Bagian 3

10.1K 391 2
                                    

Happy Reading

***

Pagi-pagi sekali Bagas sudah nangkring di ruang tamu rumah Tara dengan pakaian santainya. Cowok itu terduduk manis sambil menikmati teh hangan yang disuguhkan oleh Ibu. Seperti biasa, hari ini Bagas akan mengantarkan Tara ke tempat kerja gadis itu. Mengantar dan menjemput Tara sudah menjadi rutinitas Bagas selama ia menjadi sahabat Tara.

"Nak Bagas," panggil Ibu yang baru saja datang dari arah dapur sambil membawa piring berisikan pisang goreng.

Bagas yang mendengar suara Ibu memanggil namanya langsung duduk dengan tegak. "Iya, Bu?"

Ibu meletakkan piring berisi pisang goreng itu di atas meja bersebelahan dengan segelas teh hangat milik Bagas. Lalu Ibu duduk di kursi yang ada di hadapan Bagas.

"Gimana, udah ada perusahaan yang terima kamu?" tanya Ibu.

Pertanyaan yang sangat sederhana, tetapi mampu membuat hati Bagas selalu berasa hangat. Dengan pertanyaan dari Ibu membuat Bagas merasa jika dirinya benar-benar diperhatikan. Bagas pun tersenyum sambil menatap Ibu dan menggeleng pelan.

"Belum, Bu. Doain aja semoga minggu ini Bagas udah bisa kerja," ucap Bagas.

Ibu mengangguk dan membalas senyum Bagas. "Selalu. Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat kamu."

Lagi-lagi hati Bagas terasa begitu hangat. Meskipun Bagas bukan anak kandung Ibu, tetapi wanita paruh baya itu selalu memperlakukannya dengan baik dan sudah menganggap Bagas seperti anaknya sendiri. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan Ibu jugalah yang membuat Bagas merasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga Tara.

Tentang pekerjaan, Bagas memang sudah lulus dari masa kuliahnya. Sudah hampir lima bulan ia lulus, tetapi belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya saat kuliah. Sambil menunggu panggilan kerja di sebuah perusahaan Bagas terkadang mengambil job sebagai penyanyi di setiap kafe-kafe yang mengadakan live musik, dari situlah Bagas mendapatkan penghasilan.

Sejak SMA Bagas sudah bisa hidup mandiri, bahkan sejak SMA pula Bagas sudah mendatangi beberapa kafe untuk bernyanyi. Bagas bukan dari keluarga sederhana dengan ekonomi pas-pasan seperti Tara. Keluarga Bagas bahkan memiliki perusahaan manufaktur terbesar ke 3 di Indonesia dan Bagas memiliki potensi besar untuk masuk ke dalam perusahaan keluarganya serta mendapatkan posisi tertinggi. Namun, kebiasaan hidup mandiri dan suatu masalah dalam keluarganya membuat Bagas menolak keras untuk masuk ke perusahaan yang kini masih dikelola sendiri oleh papanya.

"Bagas, ayo berangkat." Suara Tara terdengar membuat Bagas langsung mendongak ke arah gadis itu.

Hari ini Tara mengenakan outfit yang sangat simple, tetapi cocok dikenakan oleh Tara. Hanya dengan menggunakan sweater oversize berwarna biru muda dan celana jeans hitam, Tara sudah terlihat sangat manis. Perusahaan tempat Tara bekerja memang tidak mengharuskan karyawannya menggunakan pakaian yang terlalu formal agar para karyawan merasa lebih santai saat bekerja.

Bagas menghabiskan teh hangatnya yang tinggal sedikit, lalu bangkit berdiri. "Bu, Bagas izin anter Tara dulu ya," ucap Bagas sambil menyalami tangan Ibu.

"Tara juga berangkat dulu, Bu." Tara pun juga menyalami tangan ibunya.

Setelah itu Bagas dan Tara pun segera pergi menuju tempat bekerja Tara dengan motor kesayangan Bagas.

BagasTara [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang