Happy Reading
***
Sepulang kerja Tara langsung pergi menuju supermarket terdekat dari kantornya. Tadi Bagas sudah menghubungi Tara bahwa dirinya tidak bisa menjemputnya karena biasanya setiap hari yang mengantar dan menjemputnya kerja adalah Bagas. Namun, Tara juga tidak tahu alasan kenapa Bagas tidak bisa menjemputnya karena biasanya Bagas akan memberikan alasannya juga. Yang ada dipikiran Tara saat ini, Bagas masih marah dengannya karena kejadian makan siang tadi.
Tara tidak terlalu memusingkan Bagas yang masih marah, yang terpenting sekarang Tara harus membeli bahan-bahan makanan dan memasak untuk Bagas karena Tara yakin Bagas belum makan sejak tadi siang.
Sekitar tiga puluh menit waktu yang dibutuhkan untuk Tara memilih bahan-bahan makanan di supermarket. Ia memilih berbagai sayuran segar, daging ayam, dan beberapa bumbu instan. Sebenarnya Tara lebih suka membeli semua bahan makanan yang dibutuhkan di pasar, tetapi di waktu sore hari seperti ini tidak ada pasar yang buka, meskipun masih buka pasti sayur dan daging-dagingan yang dijual sudah tidak terlalu segar.
Setelah membayar semua belanjaannya, Tara segera memesan taksi online untuk mengantarkannya ke apartemen Bagas.
Sesampainya di apartemen milik sahabatnya itu, Tara tidak melihat keberadaan Bagas di dalamnya. Tara tidak peduli dengan keberadaan Bagas sekarang ada di mana, ia lebih memilih untuk segera pergi ke dapur dan membuat hidangan makan malam.
Membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit bagi Tara berkutat dengan peralatan dapur. Seluruh makanan yang dimasak Tara sudah gadis itu susun di atas meja makan. Ada ayam goreng, sayur capcay, oseng kangkung, goreng tempe, dan sambal. Makanan yang sangat sederhana, tetapi sangat disukai oleh Bagas dan tentunya Tara juga. Setelah itu Tara segera pergi mandi untuk membersihkan dirinya.
***
Tara sudah duduk di atas meja dengan keadaan segar, ia sudah mandi dan berganti pakaian. Untuk kaus yang dikenakannya saat ini Tara meminjam milik Bagas dan celananya kebetulan celana pendek miliknya yang tertinggal di apartemen Bagas.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, seharusnya Bagas sudah datang dan mereka bersama-sama menyantap makan malam.
Waktu terus berjalan Bagas tak kunjung datang hingga membuat Tara tanpa sadar tertidur sambil duduk di kursi meja makan dengan kepala yang ia tangkupkan di atas meja.
Tepat pukul satu malam, pintu apartemen terbuka menampilkan sosok Bagas dengan pakaian yang sudah tidak karuan.
Setelah melihat Tara tadi siang makan siang bersama dengan bos di kantornya itu, suasana hati Bagas berubah menjadi mendung. Ia sangat tidak suka melihat Tara berdekatan dengan Billy. Untuk meluapkan emosinya, Bagas memilih pergi keliling kota menggunakan motornya, lalu ada kesempatan dari seseorang yang menawarkan Bagas untuk balapan dan akhirnya Bagas pun mengikuti balapan liar dari tawaran seseorang tersebut. Ia juga sempat singgah ke kelab malam yang sering ia kunjungi bersama ketiga sahabatnya dulu saat kuliah. Sekarang Bagas hanya datang sendiri ke kelab malam itu karena ketiga sahabatnya sudah sibuk dengan urusan masing-masing.
Bagas hanya sekadar membeli minuman di kelab malam, ia tidak bermain bersama wanita-wanita penghibur di sana karena Bagas sudah berjanji pada Tara untuk tidak pernah lagi menyentuh para wanita penghibur.
Setelah melepaskan sepatu dan menaruhnya di rak dekat pintu apartemen, Bagas berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sampai langkahnya berhenti di dekat pintu yang menghubungkan ruang tengah dan dapur.
Di sana Bagas melihat sosok Tara yang tertidur lelap. Bagas pun mengurungkan niatnya yang ingin pergi ke kamar mandi, ia memilih untuk mendekati meja makan dan berdiri di samping Tara yang terduduk.
Bagas terkejut melihat banyaknya makanan di atas meja yang sudah dingin. Lebih terkejut lagi saat Bagas tahu semua makanan itu adalah makanan kesukaannya. Bagas menghela napas, ia menatap Tara yang tertidur dengan sendu. Perasaan bersalah karena sudah marah pada Tara pun menghinggapi hatinya.
Tanpa banyak kata Bagas pun menggendong Tara untuk dipindahkannya ke kamar. Setelah sampai di kamar, Bagas pun membaringkan Tara di atas kasur dan tak lupa menyelimuti tubuh Tara sampai batas leher.
Bagas menundukkan tubuhnya, tangannya terulur mengusap kepala Tara dengan lembut.
"Maaf," gumam Bagas berbisik, lalu mencium Tara tepat di dahi gadis itu.
Setelah itu Bagas kembali berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang tadi sempat tertunda. Badannya terasa lengket karena seharian ini Bagas berada di luar ruangan.
Tak membutuhkan waktu lama bagi Bagas untuk mandi, ia pun berjalan menuju meja makan berniat untuk memakan masakan Tara. Meskipun masakan itu sudah tidak hangat lagi, tetapi tidak menyurutkan rasa lapar pada perut Bagas. Ia pun menyantap masakan itu sampai tersisa sedikit. Sungguh masakan Tara adalah candu bagi Bagas.
***
Tara menggeliat, sinar matahari yang muncul dari sela-sela gorden kamar menusuk kelopak matanya menandakan Tara harus bangun. Akhirnya Tara pun terbangun dan segera mendudukan dirinya untuk mengumpulkan nyawanya.
Mata Tara mengerjap, lalu menatap ke sekeliling kamar yang terasa sudah tidak asing baginya, tetapi tetap masih membuatnya terkejut.
"Aku tidur di kamar Bagas?" gumam Tara setelah sadar keberadaanya saat ini.
Dahi Tara mengerut saat ia ingat dirinya tertidur di meja makan, tidak mungkin ia berjalan sendiri ke kamar kecuali jika ada seseorang yang memindahkannya.
Tara pun segera turun dari kasur dan berjalan keluar kamar dengan tergesa. Begitu dirinya keluar kamar, harum nasi goreng langsung tercium di indera penciumannya. Kakinya pun melangkah ke arah dapur.
Begitu sampai di dapur ia mendapati sosok Bagas yang memunggunginya dengan satu tangan memegang spatula dan satu tangannya memegang sisi wajan agar tetap seimbang.
Melihat Bagas yang sedang membuat nasi goreng, Tara teringat dengan masakannya semalam. Ia pun melirikan matanya ke arah meja dan terkejut saat sudah tidak ada makanan apa pun di atas meja, seingatnya semalam tidak ada yang memakan masakannya. Tara pun langsung melihat ke arah Bagas.
"Bagas?" panggil Tara.
Mendengar suara Tara, Bagas pun membalikkan badannya dan tersenyun lebar ke arah Tara.
"Hai, good morning," sapa Bagas dengan ceria. Ia pun kembali membalikkan badan untuk menuntaskan pekerjaannya menggoreng nasi.
Tara tidak menjawab sapaan Bagas, ia mendekati Bagas dan berdiri di samping cowok itu.
"Semalem kamu pulang jam berapa?" tanya Tara sambil menatap Bagas dari samping.
Bagas tidak langsung menjawab, ia memilih untuk menuntaskan menggoreng nasi lebih dulu. Lalu, mematikan motor dan berbalik badan ke arah Tara.
"Hmm ... jam 1 kayaknya," jawab Bagas sambil menggidikan bahunya.
Tara tidak berkata lagi, ia masih terua menatap Bagas dengan lekat. Dari cara bicara Bagas dan ekspresi pagi ini yang ditampilkan cowok itu, Tara bisa menyimpulkan jika Bagas sudah tidak marah lagi padanya.
"Kamu udah gak marah sama aku?" tanya Tara memastikan.
Bagas tersenyum, tangannya terulur mengusap kepala Tara dengan sayang. "Enggak," jawab Bagas.
Tara pun ikut tersenyum. "Maaf ya kemarin aku udah buat kamu kesel," ucap Tara.
"Udah gak usah dibahas. Sekarang kita sarapan, terus gue bakal ajak lo jalan-jalan," ucap Bagas.
Tara tentunya sangat senang. Hari ini adalah hari Sabtu, di mana Tara libur dari pekerjaannya. Seperti biasa Bagas akan mengajaknya jalan-jalan, meskipun hanya berkeliling kota, tetapi itu sudah sangat membuat Tara senang.
Bersambung ....
Next gak nih?
Vote dan komen ya 😁
Sorry for typo :"
KAMU SEDANG MEMBACA
BagasTara [E N D]
Romansa[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bagas Aditya, hobinya sering keluar-masuk club malam bahkan sering kali bermain bersama dengan seorang wanita di hotel. Setelah lulus kuliah belum juga mendapat pekerjaan tetap. Sampai akhirnya seorang gadis bernama Ravanea...