Bagian 23

4.2K 215 6
                                    

Happy Reading

***

Sudah seminggu status antara Bagas dan Tara berganti menjadi sepasang kekasih. Selama seminggu itu pula mereka berdua yang sudah sangat dekat sebelumnya semakin dekat.

Bagas dan Tara juga menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa. Senin sampai Jumat bekerja di kantor masing-masing dan akan pergi makan siang bersama seperti biasa. Hari Sabtu Bagas akan mengajak Tara ke tempat baru untuk melihat-lihat objek yang bisa Tara jadikan koleksi di kameranya, dan hari Minggu adalah hari untuk me time bagi mereka berdua.

Tidak ada yang berubah sebenarnya di antara mereka, yang berubah hanya status mereka dan perasaan mereka yang semakin kuat.

Tara sedang mematuk dirinya di depan cermin dengan menggunakan dress berwarna putih yang panjangnya sampai lutut.

Malam ini Tara membuat janji dengan Bagas untuk makan malam bersama, tetapi bukan hanya berdua saja melainkan makan malam bersama dengan keluarga Bagas.

Ini bukan pertama kalinya Tara diajak makan malam bersama oleh keluarga Bagas, tetapi ini pertama kalinya Tara datang ke rumah keluarga Bagas dengan statusnya sebagai kekasih dari anak bungsu keluarga Pradipta hingga membuatnya gugup.

Suara pintu kamarnya yang diketuk dari luar berhasil mengalihkan perhatiannya.

"Masuk!" titah Tara dengan suara agak keras agar orang yang berada di luar bisa mendengar suaranya.

Sosok Ibu muncul setelah pintu terbuka.

"Bagas udah ada di bawah tuh," ucap Ibu yang diangguki oleh Tara.

Sekali lagi Tara menatap bayangannya pada cermin. Setelah yakin tidak ada yang kurang, Tara pun segera keluar dari kamar untuk menemui Bagas.

Sementara itu Bagas yang sedang duduk di sofa ruang tamu sedang asik berbincang dengan Ayah.

"Jagoan Ayah itu Valentino Rossi dari dulu gak pernah berubah. Kamu tau kenapa?" tanya Ayah yang dijawab gelengan oleh Bagas. "Karena meski usianya udah gak muda lagi, tapi dia itu masih mengukir prestasi yang luar biasa."

Bagas tersenyum menatap Ayah, di kedua mata pria paruh baya itu ada rasa bangga saat menceritakan idolanya.

"Kalau kamu jagoin siapa?" tanya Ayah pada Bagas.

"Marc Márquez dong, Yah," jawab Bagas.

"Kenapa harus dia?"

"Karena dia adalah juara dunia termuda sepanjang sejarah MotoGP. Keren gak tuh?"

Bagas tidak mau kalah untuk membanggakan idolanya di dunia MotoGP.

Namun, ada rasa sedih di hati Bagas saat membicarakan tentang MotoGP dan idola pembalapnya. Dulu, saat hubungannya dengan sang Papa masih baik-baik saja, Bagas juga sering bertukar cerita tentang MotoGP bersama Papa. Semua itu hanya kenangan karena sikap Papa berubah kepadanya.

Saking serunya Bagas dan Ayah saling membanggakan idola MotoGP masing-masing, mereka tidak sadar jika Tara sudah berada di ruang tengah sambil tersenyum menatap dua orang pria yang paling ia sayang itu.

"Aduh calon mertua sama calon mantu asik banget ngobrol berdua."

Celetukan Ibu barusan akhirnya mengalihkan perhatian Bagas dan Ayah.

Begitu mendongakkan kepala, mata Bagas langsung tertuju pada sosok gadis yang malam ini terlihat sangat cantik dengan dress putih dan juga make up-nya yang tidak terlalu tebal.

BagasTara [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang