Happy 10k readers, terima kasih untuk kalian yang sudah mau mampir ke cerita abal-abal ini. 😄
***
Happy Reading
***
"Apa yang mau kamu bicarain?"
Bagas melirik sekilas ke arah Papa saat pertanyaan itu muncul.
"Jadi, Papa yang bantu aku masuk ke perusahaan Mahatma?" tanya Bagas langsung pada intinya agar pembahasan ini cepat selesai. Bagas merasa tidak nyaman berada lama-lama di dekat Papa.
Papa sempat terkejut terlihat dari raut wajahnya, tetapi detik berikutnya Papa kembali memasang wajah datarnya.
Bagas menampilkan smirk-nya. "Aku pikir selama ini, aku bisa berusaha sendiri ternyata masih dibantu Papa. Bener kata Papa kalau aku anak yang gak bisa diandalkan."
Setelah itu terjadi keheningan antara Bagas dan Papa, hanya suara air yang berasal dari kolam ikan dan suara dedaunan yang tertiup angin.
Bagas dan Papa terkejut ketika tiba-tiba Mama datang sambil meletakkan 2 gelas teh hangat ke atas meja yang terletak di antara Bagas dan Papa.
"Sambil diminum tehnya," ucap Mama sambil tersenyum.
Bagas menatap Mama dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ma," panggil Bagas.
"Iya," sahut Mama.
"Mama tau kalau selama ini Bagas kerja di perusahaan Mahatma itu karena Papa?"
Mama terdiam tidak langsung menjawab pertanyaan Bagas. Sampai akhirnya wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik itu mengangguk.
Kecewa, itu yang Bagas rasakan sekarang. Ia kecewa pada orang tuanya, tetapi ia lebih kecewa pada dirinya sendiri karena dirinya sangat payah. Hanya untuk mendapatkan pekerjaan dengan usahanya sendiri saja tidak bisa, sangat payah, bukan?
Bagas pun bangkit dari duduknya. "Kalau gitu terima kasih, Pa, udah bantu Bagas. Bagas bakalan resign dari perusahaan itu."
"Kenapa?" tanya Papa sambil menatap Bagas.
"Bagas pernah janji 'kan sama Papa kalau Bagas bisa mendapatkan pekerjaan dengan usaha Bagas sendiri. Karena pekerjaan Bagas yang sekarang masih dibantu Papa, jadi Bagas akan mengundurkan diri. Bagas akan buktiin sama Papa kalau Bagas bisa berusaha sendiri."
Setelah itu Bagas melangkah pergi dari halaman belakang rumah orang tuanya, meninggalkan Papa dan Mama yang menatapnya.
Di pintu penghubung antara dapur dan halaman belakang, Bagas bertemu dengan Billy.
Bagas hanya menatapnya sekilas, lalu melanjutkan langkahnya tanpa menoleh lagi.
"Bagas tunggu!" ucap Billy, lalu menyusul langkah Bagas.
Billy pun berhasik mencekal tangan Bagas saat mereka berada di ruang tengah rumah.
"Lo gak bisa mengundurkan diri gitu aja dari kerjaan lo sekarang," ucap Billy yang ternyata sejak tadi mendengarkan pembicaraan Bagas dan Papa.
"Itu artinya lo gak bisa menghargai Papa," lanjut Billy.
Bagas menghempaskan tangan Billy yang mencekalnya.
"Bukan masalah gue yang gak menghargai Papa. Gue malah sangat berterima kasih karena bisa kerja, tapi yang jadi masalah itu adalah harga diri gue, Bil. Lo gak bakalan ngerti!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BagasTara [E N D]
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bagas Aditya, hobinya sering keluar-masuk club malam bahkan sering kali bermain bersama dengan seorang wanita di hotel. Setelah lulus kuliah belum juga mendapat pekerjaan tetap. Sampai akhirnya seorang gadis bernama Ravanea...