Pukul empat pagi, Faisal terbangun di sebuah tempat yang bukan kamarnya. Ia melihat sekeliling, dan benar, ternyata ini kamar Fea. Namun tak tampak batang hidung sang empu di ruangan itu.
"Shit, kenapa gue pusing banget." Faisal sempoyongan berjalan menuju pintu keluar, dan bertemu dengan Fea di daun pintu.
"Kenapa lo disini?" Fea bertanya datar kepada Faisal yang masih memegangi kepalanya.
"Gue yang harusnya tanya, kenapa gue disini? Mata lo kenapa?" Fea membeo, "ga inget?"
Faisal menggeleng. "Yaudah. Pulang sana."
"What the—"
"Terus mau ngapain? Pulang. Gue benci sama lo."
-o0o-
Minggu Fea setelah disambut dengan Faisal, kini Cello mendatangi Fea, mengajak Fea menghabiskan minggu bersama.
"Mata lo bengkak, gue ga mau tanya alasannya, kalo mau cerita ya cerita aja. Kemana?"
"Mall aja, deh." Fea tersenyum senang setelah mengangguk sendu. Cello melajukan motornya ke sebuah mall. Setelah tiba, Fea melamun. "Kenapa?"
"Engga, inget Faisal dikit. Yuk."
Mereka pun masuk seraya membicarakan apa yang akan mereka lakukan hari ini.
"Pertama, ayo main!"
Mereka mencoba berbagai hal. Mulai basket, ping pong, dance, karaoke, dan banyak hal lainnya. Namun Cello membeku ketika Fea mengajaknya ke sebuah wahana lain.
Boom Boom Car.
Cello menggigit bibirnya, membaca wahana bermain satu itu. Ia, entahlah, sedikit takut terhadap yang satu ini.
"Kenapa? Takut, ya?"
"Gak!"
Fea terkekeh, "biasa aja, kali. Yuk, main!" Fea beranjak namun Cello menarik lengannya.
"Gue bercanda. Gue takut." Cello mengatakannya dengan raut serius dan Fea terbahak.
"Hahaha, katanya gak. Apa yang ditakutin, emang?"
"Ga tau. Lo aja yang main!" Cello mundur selangkah.
"Ih, ayo! Seru banget tau ga!" Fea memaksa Cello, hingga yang dipaksa menyerah dan menaiki mobil-mobilan yang sama dengan Fea.
"Siap?" Cello memegang Fea lagi.
"Gua turun, ya?" Fea cuek dan menekan gas.
"Let's go!" Cello terkejut dan langsung berpegangan ke lengan kanan mobil dan menutup matanya, sementara Fea bersenang-senang.
"Haha! Lo buka mata, dong! Asik tau! Kaya kebut kebutan!" Fea melepas sebelah tangannya untuk membuka mata Cello.
"Gak." Fea terkekeh lagi.
Fea memegang tangan Cello, "ayo, coba buka mata. Ini asik!" Cello ragu, namun perlahan ia buka matanya. Fea tersenyum.
"Liat cara gue, ya!" Fea mulai menginjak gas lagi, hingga kendaraan mereka melaju dengan cepat dan menabrak pengendara lain. Mereka terbahak.
Sekitar semenit, Cello mulai memberanikan dirinya.
"Coba, ga?" Cello mengangguk.
"Tinggal injak gas, terus belok-belokin!" Cello menginjak gas dan mereka langsung menabrak pinggiran arena.
"Pelan-pelan Cello," Cello mencoba lagi, namun terjadi hal yang sama.
"Aish, sini!" Fea mendempet kepada Cello, meletakkan kedua tangan Cello di setir dan meletakkan kedua kakinya di atas kedua kaki Cello.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAISAL
Romance"Sinting! Mana ada gue suka sama lo" "Gue tarik kata-kata gue. Ga ada lo hidup gue sepi." Namanya Faisal. Si ganteng dengan sejuta pesonanya. Bukan, dia bukan cowo dingin. Tapi setiap perkataannya membuat semua orang yang ditujunya benar-benar luluh...