Happy Reading
***
Bagas meringis kesakitan ketika Tara tiba-tiba melayangkan pukulan di bahunya. Pukulan gadis itu lumayan keras hingga membuat Bagas meringis
"Kenapa sih, kok main pukul?" tanya Bagas. Ia menatap heran ke arah Tara yang duduk di sebelahnya sambil menggendong kucing kesayangan milik gadis itu.
Tara memutar bola matanya malas, Bagas terlalu lebay padahal menurutnya pukulan yang diberikan olehnya tidak terlalu keras.
Melihat Tara yang malah memutar bola matanya dan bukannya meminta maaf karena sudah memukulnya, Bagas melebarkan kedua matanya lalu menatap ke arah kucing putih yang ada dipangkuan Tara.
"Kamu liat 'kan, Chimy. Kamu liat 'kan kelakuan Mama kamu?" tanya Bagas berbicara dengan hewan berbulu tersebut, seakan-akan ia berbicara dengan anaknya sendiri. "Mama kamu udah tega pukul Papa, bukannya minta maaf malah masang muka julid," lanjutnya.
Kucing berbulu putih yang diberi nama Chimy itu hanya menatap Bagas dengan muka datarnya, sepertinya Chimy tidak peduli dengan curhatan Bagas yang mendeklarasikan dirinya sebagai 'ayahnya'.
"Marahin Mama kamu tuh, Chim. Mama kamu udah melakukan KDRT alias Kekerasan Dalam Rumah Tangga!" ucap Bagas lagi yang kembali tidak mendapatkan respons dari Chimy bahkan kucing itu lebih memilih untuk turun dari pangkuan Tara dan berlari masuk ke rumah.
Tara yang melihat itu tertawa senang, melihat kelakuan Chimy dan wajah sengsara Bagas membuatnya bahagia
Bagas mendengus kesal. "Emak sama anak kompak banget kalau udah kesel sama bapaknya," gumam Bagas.
"Kamu tuh terlalu lebay tau gak sih, Gas? Aku mukul kamu gak terlalu keras," ucap Tara dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya.
Lagi-lagi Bagas mendengus mendegar perkataan Tara. "Gak keras gimana, gue ngerasain tuh pukulan lo sampai to the my bone."
"Makanya kamu jadi orang jangan nyebelin!" seru Tara sambil menatap tajam ke arah Bagas.
"Nyebelin apa sih? Gue gak ngapa-ngapain dari tadi," ucap Bagas.
"Kamu itu nyebelin, pake banget. Ngapain kamu bilang ke Ibu kalau aku gak mau maafin kamu?" Tara bangkit berdiri dan kedua tangannya berada di kedua sisi pinggangnya.
"Ya emang lo gak mau maafin gue, 'kan?" tanya Bagas, ekspresinya saat ini sungguh sangat menyebalkan di mata Tara.
Tadi setelah makan malam selesai, Ibu mengomeli Tara karena aduan dari Bagas gadis itu tidak mau memaafkan dirinya. Bahkan Ayah yang baru mendengar bahwa Tara tidak mau memaafkan Bagas dari mulut Ibu pun ikut mengomeli Tara. Katanya, sesama manusia harus saling memaafkan karena Tuhan saja mau memaafkan segala kesalahan hambanya. Tara pun terpaksa meminta maaf kepada Bagas di hadapan kedua orang tuanya.
"Aku kan udah maafin kamu, ngapain kamu harus ngadu-ngadu ke Ibu?" tanya Tara, raut wajahnya masih terlihat sangat kesal karena ulah Bagas dirinya jadi diceramahi oleh kedua orang tuanya.
"Udah maafin, tapi nyuekin gue. Chat gue gak dibales, telepon gak diangkat. Apa-apaan itu?" Bagas melipat kedua tangannya di depan dada, bibirnya ia majukan.
Tara menghela napas mencoba untuk menghilangkan rasa kesalnya. Setelah dirasa emosinya sudah stabil, Tara kembali duduk di kursinya.
"Aku gak maksud buat cuekin kamu, Gas. Aku lakuin itu supaya kamu sadar, kebiasaan kamu yang tiap malam ke kelab, hambur-hamburin uang buat minum dan bayar ... bayar perempuan," ucap Tara, diakhir kata ia memelankan suaranya. "Itu gak ada manfaatnya sama sekali, kalau kamu kena penyakit gimana? Aku gak mau sampai kamu sakit, Bagas. Aku itu sayang sama kamu, jadi aku mohon berhenti dari kebiasaan-kebiasaan buruk kamu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BagasTara [E N D]
Romantizm[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bagas Aditya, hobinya sering keluar-masuk club malam bahkan sering kali bermain bersama dengan seorang wanita di hotel. Setelah lulus kuliah belum juga mendapat pekerjaan tetap. Sampai akhirnya seorang gadis bernama Ravanea...