Ketukkan high heels itu cukup nyaring, membuat semua mata tertuju padanya.
Wanita umur 23 tahun itu tersenyum menyapa satu persatu orang yang terlihat dalam pandangannya.
Wanita karir itu nampak selalu cantik dan anggun.
"Pagi, Mrs. Lali."
"Pagi Mia, apa jadwal ku hari ini?" balas nya.
"Sekarang ada meeting dengan kolega dari Korea Mrs jam 9 pagi, lalu pemotretan untuk majalah Paris jam 1 siang dan jam 7 malam nanti anda di undang untuk pesta orang tua dan anak di sekolah tuan muda." jelas Mia.
"Baiklah, siapkan semuanya. Aku hanya ingin semuanya sempurna, jemput Luhan di sekolah nya. Bawa dia kekantor setelah dia pulang sekolah, siapkan kebutuhan nya dan minta juga bibi Shin untuk di sini menemani Luhan."
"Baik Mrs, saya mengerti."
Lalisa Hwang, nama yang kini di kenal oleh orang-orang di negara Australia itu. Wanita yang selalu menjadi motivasi bagi orang lain.
Dia tidak hanya bergelut di dunia bisnis tapi juga seorang model untuk beberapa majalah terkenal-- dan seorang Ibu yang hebat.
Meninggal kan negara tempat dia di lahirkan dan berakhir di negeri orang tidak membuat semangat hidup seorang Lalisa pudar, karena dia masih memiliki malaikat kecil nya.
Drettt..
"Ya, halo?"
Hening.
"Halo?"
"Jika tidak ada yang di bicarakan, saya tutup telepon nya!"
"Lalisa.."
Tut!
"MIA GANTI NOMOR PONSEL KU!"
"Baik Mrs. Hwang, saya berharap anda bisa datang ke Korea untuk melihat lebih lanjut pembangunan hotel itu sendiri, jika ada yang kurang dari yang saya jelaskan tadi anda sendiri bisa merubahnya."
"Saya akan pikirkan lagi, Mr. Min karena di sini saya cukup sibuk." sungkannya.
"Tidak masalah Mrs, jika anda berkenan saya akan menyambut anda dengan sangat baik." balasnya ramah.
"Terimakasih Mr. Min," Lisa tersenyum tipis menjabat tangan Mr. Min.
"Senang bisa bekerja sama dengan anda Mrs. Hwang."
"Saya pun."
"Mom!"
"Kamu udah pulang sayang?"
Anak laki-laki itu mengangguk kukuh, "Iya, bibi Shin yang jemput."
Lisa tersenyum, mengusak pelan rambut anak nya dan mencium pipi gembul anak laki-laki itu dengan gemas.
"Terimakasih, bibi Shin."
"Tidak masalah nyonya, saya hanya melakukan pekerjaan saya." Lisa tersenyum.
Drettt...
"Ah, ya. Jisoo?"
"Ya Lalisa! Kamu harus pulang, aku tidak mau tau! Kamu harus datang ke pernikahan ku, kamu dengar?"
Lisa bergeming, setelah nya menjawab. "Kapan?"
"Satu minggu lagi, cepat lah pulang. Aku merindukan mu dan buntalan putih menggemaskan ku itu."
Lisa terkikik, "berhenti memanggil putra ku dengan buntalan Kim Jisoo."
"Aih, terserah aku lah. Pokoknya kamu harus datang sebelum pernikahan ku, kamu ingat Lisa?"