"GULAA!!"
Laki-laki itu berhenti, menengok ke belakang di mana gadis manis berambut sebahu itu tersenyum padanya sambil melambaikan tangan nya tinggi-tinggi tidak peduli beberapa orang melihatnya. Bahkan yang melihat nya terkekeh gemas.
"Maaf ya tadi gak sempet jemput ke kelas kamu." Lili mengangguk, lalu tersenyum manis.
"Gulaa mau ke kantin ya? Lili ikut mau beli hm apa nya? Kok lili lupa gula huweee!!"
Pemuda itu hanya terkekeh, lalu menarik pipi si gadis. "Mau beli susu pisang kan? Udah ayo, biar aku yang beliin nanti lili duduk aja."
"Kok gula tau sih lili pengen susu pisang!"
"Aku kan tau lili sukanya apa. Udah ayo, nanti ke buru rame lho." Pemuda itu menggandeng tangan mungil lili, lili dengan senang hati mengeratkan gandengannya membuat sebagian siswi yang fans pemuda ini kesal bukan main.
"AREN!"
Aren tidak menghiraukan teriakan itu, dia malas sekali. Apalagi waktu nya dengan lili akan semakin berkurang jika seperti ini.
"Arsen ihh tungguin!"
Gadis itu mengejar lalu menggaet satu lengan bebas Aren.
Mata lili memicing, lalu menepis lengan gadis itu dengan kasar. "Jangan deket-deket gula! Lili gak suka!"
"Awh! Aren! Kok kamu mau sih sama cewek idiot kaya dia mana kasar lagi!" aren geram, dia tidak terima jika ada yang menjelek-jelekan lili.
"Lo yang idiot! Jangan hina pacar gue! Lo siapa ngatur-ngatur gue buat suka sama lili?!" bentak Aren, amarah nya sudah di ubun-ubun.
Lili mengerjap beberapa kali melihat aren yang marah, dia kasian ke cewek yang lagi di bentak-bentak Aren.
Dengan segenap keberanian lili yang sebesar biji jagung itu lili menarik-naik pelan ujung seragam aren, "udah gula, lili gapapa kasian dia." cicit Lili.
Aren menghembuskan nafasnya berusaha menetralkan amarahnya, sosok manis lili sangat membantu meredakan api Aren.
"Iya udah ayo, katanya laper he'm?" lili mengangguk, menggandeng tangan sang kekasih.
Meninggalkan Riana yang mengepalkan tangan nya.
"Kalo gue gak bisa dapetin lo lili juga gak bisa!"
Byur
Mata Riana membelak, seragamnya basah dengan noda minuman tercetak jelas.
"Opss sorry ya bicth— gue sengaja."
Riana mengertakan giginya, "sialan lo renjana!"
Plak!
"Aduh tangan gue yang suci, udah ternodai ini jan, ray gimana dong?" seru Ayanna.
Wajah Riana memerah, rasa perih menyeruak akibat tamparan Ayanna bahkan bekas telapak tangannya terlihat jelas.
"Lo beraninya keroyokan? Cih!" desis Riana.
Soraya mengapit dagu Riana dengan keras. "Salah lo sendiri sih punya niatan gak ngotak pengen jahatin lili— kalo lo berani lukain lili seujung rambut aja abis lo sama kita bahkan sebelum aren sendiri yang turun tangan. Ngerti lo!"
"Udahlah otak nya kan ilang jadi gila kan, duh pengen masukin neraka aja." Rejana geleng-geleng, meninggal Riana di ikuti Ayanna dan Soraya.
Kini Riana menjadi bahan tontonan, berbagi macam cacian dia terima.