Bagian 16

4.3K 208 0
                                    

Yang mau gabung grup whatsapp, tinggal klik link yang ada di bio profil aku ya 😄

***

Happy Reading

***

Bagas baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengusapkan handuk kecil ke kepalanya agar rambutnya cepat kering, hingga tiba-tiba bel apartemennya berbunyi. Bagas menautkan kedua alisnya, lalu melirik ke arah jam dinding yang kebetulan berada di dekat ruang tengah apartemennya.

Waktu menunjukkan pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk seorang tamu yang datang ke apartemen Bagas karena biasanya yang datang ke apartemennya hanya ketiga sahabat laki-lakinya yang selalu datang pada malam hari dan juga Tara yang bisa datang kapan saja. Namun, pagi ini Bagas sedang tidak ada janji untuk bertemu Tara.

Karena penasaran akhirnya Bagas pun melangkah menuju pintu apartemen dengan handuk yang ia tenggerkan di bahunya. Tanpa melihat video intercome, Bagas langsung membuka pintu.


Badan Bagas langsung menegang saat pintu terbuka memperlihatkan sepasang suami istri yang sangat dikenalnya. Mereka ada dua orang yang tidak pernah Bagas sangka akan datang ke apartemennya, karena selama Bagas tinggal sendiri di apartemen mereka belum pernah sama sekali mengunjungi Bagas.

"Hai, Sayang," sapa Mama dengan senyum keibuannya.

Ya, sepasang suami istri yang datang itu adalah kedua orang tua Bagas.

"Mau apa ke sini?" Bagas tidak menyapa balik, ia malah menatap kedua orang tuanya dengan tatapan tidak suka.

"Kamu seperti tidak pernah diajarkan sopan santun, Bagas," tegur Papa ketika Bagas tidak menyambut dirinya dan sang istri dengan tidak baik.

Bagas tidak menanggapi, ia hanya menatap datar dan berlalu begitu saja kembali masuk ke apartemennya tanpa menutup kembali pintunya. Itu artinya Bagas mempersilakan kedua orang tuanya untuk masuk.

Sesampainya di ruang tengah apartemen, Bagas langsung menghempaskan dirinya di atas sofa diikuti kedua orang tuanya yang duduk tepat di hadapan Bagas.

"Bagas," panggil Mama.

Bagas mendongak untuk menatap ibunya itu tanpa mengeluarkan suara.

"Mama denger kamu udah dapat pekerjaan?" tanya Mama.

Bagas menautkan kembali kedua alisnya, ia bingung dari mana Mama tahu bahwa Bagas sudah mendapat pekerjaan karena Bagas belum sama sekali memberitahu kepada kedua orang tuanya jika ia sudah bekerja.

"Tidak penting kami tahu dari mana kamu sudah bekerja," sahut Papa berhasil mengalihkan perhatian Bagas dari Mama.

Bagas mendengus. "Terus ada apa Mama sama Papa ke sini?" tanya Bagas.

"Memang kami gak boleh mengunjungi anak sendiri?" tanya Papa balik dengan nada yang ketus.

Beginilah jika Bagas dan Papa bertemu, mereka akan saling berbicara dengan nada keras dan saling menyindir.

Padahal dulu saat Bagas masih kecil, Papa-lah sosok yang selalu Bagas banggakan dan sosok yang menginspirasi seorang Bagas Aditya. Kadang, Bagas rindu masa-masa kecilnya yang selalu disayangi oleh kedua orang tuanya.

"Sudah-sudah, Bagas sama Papa kalau ketemu kayak orang mau berantem. Kalian bisa gak sih akur kayak dulu?" Mama menatap Bagas dan suaminya itu bergantian dengan tatapan sendu. Dalam hati Mama juga sama seperti Bagas, sangat merindukan moment di mana Papa begitu menyayangi dan memanjakan Bagas, tidak seperti saat ini jika bertemu selalu saling melemparkan tatapan tajam.

BagasTara [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang