Bagian 13

4.8K 231 6
                                    

Happy Reading

***

Malam ini Bagas berencana mengakak Tara untuk pergi makan di luar, ia juga sudah memberitahukan rencananya pada Tara lewat pesan online, tetapi pesannya sampai saat ini belum dibaca oleh Tara. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 18.30, Bagas segera bersiap untuk menjemput Tara ke rumah gadis itu, tidak peduli dengan pesannya yang belum dibalas bahkan dibaca oleh si penerima pesan.

Bagas berjalan ke arah cerimin panjang yang terpasang di dinding kamarnya, ia memberikan sedikit polesan pomade pada rambutnya agar terlihat rapi. Setelah itu Bagas segera mengambil kunci motornya dan bergegas pergi ke rumah Tara.

Mengendarai motor dengan kecepatan yang sangat kencang membuat Bagas hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai di rumah Tara. Saat ini Bagas sudah berada di depan pagar rumah sederhana milik keluarga Tara.

Ketika Bagas ingin melangkah masuk, tiba-tiba ingatannya melayang pada pembicaraannya dengan kedua sahabat laki-lakinya kemarin yang menyuruh Bagas untuk menyatakan perasaannya pada Tara. Entah kenapa sekarang Bagas malah jadi deg-degan saat ingin bertemu Tara. Padahal Bagas belum berniat menyatakan perasaannya malam ini, tetapi jantungnya sudah berdetak tak karuan.

"Duh, kenapa gue jadi gugup gini, sih," gumam Bagas sambil memegang dadanya yang berdetak.

Setelah menghela napas sejenak, Bagas pun kembali memantapkan langkahnya ke arah pintu rumah Tara yang sudah terbuka. Melihat itu kedua alis Bagas saling bertaut karena tidak biasanya pintu rumah Tara terbuka lebar pada malam hari seperti saat ini, kecuali jika sedang ada tamu. Bagas menggidikan bahunya, mungkin memang benar sedang ada tamu.

Begitu sampai di depan pintu yang terbuka itu, mulut Bagas akan mengucapkan salam dan mengetuk pintu, tetapi diurungkannya saat melihat seseorang yang duduk di salah satu sofa ruang tamu rumah Tara. Di dekat orang itu juga ada Tara yang sedang tersenyum.

"Eh, Nak Bagas?" Itu suara Ibu yang baru saja muncul dari arah belakang sambil membawa nampan berisi segelas kopi. Tatapan Ibu langsung mengarah pada Bagas yang berdiri tegak di depan pintu.

Tara yang tadinya sedang tersenyum ke arah tamunya itu pun langsung menengok ke arah di mana Bagas berada, senyumnya langsung hilang digantikan dengan ekspresi terkejut.

"Bagas?" Tara berdiri dari duduknya diikuti oleh si tamu.

"Sini masuk, Gas," ucap Ibu sambil meletakkan segelas kopi yang dibuatnya di atas meja. Tentu saja kopi itu untuk tamunya.

Bagas tersenyum sedikit ke arah Ibu. "Gak usah, Bu. Bagas pulang lagi aja, kayaknya Tara lagi sibu sama tamunya," ucap Bagas. Bibirnya tersenyum, tetapi tatapannya menatap ke arah tamu Tara dengan tajam.

"Loh kok mau pulang lagi, baru juga datang," ucap Ibu keheranan.

Bagas melangkah mendekati Ibu, lalu menyalami tangan wanita paruh baya itu sebelum berpamitan pergi.

Tara hanya bisa terpaku di tempatnya ketika Bagas kembali melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Ia tidak mengira jika malam ini Bagas akan datang ke rumahnya.

"Kayaknya Bagas marah, coba kamu kejar dia," ucap tamu Tara yang sejak tadi hanya diam.

Mendengar perkataan tamunya membuat Tara seakan tersadar dari lamunannya. Buru-buru ia keluar dari rumah untuk menyusul Bagas. Si tamu juga ikut melangkah keluar, sedangkan Ibu hanya menatap heran ke arah mereka.

Tepat saat Bagas akan menyalakan mesin motornya, Tara mencegah cowok itu untuk pergi.

"Gas, mau ke mana?" tanya Tara.

BagasTara [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang