Hari-hari berlalu, hingga kini tiba saatnya SMA Harapan Jaya menyelenggarakan acara lomba antar kelas. Jam menunjukkan pukul tujuh tepat. Setelah pembukaan dan sambutan panjang lebar dari beberapa pihak, kini MC yang merupakan ketua dan wakil ketua OSIS sebelum Edgar dan Nayla mulai memanggil para peserta.
"Baiklah, kita sambut, penampilan dari—" sang MC pun menjeda perkataannya,
"XI-IPA 1! Tampilkan yang terbaik, ya!" Sang MC menyemangati. Muncullah segerombol siswa XI-IPA 1 yang menampilkan drama.
Setelah penampilan mereka selesai, ucapan salam disambut tepuk tangan yang meriah.
Berlanjut dengan XI-MIA 1, XI-IPS 1 dan XI-BAHASA 1.
"Duh, kelas kita tinggal beberapa menit lagi, nih," Nayla mondar-mandir sambil mengatakan hal yang sama.
"Selanjutnya, kita sambut, perform dari—"
"XI-IPA 2!!" setelah nama kelas TM disebut, tepuk tangan meriah langsung menyeruak ke penjuru lapangan.
Faisal, Fea, Edgar, Bayu, Viol, Hanin dan beberapa murid lainnya naik ke atas panggung.
Hanin sebagai narator, Faisal sebagai tokoh utama 1, Carlitos, Fea sebagai tokoh utama 2, Voletria, dan teman lainnya sebagai pemeran lainnya.
Hanin mulai membacakan sedikit narasi, "Dua Alam. Di sebuah zaman, hiduplah seorang pria. Pria yang sempurna, memiliki segalanya. Harta, kepiawaian bakat, fisik yang sempurna. Namun, ada satu hal yang tak ia miliki. Rasa cinta." Hanin memotong narasinya.
"Hidupnya selalu monokrom, hitam putih. Masa lalunya kelam, ditinggalkan semua anggota keluarganya,"
"Sejak kematian ibu, ayah dan adiknya, ia hidup tanpa cinta, tanpa perasaan. Hatinya mati, gelap, dan suram."
Terlihat Faisal yang melakukan aktifitas hidupnya yang biasa-biasa saja, tanpa ada yang spesial.
"Di sisi lain, terdapat negeri peri. Negeri Volter yang berisikan ribuan peri elf. Setiap peri memiliki tugas dan kewajiban masing-masing. Salah satunya, Voletria."
"Ia termasuk salah satu peri yang amat elok. Parasnya indah dan sifatnya amat terpuji. Ia ditugaskan untuk membuka kembali perasaan manusia yang mati. Namun, setiap peri terlibat sebuah kontrak yang sama. Yaitu hanya melaksanakan tugas tanpa melibatkan perasaan dan rasa terhadap makhluk lain."
"Suatu hari, pemimpin kubu Volter menyampaikan pesan, lebih tepatnya perintah kepada rakyat-rakyatnya." Hanin pun bergeser dari tengah panggung dan beralih ke sisi panggung. Pada panggung sebelah kiri yang diisi kehidupan para peri elf, datang Edgar sebagai ketua kubu.
"Wahai rakyatku! Lakukanlah tugas kalian sebagaimana telah dituliskan dalam buku takdir kalian." Edgar mengucapkan dialognya dengan lantang dan mimik yang sempurna. Kemudian Edgar berlalu setelah para peri mengangguk patuh.
"Tunggu, raja!" Fea mengejar Edgar lalu bersimpuh, "hormatku padamu. Apa yang harus saya lakukan? Siapa manusia tujuanku sekarang? Dimana tempatnya tinggal?" Fea bertanya dengan sopan.
"Berdirilah, Voletria, ikuti saja jejak tapak kaki ini. Maka kau kan sampai di tempat tinggal manusia yang menjadi tanggung jawabmu. Dan, jangan pernah lupakan perjanjian utama kita!" titah Edgar pada Fea. Fea pun mengangguk patuh. Setelah memberikan salam hormat, ia pun mengikuti jejak itu perlahan. Tibalah ia di sebuah bangunan yang dikenal para peri sebagai tempat tinggal manusia, yaitu rumah.
Rumah yang amat megah, disertai dekorasi marmer klasik dan di setiap sudutnya disediakan bunga yang segar.
"Hmm, kurasa ia makhluk yang cukup sempurna," ucap Fea sedikit pelan namun masih terdengar pada mic gantung di kerah bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAISAL
Romance"Sinting! Mana ada gue suka sama lo" "Gue tarik kata-kata gue. Ga ada lo hidup gue sepi." Namanya Faisal. Si ganteng dengan sejuta pesonanya. Bukan, dia bukan cowo dingin. Tapi setiap perkataannya membuat semua orang yang ditujunya benar-benar luluh...