Terik mentari membakar kulit seluruh siswa kelas sebelas IPA dua. Di jam pelajaran olahraga terakhir mereka di semester ini, pak Deo memerintahkan kepada siswanya untuk lari mengelilingi lapangan serta menjawab soal soal yang dibacakan olehnya.
"Faisal! Sebutkan teknik dasar basket!"
"Siap! Dribbling, passing, shooting, blocking!"
"Bayu! Jelaskan apa itu dribling!"
"Siap! Menggiring bola basket dengan memantulkan ke tanah seraya terus melangkah!"
Sebutir keringat mulai turun di pelipis beberapa siswa, tak terkecuali Hanin. Gadis yang berada di barisan belakang itu tiba-tiba pingsan di tempat dan langsung membuat seluruh warga sekolah panik.
Pak Deo langsung menyusul Fea yang ada di depan Hanin. "HANIN!"
Keluar darah segar dari hidung anak emas tersebut. Siswa lain semakin panik dan ada yang menelepon ambulans.
Hanin berusaha mendudukkan dirinya. "NIN LO OKE?!"
Pertanyaan bodoh Edgar disahut dengan pukulan oleh Bayu. "Goblok, dia mimisan tolol, masih tanya lagi."
"Gak kok, maaf ngagetin kalian semua."
"GAK APAAN! AMBULANS AMBULANS!"
Hanin tersenyum lemah menadahi darah dari hidungnya, tak beberapa lama ia benar benar kehilangan kesadaran sepenuhnya dan ambruk.
"NIN!"
-o0o-
Bau khas rumah sakit rasanya sangat familiar bagi Fea. Kini Fea, Edgar dan Pak Deo, sedang di luar IGD, menunggu hanin yang tengah ditangani oleh dokter.
Sejujurnya sudah lama Hanin mengidap leukimia. Tidak semua orang tau, namun yang mengetahuinya selalu melarang Hanin untuk terlalu lelah dan melakukan aktifitas berat.
Pak Deo yang baru saja keluar dari ruang dokter memberi kabar. "Hanin hanya kecapean. Tetapi ia harus dipantau kondisinya sama dokter. Udah hubungi orangtuanya?"
"Sudah, pak. Mereka lagi otw kesini."
"Baiklah. Kalau begitu kalian segera kembali ke sekolah. Saya akan berbicara dengan orangtua Hanin mengenai masalah kesehatannya." Pak Deo memegang bahu Edgar, "saya percaya sama kamu sama Fea. Langsung kembali ke sekolah, ya."
-o0o-
Perpustakaan. Tempat sebagian besar siswa-siswi untuk mendinginkan tubuh dikala matahari sedang terik-teriknya. Memang perpustakaan adalah tempat yang serasa surga di SMA HJ. Memiliki ruangan full AC, free wifi dan sofa yang sangat empuk.
Berbeda dengan siswa-siswi pada umumnya, tak sedikit siswa yang pergi ke perpustakaan memang karena hendak menambah ilmu atau hanya sekedar mencari buku bacaan saja. Nayshilla contohnya.
Ia sedang berkutat dengan laptop. Bukan— bukan tentang pelajaran seperti biasanya. Namun kali ini ia sedang membaca novel romansa remaja. Untuk yang pertama kalinya.
"Asik banget?" Suara seorang pria mengejutkannya. Ia sontak menutup e-book bacaannya dan mendongak.
"Oh, hai, kak." Ia tersenyum canggung, merasa malu kepergok membaca e-book romansa.
"Ngga penting, kok. Udah selesai juga," ujarnya mengalihkan perhatian.
Tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk di ponsel Nayshilla. Ia segera membuka chat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAISAL
Lãng mạn"Sinting! Mana ada gue suka sama lo" "Gue tarik kata-kata gue. Ga ada lo hidup gue sepi." Namanya Faisal. Si ganteng dengan sejuta pesonanya. Bukan, dia bukan cowo dingin. Tapi setiap perkataannya membuat semua orang yang ditujunya benar-benar luluh...