18

4K 402 40
                                    

Mark bingung. Sudah satu jam berlalu namun Mark belum berhasil membuat Haechan berbicara padanya. Saat ini Haechan sudah memunggungi nya dan sibuk berkutik dengan handphone nya, membiarkan Mark yang daritadi meracau ingin berbicara dengan Haechan. Apapun sudah Mark lakukan dan Mark sudah menawari ini itu kepada Haechan untuk membujuk nya, namun tetap saja nihil.

"Bian ayolah, kasih tau gue ya?"

Tetap di anggurkan. Mark menghelah nafas.

"Oke, gue minta maaf. Walapun gue nggak tau gue salah dimana, gue bener-bener minta maaf. Mungkin emang kesalahan gue udah buat lo bener-bener marah dan kesel sama gue. Tapi sekali lagi gue minta lo bilang ke gue, gue salah nya dimana. Siapa tau dengan itu gue bisa jelasin, siapa tau lo salah paham. Jadi gue bener-bener minta maaf, ya?" Mark perlahan naik ke atas kasur yang ditiduri oleh Haechan dan berusaha memeluk Haechan dari belakang, namun belum saja memeluk, Haechan tiba-tiba langsung berbalik badan dengan raut wajah nya yang benar-benar seram. Mark menelah ludah nya dengan kasar, ekspresi Haechan sangat menusuk.

Haechan sebenarnya ingin tertawa saat melihat wajah Mark seperti anak SD yang sedang dimarahi oleh guru nya karena nakal. Wajah nya sangat tegang dan tak berkedip sekalipun. Namun Haechan harus tetap teguh agar tak tertawa, ia juga masih sangat marah dengan Mark!

"Lo nggak nyadar juga salah lo apa?

Mark hanya menggeleng dengan polos. Wajahnya juga masih terlihat tegang.

"Gue kasih waktu 1 menit buat pikir lagi, dimana kesalahan lo."

Mark terdiam. Wajahnya langsung terlihat seperti sedang berpikir. Dahinya mengernyit dan bola mata nya bergerak-gerak tidak beraturan, bibir nya pun mengerucut. Sangat lucu! Haechan sudah mati-matian menahan senyum tapi tak bisa. Akhirnya Haechan tersenyum, namun hanya sebentar saja dan Haechan langsung menggantinya dengan ekspresi seperti semula lagi.

Sudah satu menit berlalu dan Mark masih tetap tidak menjawab nya. Haechan menghelah nafas dan langsung bangun dari tidurnya. Ia menyenderkan tubuhnya di ranjang dan melipatkan tangan nya di dada.

"Udah nggak usah dipikir lagi, udah satu menit."

Mark menengok dan bangun juga dari tidurnya, mendekat ke arah Haechan dan memeluk lengan nya dengar erat. Jangan lupakan Mark yang mendusel-dusel di lengan Haechan.

"Maaf."

"Kemarin lo ngapain aja sama Feli?"

Mark langsung berhenti mendusel di lengan Haechan dan mendongak menatap wajah Haechan yang masih datar seperti tadi.

"Kok lo tau?"

"Tinggal jawab, nggak usah nannya balik."

Mark melepas pelukan di lengan Haechan dan langsung serius menatap wajah Haechan di depan nya.

"Gue kemarin makan malam sama Feli di hotel-"

"Hotel?" Haechan menengok ke arah Mark dengan pandangan yang tidak bisa ditebak. Entah kaget, marah, kesal atau apapun itu.

Mark mengangguk. Tapi sekarang yang Mark pikirkan adalah; darimana Haechan tau kalau dirinya dan Ningning kemarin pergi? Apa sebenarnya ada mata-mata khusus yang dipekerjakan oleh Haechan untuk mengikuti nya? Atau ada Jaemin dan Renjun saat Mark makan malam dengan Ningning? Atau juga memang bukan Jaemin dan Renjun, tapi Haechan nya sendiri yang ada disana? Tapi tidak, Haechan bilang semalam ia sedang belajar untuk ujian besok. Tapi mungkin saja itu bohong kan? Ah sudahlah, Mark pusing.

"Lo ke hotel? Ngapain?" tanya Haechan sekali lagi. Kali ini raut muka nya bukan galak lagi, namun seperti bertanya-tanya dan raut wajah nya pun juga sangat serius.

Aku seme, kak! • Markhyuck ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang