Bagian 21

4.7K 187 4
                                    

Happy Reading

***

Sudah dua hari sejak Bagas sakit, kini dirinya dan Tara semakin lengket saja. Ibarat lem dan kertas, ya itulah mereka. Banyak yang beranggapan jika mereka menjalin hubungan, seperti sepasang kekasih. Namun, sampai saat ini baik Bagas maupun Tara belum ada yang menyatakan perasaannya masing-masing. Padahal dalam hati mereka sudah tahu perasaan mereka berkembang dari sahabat menjadi naik tingkat sebagai pasangan kekasih.

"Habis ini kamu langsung balik ke kantor?" tanya Bagas yang duduk di hadapan Tara.

Seperti biasa, siang ini Bagas dan Tara melakukan makan siang bersama dan seperti biasa juga Bagas yang akan menjemput Tara ke kantornya.

"Ya iya, emang mau ke mana?" Tara melirik ke arah Bagas sejenak, sebelum fokus menghabiskan minuman yang dipesannya.

Bagas menggeleng. "Ya udah, ayo. Habis ini juga aku ada janji."

"Janji sama siapa? Cewek ya?" tanya Tara dengan tatapan menggoda, tetapi dalam hatinya berharap jika Bagas menjawab tidak.

"Cewek apaan. Aku janjian sama tiga curut," jawab Bagas. Diam-diam Tara menghela napas lega dan sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas.

"Tiga curut?" tanya Tara lagi.

"Huum ... Artha, Ethan, sama si kutub utara, Dion," jawab Bagas yang diangguki oleh Tara.

Setelah mereka menghabiskan makan siang masing-masing dan membayarnya, Bagas pun mengantarkan Tara kembali ke tempat kerja gadis itu.

"Nanti biasa, aku jemput ya pulangnya," ucap Bagas sambil membantu Tara untuk melepaskan helm yang gadis itu gunakan. Sekarang posisi Bagas dan Tara sudah berada di depan gedung kantor Tara.

Melihat wajah Bagas yang sangat dekat dengannya, membuat wajah Tara terasa hangat. Dalam hati ia berdoa semoga pipinya tidak bersemu merah.

"Udah gih, sana masuk!" titah Bagas setelah berhasil melepaskan helm dari kepala Tara. Ia juga tersenyum manis sambil mengusap kepala Tara dengan lembut membuat Tara semakin salah tingkah.

Tara mengangguk. "Kamu hati-hati di jalan, jangan ngebut!" kata Tara, susah payah ia menormalkan nada bicaranya agar tidak terdengar gugup.

Bagas pun pergi dengan motornya setelah kembali memberi senyuman untuk Tara.

"Ciieee ... pajak jadian, dong!"

Tara berjengit kaget saat tiba-tiba Harumi muncul di sampingnya. Sepertinya gadis itu juga baru saja sampai di kantor setelah selesai makan siang.

"Pajak jadian, apaan?" tanya Tara dengan nada ketus sambil berlalu begitu saja untuk masuk ke gedung kantornya.

"Lo jadian kan sama sahabat lo itu?" tanya Harumi yang menyusul langkah Tara.

"Jangan sok tau! Siapa juga yang jadian?" Tara semakin mempercepat langkahnya karena tidak mau mendengar Harumi yang terus menggodanya.

Sementara Harumi juga semakin gencar menggoda Tara. Ia senang melihat wajah temannya itu yang sudah berubah menjadi merah. Entah menahan malu, marah, atau sedang salah tingkah.

Bruk.

Karena tidak fokus berjalan dan saking buru-burunya untuk menghindar dari Harumi, Tara pun tidak sengaja menabrak sesorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

Begitu mendongakkan kepala, Tara terkejut karena orang yang ditabraknya adalah Billy.

"Kamu gak kenapa-kenapa?" tanya Billy sambil memegang kedua bahu Tara.

BagasTara [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang