Lisa berjalan gontai, hari ini dia bia pulang lebih awal dari cafe.
Lisa bekerja sebagai pelayan cafe milik Jannie sahabat karib nya untuk menunjang hidup.
Hidup Lisa benar-benar pedih sejak ayah dan ibu nya meninggal akibat kecelakaan pesawat menewaskan mereka serta seluruh awak pesawat.
Harta kekayaan ayahnya di rampas oleh pamannya sendiri yang memang sudah mengincar sejak lama.
Lisa kecil berumur 12 tahun yang tidak mengerti apapun di usir dengan paksa sampai ada bibi Nana yang senantiasa merawat Lisa seperti anak nya sendiri, membawa gadis kecil lusuh itu ke dalam rumah sederhana yang terasa amat nyaman.
Namun bibi Nana meninggal 2 tahun lalu meninggal kan Lisa sendiri.
Lisa menghembuskan nafasnya, masih beberapa meter lagi sebelum sampai di rumah nya.
Brug!
"Astaga!"
Lisa berlari, lalu mengguncangkan tubuh pria yang tiba-tiba saja pingsan itu.
"Tuan! Tolong bangun!"
Tidak ada jawaban.
"Tuan! Anda mendengar ku?!"
"Tuan, hei anda kena-- astaga! Anda babak belur!" Lisa panik.
Lalu melihat keseliling, sudah sepi tidak ada yang bisa dia mintai tolong.
Dengan tenaga yang tersisa, Lisa memapah pria itu ke rumah nya yang untungnya tidak jauh lagi.
"Tolong bertahanlah tuan! Anda tidak boleh mati!"
Pria itu masih bisa mendengar walau samar, nafas nya tesengah dia merasakan wajah dan beberapa bagian tubuh nya perih.
Lisa membuka pintunya dengan kasar, lalu membaringkan tubuh pria itu di atas sofa ruang tamu.
Lisa segera mengambil kotak obat, kembali menghampiri pria yang seperti menahan sakit.
Syukurlah pria itu masih hidup.
Lisa mulai mengoleskan kapas yang sudah di beri alkohol.
Pria itu meringis menahan perih, "maaf tuan, aku akan lebih hati-hati."
Lisa menempelkan plester bergambar kelinci di dahi pria itu yang tergores sebagai sentuhan terkahir.
"Anda sudah lebih baik tuan?" tanya Lisa, dia menatap lamat pria di hadapannya itu.
Mata itu masih menutup, hanya terdengar suara hembusan nafas teratur dengan dengkuran kecil.
Lisa menghela nafas lega, setidaknya pria itu tidak mati.
"Baiklah tuan, anda bisa menginap satu malam di sini." Lisa pergi meninggalkan pria itu untuk mengambil bantal dan selimut -- bagaimana pun Lisa masih memiliki hati nurani, dia tidak mungkin membiarkan tamu nya itu kedinginan.
Lisa menghembuskan nafasnya sedikit kasar, tubuh nya terasa semakin pegal sehabis mengangkat pria itu.
Gadis itu melangkahkan kakinya ke dalam kamar, dia perlu mandi dulu lalu tidur dengan tenang -- tidak perlu khawatir pria itu macam-macam toh di dalam rumah nya tidak ada sesuatu yang berharga, dia percaya pada pria itu.
09.00 KST
BRAK!
"Kesiangannn!!!"
Lisa berlari memasuki kamar mandi, sial sekali akibat kelelahan dia lupa memasang alarm.
Gadis itu terburu-buru bahkan dia lupa jika semalam ada seseorang yang menginap di rumah nya.
Lisa berlari menuju ruang makan mungkin kali ini dia akan memakan roti selai saja.