DUA - ACCIDENTAL KISS

177 7 10
                                    

Kini Fea tengah menjalankan hukumannya. Lari keliling lapangan 5 kali dan hormat bendera sampai istirahat. Sebenarnya apapun itu Fea tak masalah, masalahnya saat ini adalah ia sendirian.

Nayla? Ia tidak mendapat hukuman. Dengan gesitnya ia menyalin PR teman seberang bangkunya, begitu juga dengan Viol.

Selang 15 menit, pak Cipto meminta Viol untuk mengambil jurnal mengajarnya di ruang guru. Secara otomatis Viol mendapat kesempatan untuk melewati lapangan dan melihat, lebih tepatnya mengolok-olok Fea di lapangan.

Setelah mengambil jurnal mengajar, dia meneriaki sahabatnya yang tengah melakukan hormat bendera tepat di bawah sinar matahari yang lagi terik-teriknya.

"FEA! SEMANGAT SAYANG!" Teriak Viol.

"SIALAN LO!" Sahut Fea tidak kalah keras.

Setelah Viol kembali ke kelas, Faisal meminta izin untuk ke kamar kecil. Edgar menawarkan bantuannya untuk mengantar Faisal, tapi Faisal menggeleng.

Pria itu lebih memilih melewati lapangan, daripada harus berbelit-belit melalui lorong- lorong yang belum ia kenal. Setelah selesai, ia kembali memutar ke lapangan.

Sekalian menjenguk cewek jutek yang tadi, begitu pikirnya. Dilihatnya gadis berpostur pendek yang judes padanya tadi pagi.

Kaki Faisal melangkah menuju Fea. Bukan, ia hanya ingin menyapanya saja.

Sementara Fea mulai pusing. Keringat menetes dari pelipisnya. Ia mulai tidak bisa berdiri dengan benar. Ketika jarak Faisal dan Fea tinggal sedikit lagi, Fea tiba-tiba terjatuh.

Faisal menangkap Fea dari belakang. "Lo kenapa, heh?" Ia menggoyangkan pundak Fea yang langsung berdiri. Fea menoleh.

"Gue cuma oleng, njir. Dendam banget ya, lo sama gue? Pengen banget gua pingsan gitu?"

"Gue cuma kaget. Dasar cewe, nethink dulu."

"Dasar. Gini-gini gua baik, tau. Cuma lagi sebel aja sama pak Cipto." Fea masih melanjutkan hormat benderanya.

"Iya gue percaya. Sekarang lo gamau kenal– WOI!" Fea ambruk ke belakang.

"Heh, bangun!" Faisal menidurkan Fea lalu menepuk-nepuk pipinya.

"Sialan, jangan bercandain gue ya, lo." Masih tak ada jawaban. Kebetulan ada adik kelas yang lewat di sekitar mereka. Faisal memanggil anak itu.

"Dek, permisi!" Gadis itu menghampiri Faisal.

"E-eh, iya, kenapa, kak?"

"Tolong bilangin kak Fea pingsan di lapangan, kak Faisal bawa ke UKS. Kita dari kelas XI-IPA 2. Tolong ya, dek. Makasih." Adik kelas itu mengangguk.

"E-eh, iya. Oke, kak."

Kebetulan di depan XI-IPA 2 terdapat siswa yang sedang membuang sampah. Sebut saja Cesta. Adik kelas itu menyampaikan bahwa Faisal dan Fea tengah di UKS lalu pergi.

Terlintas ide pintar-pintar rasa busuk di pikiran kotor Cesta. Dengan segera ia bergegas ke dalam kelas dan menginterupsi pak Cipto yang tengah menjelaskan.

"Permisi, pak. Maaf mengganggu. Saya dapat informasi dari adik kelas bahwa ada dua murid XI-IPA 2 yang sedang berduaan di UKS pak!" Potong Cesta dengan mata yang berkoar-koar semangat untuk menjatuhkan Fea.

"Astaghfirullah, siapa yang belum kembali ke kelas?"

"Sebagian cowok, pak. Dan Fea yang bapak hukum. Oh, sama Faisal yang izin ke kamar mandi pak. Belum kembali," Diana yang mengetahui pemikiran sohibnya itu semakin mengompori suasana kelas.

FAISALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang