Bagian 10

6.7K 260 3
                                    

Happy Reading

***

Tara duduk di kursi meja makan sambil memerhatikan Bagas yang sedang memasak untuk makan malam. Saat ini Tara memang sedang berada di apartemen Bagas, tadi saat Bagas menjemputnya ke kantor cowok itu meminta Tara singgah ke apartemennya lebih dulu dan berjanji untuk memasakan makan malam.

Sambil memerhatikan Bagas yang sedang memasak, Tara menupukan tangannya di atas meja dan menyanggah dagunya. Ia tersenyum tipis saat melihat Bagas sangat lihai dalam memainkan peralatan dapur. Beruntung sekali dirinya memiliki sahabat seperti Bagas, yang selalu peduli pada dirinya. Tara tidak perlu lagi mencari pacar kalau Bagas saja terkadang memperlakukannya seperti seorang pacar.

Namun kembali ke realita, mereka berdua hanya berstatus sebagai sahabat. Padahal banyak orang yang bilang tidak ada yang namanya sahabat antara laki-laki dan perempuan, di antara mereka pasti memiliki perasaan lebih dari sekadar sahabat. Tara tidak percaya akan hal itu karena selama ini ia memang benar-benar menganggap Bagas hanya sebatas sahabat atau bahkan kakaknya.

Setelah menunggu selama kurang lebih 15 menit akhirnya Bagas pun selesai memasak makanannya.

"Rendang dan sambal ijo, khusus buat sahabat gue tersayang," ucap Bagas sambil mempersembahkan hasil masakannya tepat di hadapan Tara.

Tara tersenyum senang sambil bertepuk tangan untuk mengapresiasi hasil kerja Bagas.

"Wah! Kayaknya enak, nih," ucap Tara sambil memerhatikan menu makanan di hadapannya.

"Pasti dong," sahut Bagas. "Ayo, makan!" lanjutnya.

Bagas dan Tara pun mulai memakan hasil masakan Bagas. Mereka berdua pun sangat menikmati, Tara benar-benar bangga memiliki sahabat seperti Bagas yang jago masak.

Setelah selesai makan, Tara menjadi orang yang bertugas membersihkan peralatan bekas masak dan makan mereka, lalu Bagas dan Tara kembali duduk saling berhadapan di meja makan dengan dua gelas teh hangat di hadapan mereka.

Hening melanda, Bagas sibuk memerhatikan Tara yang sedang menunduk. Sepertinya saat ini sedang ada yang menganggu pikiran gadis cantik itu.

"Kenapa, Tar?" tanya Bagas akhirnya memecahkan keheningan di antara mereka.

Tara tersentak karena pertanyaan Bagas yang tiba-tiba. Gadis itu melirik ke arah Bagas yang ternyata sudah menatap ke arahnya, Tara tidak sadar sejak tadi Bagas memerhatikannya.

Sebenarnya Tara ingin menjawab 'iya' karena memang benar sedang ada yang menganggu pikirannya, yaitu tentang pertemuannya dengan seorang klien penulis Sabtu nanti. Bukan masalah jika ia bertemu dengan klien tersebut sendiri, tetapi yang menjadi masalah adalah Tara harus pergi bersama dengan Billy, bosnya di kantor. Tara harus meminta izin lebih dulu pada Bagas jika ia akan pergi bersama Billy karena Tara tahu Bagas tidak akan suka jika ia pergi bersama bosnya itu.

"Gas," gumam Tara gugup, kedua tangannya memegang gelas berisi teh hangat itu sambil mengetuk-ngetuk jari ke dinding gelas.

"Hmm?" sahut Bagas, matanya tidak lepas sejak tadi menatap Tara.

"Sabtu besok aku harus pergi ketemu klien yang mau ngubah alur cerita novelnya. Kebetulan aku yang edit naskahnya," ucap Tara. Ia mencoba menghilangkan kegugupannya.

Bagas mengangguk, lalu meminum teh hangatnya. "Ya tinggal pergi, kenapa harus izin dulu?" tanya Bagas sambil terkekeh.

Tara menghela napas, lalu berkata, "Aku gak pergi sendiri, Gas."

BagasTara [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang