TIGAPULUHDUA - KITA UDAH PUTUS

31 2 0
                                    

"PAPA SAMA MAMA PULANG HARI INI?!"

Ana tertawa kecil mendengar pekikan anak semata wayangnya melalui telepon. "Iya, sayang. Papa sama mama udah selesai beres-beres habis ini mau pulang."

"ASIK BANGET! MAMA MAU APA? FEA BELIIN DEH!" Fero mengambil alih ponselnya dari sang istri. "Mama bilang mama pengen nasi gorengnya mang Deden, nih. Kamu beliin, ya, habis maghrib nanti."

"Okay, hati-hati ya ma, pa, love you! Fea tutup, assalamualaikum." Gadis itu menutup teleponnya. Ia bergegas membereskan rumahnya lebih dari biasanya untuk menyambut kedatangan kedua orangtua tercinta. Seraya asik mendengarkan lagi-lagu dari Stray Kids, boyband favoritnya, ia mengelap dekorasi dengan perasaan senang.

Waktu menunjukkan pukul enam sore. Mendengar suara khas mang Deden, Fea bergegas mengambil uang lalu membeli basi goreng yang diinginkan mamanya. "Mang, mau empat porsi, ya. Yang pedes!"

"Siyap neng!" Dengan cekatan mang Deden mulai menumis bumbu nasi goreng dan telur di wajan lalu memasukkan nasi putih. Ia mengaduknya dengan cara yang khas, yang hanya bisa dilakukan oleh mang Deden di daerah sekitar Fea.

Setelah selesai, Fea membayarnya tak lupa mengucapkan terimakasih. "Makasih ya, mang!" Mang Deden tersenyum lalu melenggang pergi bersama gerobaknya.

Masih ingin diluar, Fea menelepon papanya, ingin mengabarkan bahwa pesanannya sudah ada di tangan Fea. Nada dering terdengar di telinga kirinya, bersamaan dengan suara motor yang sama-sama kerasnya.

Sebuah teriakan mengagetkan gadis dengan oversize t-shirtnya. "FEA! MUNDUR" Mendengar teriakan itu, gadis itu sontak mundur, menghindari sebuah benda yang tak terlihat jelas di matanya.

"Sialan." Umpat pria dengan pakaian serba hitam.

"SIAPA LO ANJING?!" Teriakan seseorang di belakangnya membuat pria itu terkejut dan menambah laju motornya, belok ke arah kanan.

Fea menoleh ke arah sumber suara, dan menemukan Faisal melambatkan laju motornya. "Lo ga apa-apa, kan?" Fea menggeleng.

Tak banyak bicara, Faisal kembali melajukan motornya mengejar pria yang tadi sempat hendak menyerang Fea. Fea yang menebak keadaan langsung memasuki rumahnya. Ia meletakkan bungkusan itu lalu mengambil kunci motornya. Ia mulai menuju ke arah yang dilalui Faisal tadi.

"Hilang, sialan." Umpatnya pelan ketika ia tiba di pertigaan, tak tau jalan mana yang harus diambilnya. Ia langsung membelokkan setirnya ke arah kanan dan menemukan Faisal tergeletak lemas di samping motornya.

"SAL!" Fea menuruni motornya lalu menghampiri Faisal, menopangkan kepala Faisal di lengannya. "LO KENAPA?!"

"O-bat-pelum-puh." Fea mendesis. Ia mengambil ponsel Faisal di saku samping celananya lalu menelepon seseorang yang diketahuinya anak buah Faisal.

"Kesini. Gue shareloc. Bawa motor gue sama Faisal." Ia langsung menutupnya dan meletakkannya.

Faisal tak dapat duduk. Tenaganya terkuras habis karena efek obat pelumpuh itu. Tak lama sebuah mobil tiba dan dua orang pria keluar dari sana. "Bawa motor gue ke rumah, kuncinya biarin. Tutup gerbangnya lagi. Bantuin Faisal naik ke mobil. Sekarang!" Kedua pria itu langsung melaksanakan setiap omongan Fea. Mereka memapah Faisal menuju mobil dan Fea menyandarkan kepala Faisal di pundaknya. Setelahnya mereka membawa motor Fea dan Faisal.

"Pulang." Sopir itu langsung menyalakan mesin dan menuju ke rumah Faisal.

Fea menggoyang-goyangkan pipi Faisal. "Sal, lo denger gue? Sal!" Faisal perlahan membuka matanya lalu mengangguk kecil.

"Perlu ke rumah sakit?" Faisal menggeleng. "Obat ini hanya berefek delapan jam. Setelahnya gue bakal kembali pulih."

"Minum dulu." Fea membukakan botol minum lalu memberikan sedotan kepada Faisal. "Kita ke rumah lo. Bokap sama Nyokap gue pulang malam ini."

FAISALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang