalau tidak bertanya salah juga. Namun akhirnya Jaemin memutuskan untuk bertanya saja walaupun masih aga ragu.

"Bian?"

"Apa?" jawab Haechan dengan nada sedikit ketus.

"Ehm, lo mau pulang bareng gue sama Vian nggak?"

"Nggak usah, yang ada gue nya nanti dicuekin lagi dan lo berdua sibuk pacaran. Yang ada bikin gue tambah badmood lagi."

Jaemin menelan air liur dengan kasar. Ia memikirkan lagi kata-katanya yang pas agar Haechan tidak tersinggung.

"Jadi lo tadi badmood juga gara-gara gue cuekin lo pas dimobil ya?" tanya Jaemin yang langsung dapat delikan maut dari Haechan.

"Udah ah berisik! Gue mau naik Taxi aja kalau begitu."

Haechan langsung melangkah kaki nya secepat kilat berjalan ke angkiran Taxi yang biasa, meninggalkan Jaemin dan Renjun hanya memijat pelipis nya heran.

"Udahlah Bry, biarin aja. Hari ini kan kayanya nggak enak banget bagi Bian jadi ya dia sensi gitu. Udah gitu dia juga ada masalah kan sama Efal? Udah biarin aja," kata Renjun.

"Hu'um. Gue juga udah chat si Efal, sih. Tapi belom di bales juga sama dia huh! Baru kali ini Haechan sampe se-sensi ini nggak sih?"

Renjun hanya mengangguk pelan sambil menghelah nafas lagi. Akhirnya Renjun ikut Jaemin bersama Jeno pulang nya, ya walaupun agak canggung karena Renjun tidak suka melihat kemesraan apalagi didepan mata nya sendiri dan mendengar nya sedekat ini. Cuih, Jeno memang penggombal yang handal, pantas saja Jaemin sampai tergila-gila dengan sosok Jeno yang sangat menyebalkan dan narsis bagi Renjun.

Sedangkan disatu sisi, Haechan, sedang berjalan dengan tak minat. Omong-omong Haechan tidak jadi naik Taxi dikarenakan uang ongkos nya yang tidak mencukupi, akhirnya dia naik angkot atau bisa disebut angkotan umum saja dan berhenti didepan komplek nya yang emang cukup jauh bila berjalan kaki dari depan. Sesampainya dirumah Haechan langsung masuk saja tanpa memberi ketuk ataupun salam yang membuat sang Kakak kaget.

Aku seme, kak! • Markhyuck ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang