Bagian 7

6.4K 259 2
                                    

Happy Reading

***

Pandangan Tara terfokus ke arah komputer di hadapannya yang menampilan sederet kalimat. Sesekali Tara mendengus kesal ketika banyak sekali kalimat dalam novel yang akan terbit tersebut, hal itu membuatnya terkadang sakit kepala dan pusing.

Harumi yang berada di sebelah meja Tara pun menggeser kursinya agar bisa berdekatan dengan Tara.

"Tar, cowok yang Jumat kemarin datang ke restoran pas kita makan siang siapa, sih?" tanya Harumi.

Cowok yang Harumi maksud adalah Bagas. Gadis itu sempat terpana akan sosok Bagas yang tampan, sampai Harumi terus memikirkan Bagas selama dua hari ini. Harumi belum tahu jika Bagas adalah sahabat Tara.

"Bagas maksud kamu?" tanya Tara sambil sekilas melirik ke arah Tara dan kembali menghadap ke arah komputernya.

"Ohh ... jadi, namanya Bagas?" gumam Harumi sambil mengangguk. "Dia siapanya lo?" tanya Harumi lagi.

Tara menautkan kedua alisnya sambil masih menatap layar komputer. Ada rasa aneh yang menyergap hatinya saat Tara terus bertanya soal Bagas.

"Sahabat aku," jawab Tara, lalu ia memutar kepala untuk menatap Harumi. "Emang kenapa?"

"Wah! Kok lo gak pernah cerita kalau punya sahabat ganteng kayak Bagas?" Harumi semakin antusias dengan rasa ingin tahunya tentang Bagas. Harumi memang terkenal dengan sosok yang selalu mengagumi pria tampan, sudah banyak gebetannya di kantor.

"Ngapain aku cerita, gak penting," ujar Tara agak ketus.

Harumi mendengus mendengar nada suara Tara yang berubah ketus. "Kenalin gue ke dia dong, Tar."

"Harumi, aku tuh lagi kerja. Sana kamu balik ke meja kamu," titah Tara mengabaikan permintaan Harumi yang katanya ingin diperkenalkan dengan Bagas.

Harumi sadar Tara sedang mengalihkan pembicaraan. Ia pun menatap Tara penuh curiga.

"Lo gak mau ya ngenalin gue ke Bagas?" tanya Harumi penuh curiga. "Jangan-jangan lo cemburu kalau gue kenal sama Bagas, iya?"

"Apaan sih kamu, Rum. Mana ada aku cemburu, Bagas itu cuma sahabat aku," ucap Tara.

"Gue denger sih, gak ada yang namanya persahabatan murni antara cowok sama cewek," kata Harumi, kedua tangannya ia lipat di depan dada.

"Terserah kamu deh. Sana balik!" Tara tidak mau berdebat dengan Harumi lagi, ia sedang pusing dengan pekerjaannya ditambah dengan ocehan Harumi yang tidak masuk akal itu.

***

Lagi-lagi Bagas hari ini menganggu sahabatnya yang sedang bekerja. Artha sebenarnya sudah lelah mengusir manusia yang tidak tahu malu itu, maka dari itu Artha memilih diam dan fokus dengan apa yang dikerjakannya.

"Istri lo kapan lahiran?" tanya Bagas sambil memakan snack yang sengaja ia beli sendiri di minimarket sebelum pergi ke kantor Artha.

Artha memang sudah menikah satu tahun yang lalu dengan Nayara. Setelah mereka lulus dari kampus, Artha langsung melamar Nayara dan setahun kemudian mereka pun menikah, katanya Artha tidak mau lama-lama menunda pernikahan mereka.

"Bulan depan," jawab Artha singkat.

Bagas mengangguk-anggukan kepala, lalu tiba-tiba ia teringat kejadian dua hari lalu, di mana ia diundang oleh kedua orang tuanya untuk makan malam. Ada perasaan sedih di hati Bagas saat ia pulang ke rumah orang tuanya, ia selalu dibanding-bandingkan dengan kakaknya yang menurut kedua orang tuanya sempurna itu. Padahal sedari kecil Bagas selalu menuruti segala kemauan orang tuanya, misalnya dengan memasuki fakultas bisnis saat ia berkuliah.

BagasTara [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang