“Dia memang gila, tetapi aku lebih gila karena tergila-gila padanya.”
– Nagara
◼◼
BRUG!"NONA!"
"HEI! JANGAN HALANGI JALANKU!"
"Maafkan Nona saya.."
"Nona tolong berhenti, anda harus pulang."
"Aku? Pulang?" Dia termenung, lalu kemudian tertawa. "Pulang kemana? Memangnya aku punya rumah?"
"Nona.."
Dia berjalan sempoyongan di ikuti seorang gadis muda di belakangnya.
"BERHENTI MENGIKUTIKU!"
"Nona, tolong berhenti.. Tuan muda pasti sedang menunggu anda." Gadis itu berhati-hati ketika berucap, dia berusaha memegang lengan sang Nona muda dengan hati-hati.
"Persetan! Pergi sana!"
"Nona tolong jangan–"
BRUG!
"SIALAN! JANGAN HALANGI JALAN– "
"Ah! Apa-apaan ini?! Lepasakan tanganku!" Nona muda itu menggeram ketika lengannya di pegang kuat, laki-laki di hadapannya itu mengkode kepada gadis yang sedari tadi mengikuti Nona muda nya itu untuk segera pergi mengikuti ajudan yang dia bawa.
Gadis itu terlihat enggan meninggalkan sang Nona, sangat khawatir dengan kondisi sang Nona yang setengah sadar itu. Namun lengannya lebih dulu di tarik pelan oleh ajudan dari laki-laki itu.
"Maafkan saya Tuan muda karena tidak bisa menjaga Nona."
"Tidak apa, kau pulanglah terlebih dulu dengan Sam."
"T-tapi Nona.."
Laki-laki itu menghembuskan nafasnya pelan, dia menantap manik coklat terang itu yang tengah menatap tajam padanya.
"Dia akan baik-baik saja."
Gadis itu mengangguk pelan lalu mengikuti ajudan dari sang Tuan muda.
"Kanaya.."
"Jangan sebut namaku!"
"Kanaya."
"DIEM!"
Laki-laki itu lantas menarik tubuh ringkih itu ke dalam dekapannya, isakan kecil terdengar di jalanan sepi itu.
"Pulang, hm?"
"Nggak."
"Kenapa?"
"Aku muak denganmu!"
"Nggak, nggak sayang, jangan katakan itu. Hatiku sakit mendengarnya." Laki-laki itu menggeleng keras, dia takut di tinggalkan perempuan yang di dekapannya ini.
"Semua orang memanggilku perempuan gila! Kenapa kamu sangat peduli padaku huh?!"
"Nggak sayang, mereka nggak tau bagaimana dirimu sebenarnya. Kamu nggak gila, jika kamu gila lalu aku yang jauh lebih gila karena aku sangat tergila-gila padamu." Si perempuan hanya terdiam ketika tubuhnya di angkat dengan begitu mudahnya.
Laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju mobil yang sudah terparkir sedari tadi, sang supir sudah membukakan pintu masuk ketika sang Tuan muda berjalan mendekat.
Wajahnya terlihat lebih tenang setelah beberapa saat lalu panik setengah mati ketika Kanaya tidak ada di rumah dan saat mengetahui sang pujaan berada di sebuah club malam mewah, Nagara- laki-laki itu langsung bergegas menjemput perempuan yang sudah dia tebak tengah meracau.