Yang mau gabung grup whatsapp, tinggal klik link yang ada di bio profil aku ya atau bisa langsung DM aku. 😄
***
Happy Reading
***
Hari ini Tara sedang membantu Ibu membuat kue kering di dapur, kegiatan itu menjadi kegiatan rutin antara Tara dan Ibu yang akan dilaksanakan setiap 2 bulan sekali.
"Kenapa Ibu gak buka toko kue aja sih, Bu?" tanya Tara sambil duduk di salah satu bangku yang ada di dapur dan tangannya sibuk menata kue yang sudah matang ke dalam toples.
"Padahal kue buatan Ibu enak banget loh," lanjut Tara.
Ibu tersenyum sambil mengeluarkan seloyang kue yang baru saja matang. "Kamu tau sendiri, Ayah kamu gak pernah izinin Ibu buka usaha atau kerja," kata Ibu.
Ibu memang sangat pandai membuat berbagai macam kue kering, Tara pun sangat menyukainya. Jika dipikir-pikir peluang Ibu membuka usaha toko kue kering mungkin akan laku keras mengingat rasa kue itu yang tidak jauh berbeda dengan kue mahal lainnya.
Namun, memang Ayah yang selalu tidak mengizinkan Ibu untuk membuka toko kue ataupun membiarkan Ibu juga bekerja di tempat lain. Ayah selalu mempunyai prinsip, biarkan ia sendiri yang mencari nafkah untuk keluarganya selagi ia masih sehat dan mampu untuk melakukan pekerjaan. Gajinya memang sangat pas-pasan, tetapi Ayah tidak mau membuat wanita yang sangat dicintainya itu juga sampai lelah bekerja.
Sampai suatu hari Ayah memiliki hutang pada seseorang karena saat itu Ayah membutuhkan uang yang cukup banyak untuk membiayai pengobatan Tara. Saat Tara masih kecil, ia didiagnosa memiliki penyakit bronkhitis dan harus berobat jalan setiap bulannya. Untungnya saat ini Tara sudah tidak sakit lagi, dia sudah sembuh meskipun sesekali penyakitnya kambuh, tetapi tidak terlalu parah.
Maka dari itu setelah lulus SMA, Tara tidak mau melanjutkan pendidikannya. Ia memilih untuk langsung bekerja, Tara merasa dirinya harus bertanggung jawab juga untuk melunasi hutang-hutang Ayah. Tidak mudah bagi Tara untuk membujuk Ayah agar dirinya boleh bekerja mengingat sifat Ayah yang agak posesif dan tidak mau ada yang bekerja selain dirinya. Sampai saat itu Tara marah dan kabur dari rumah karena Ayah tidak mengizinkannya bekerja, akhirnya Ayah pun mengizinkan Tara untuk bekerja dengan syarat Tara harus tetap sehat dan tidak boleh kelelahan.
"Iya, Ayah kan emang seposesif itu sama Ibu," celetuk Tara setelah mengigit sedikit kue yang akan dimasukkannya ke dalam toples.
Ibu terkekeh. "Gak cuma ke Ibu, ke kamu juga gitu," katanya. Tara mengangguk setuju.
"Hayo! Pada ngomongin Ayah, ya?" Tiba-tiba Ayah datang dari arah belakang Tara hingga membuat anak gadisnya itu berjengit kaget.
"Ayah! Kaget tau," protes Tara sambil memukul bahu Ayah. Sementara pria paruh baya itu hanya tertawa senang.
"Ayah, seneng banget jailin anaknya," ucap Ibu sambil geleng-geleng kepala.
"Soalnya muka Tara kalau lagi kesel lucu," kata Ayah sambil terkekeh.
Tara mendengus dan mencoba untuk memukul Ayah lagi, tetapi Ayah malah menghindar sambil tertawa.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sejak tadi memerhatikan mereka dengan tatapan sendu dan senyum tipis yang terukir di bibirnya. Melihat interaksi antara ayah dan anak itu, membuatnya juga merindukan sosok ayahnya yang dulu sering menjahilinya.
"Eh, ada, Bagas." Ibu yang pertama kali menyadari kehadirannya. Tara yang tadi sibuk mencoba untuk memukul Ayah pun mengalihkan perhatiannya.
Bagas mengembangkan senyumannya menjadi lebih lebar, ia berjalan menghampiri keluarga bahagia itu, lalu mencium tangan Ayah dan Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BagasTara [E N D]
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bagas Aditya, hobinya sering keluar-masuk club malam bahkan sering kali bermain bersama dengan seorang wanita di hotel. Setelah lulus kuliah belum juga mendapat pekerjaan tetap. Sampai akhirnya seorang gadis bernama Ravanea...